LANGSA (Waspada): Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai (WS) Tamiang – Langsa membahas isu strategis tentang pengelolaan sumber daya air untuk wilayah Tamiang dan Langsa dengan menghadirkan pihak pemerintah dan non pemerintah di Aula Hotel Harmoni Langsa, Kamis (31/8).
Ketua Harian TKPSDA WS Tamiang-Langsa, Ade Surya ST, ME saat membuka acara yang bertajuk ‘Pembahasaan Isu-Isu Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Wilayah Sungai Tamiang – Langsa mengatakan, kegiatan ini mencari solusi dan alhamdulilah hari ini telah hadir berbagai pihak dan paling tidak menerima masukan yang akan kita bawa ke Provinsi Aceh.
“Sungai Tamiang ketika meluap seakan tidak ada solusi, namun kita butuh tambang luas dan hari ini cakupan lebar sungai pun 90 hingga 100 meter hingga ke hulu dari dulu hingga sekarang, butuh tanggul untuk melebarkan hingga 300 meter dan butuh bentang kiri dan kanan,” jelas Ade yang juga Kepala Dinas Pengairan Aceh itu.
Kendati demikian, dengan adanya duduk bareng seperti ini minimal mencari antisipasi banjir tahunan, sedangkan di Langsa air baku adalah satu-satu sumber Krueng Langsa. Ini masuk wilayah Aceh Timur, intake-nya ada di Peutow, dan PDAM butuh tawas sangat besar dan ini kebutuhan juga mahal juga ini perlu solusi juga.
“Sungai Tamiang itu butuh Rp1,5 triliun, untuk membangun infrastuktur kita memiliki anggota DPR, DPRA maupun gubernur yang nantinya akan disampaikan persoalan mendasar dan tidak perlu takut menyampaikan usulan,” pinta Ade.
Sementara pemateri, Direktur Perumda AM, Tirta Keumuneng Langsa, Azzahir SE, yang menyampaikan berbagai kendala yang dihadapi PDAM Tirta Keumuneng yaitu hanya ada satu sumber air baku utama yang ada juga pengaruh lingkungan seperti rentan terhadap perubahan cuaca, hujan dan kemarau.

Selanjutnya kualitas air seperti kondisi air baku memburuk saat hujan, mengandung sampah dan keruh mengandung lumpur atau tanah sedangkan debit air rendah pada musim kemarau. “Debit sungai menipis, mengurangi kinerja pompa intake jika air terlalu dangkal,” terangnya.
Kemudian kendala di PDAM juga ketersediaan air yang tidak konsisten dapat menyebabkan krisis air di Kota. Juga pengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
“Kualitas air yang buruk dapat membahayakan kesehatan masyarakat karena diduga ada kerusakan lingkungan yang berdampak debit rendah dapat berdampak pada ekosistem sungai,” urainya.
Pun demikian, solusi yang harus dilakukan diversifikasi sumber air yakni menemukan dan mengembangkan sumber air alternatif, diimbangi dengan meningkatkan kapasitas penyediaan dan pengolahan air baku.
Disamping itu juga perlu pengelolaan lingkungan yang lebih baik melakukan reboisasi dan pemeliharaan hutan di sekitar sumber air. Lalu pengelolaan sampah yang lebih baik untuk mengurangi pencemaran.
“Solusi yang harus dilakukan infrastruktur yang efesian meliputi peningkatan efesiensi pompa dan infrastruktur penyediaan air serta pemasangan teknologi canggih untuk memonitor kondisi air,” papar Azzahir mendapat applaus.
Kiranya, kedepan adanya konservasi air diantaranya memberikan sosialisasi dan edukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan air yang bijak dan promosi teknik hemat air di rumah tangga dan
komersial.
Harapan lain, kata Azzahir, peningkatan yang berkelanjutan seperti mengembangkan strategi jangka panjang untuk keberlanjutan penyediaan air dan butuh kerjasama yang melibatkan pemerintah, masyarakat dan sektor swasta dalam mengatasi tantangan ini.
Tak kalah, butuh inovasinya mendorong inovasi teknologi dalam penyediaan, pengelolaan dan penghematan air. Namun begitu kesadaran masyarakat juga penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga sumber daya air.
Tantangan penyediaan air baku di Kota Langsa memerlukan perhatian serius dan langkah-langkah proaktif serta solusi terpadu diperlukan untuk mengatasi masalah ini.
Dengan kerjasama dan kesadaran bersama, kita yakin bahwa kita dapat mencapai masa depan dengan penyediaan air baku yang berkelanjutan dan andal.
“Mari kita pahami bahwa Kota Langsa menghadapi tantangan yang signifikan dalam penyediaan air baku dalam kenyataannya, sumber air baku di kota ini sangat terbatas jika dibandingkan dengan kebutuhan domestik. Lebih lanjut lagi, hanya terdapat satu sumber air baku utama yang dapat digunakan,” timpal Azzahir.
Adapun tantangan saat ini penyediaan air baku di Perumda Tirta Keumuneng Kota Langsa. Kami percaya bahwa dengan usaha bersama dan solusi terpadu, kita dapat menghadapi tantangan ini dengan
sukses.
“Kita berdoa Langsa selalu ada hujan, tapi jangan sampai banjir untuk memenuhi kebutuhan air baku demi memberikan suplay air kepada pelanggan dan kami akan terus berbenah, kami yakin Allah selalu memberikan pertolongan pada hambanya yang meminta,” tandasnya.
Sebelumnya Kepala Sekretariat TKPSDA WS Tamiang – Langsa, Faisal ST MT, melaporkan peserta yang hadir ada 34 anggota TKPSDA WS Tamiang-Langsa.
“Peserta dari pemerintah 17 dan Non pemerintah 17 meliputi LSM, pemerhati lingkungan dan lainnya dengan tujuan mencari dan mengali isu-isu strategis pengelolaan sumber daya air,” ujar Faisal merangkap ketua panitia.
Sedangkan pemateri lainnya, Ketua Tim Master Plan Banjir Aceh, Prof Dr Azmeri, ST. MT yang juga Guru Besar Fakultas Teknik USK, pemateri lain Kepala UPTD KPH Wil III Aceh, Fajri SP MM. (crp).