Scroll Untuk Membaca

Aceh

Konflik Satwa Di Kawasan TNGL Disebabkan Illegal Logging

Konflik Satwa Di Kawasan TNGL Disebabkan Illegal Logging
Yashut pegiat lingkungan. Waspada/Seh Muhammad Amin
Kecil Besar
14px

KUTACANE (Waspada): Konflik satwa dengan masyarakat sekitarnya di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) banyak terjadi indikator bahwa kerusakan kawasan konservasi yang menjadi kebanggaan kita disebabkan illegal logging mengakhiri pejalanan 2O22 lalu, perlu ditangani serius.

Demikian Yashut Pegiat Lingkungan warga Agara kepada Waspada, Kamis (5/1). Dikatakan, beberapa mitra TNGL yang bekerja dalam program monitoring satwa liar, pemberdayaan masyarakat dan pemulihan kawasan belum menampakkan hasil yang signifikan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Konflik Satwa Di Kawasan TNGL Disebabkan Illegal Logging

IKLAN

Hal ini bisa dilihat salah satu faktor masih terjadinya konflik satwa, illegal logging dan perburuan liar. Kejadian matinya beberapa satwa kunci dilindungi pada tahun 2022 di TNGL diantarnya gajah Sumatra di Kecamatan Leuser, harimau Sumatra di Desa Pulo Sepang Kecamatan Lawe Alas dan orang utan stasiun riset gurah Kecamatan Ketambe.

Lambatnya penanganan konflik satwa ini disebabkan oleh lamanya kekosongan pejabat struktural di bidang dua Kutacane yang telah tiga tahun, di samping itu rentang kendali BBTNGL dari Kutacane ke Banda Aceh dan juga minimnya fasilitas operasional bidang dua Kutacane.

“Di mana fasilitas kendaraan yang tidak dapat digunakan secara maksimal dikarenakan kerusakan dan umur yang sudah tidak layak untuk medan TNGL.Dari hal tersebut masyrakat Aceh Tenggara mengharapkan kepada KLHK dan BBTNG untuk memerlukan evaluasi kinerja terhadap mitra, mencukupi peralatan operasional pengamanan kawasan, menetapkan pejabat struktural kepala bidang wilayah 2 Kutacane dan yang sangat diharapkan adalah menetapkan kantor BBTNGL di Kutacane agar rentang kendali pengawasan dan pengamanan kawasan lebih efektif,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto mengatakan, satu ekor harimau di Desa Pulo Sepang Kecamatan Lawe Alas kemarin, bukan lepas memang belum ditangkap. “Karena kita masih menunggu petugas dokter hewan yang membawa alat bius dan peralatan lainnya, jika kita paksakan saat itu, kita khawatir keselamatan jiwa petugas juga dengan alat yang tidak lengkap meski harimau itu masih anaknya, perlunya tim medis juga untuk mengevakuasi satwa dalam kondisi sakit, apakah sakitnya seperti satwa yang mati ditemukan beberapa waktu lalu,” ujarnya.

“Petugas BKSDA, Tim Polsek dari kemarin jaga di situ, namun harimau tidak lagi berada di lokasi tempat ia bersembunyi di rumputan itu, saat ini petugas dibantu warga masih melakukan pencarian, berdasarkan informasi dari warga lainnya, jumlah anak Harimau Sumatera itu diketahui sebanyak dua ekor. Dan tidak menutup kemungkinan, ada anak harimau lainnya masih berada di kebun,” ujar kepala balai itu. (cseh)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE