JAKARTA (Waspada.id): Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Juli 2025 mengalami surplus sebesar US$ 23,65 miliar.
Angka neraca perdagangan secara kumulatif ini meningkat US$ 7,60 miliar, dbandingkan periode yang sama pada tahun 2024 sebesar US$ 16,25 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun ini ditopang oleh perdagangan komoditas non-migas yang mengalami surplus US$ 34,06 miliar.
Sedangkan komoditas migas, pada periode ini justru mengalami defisit US$ 10,41 miliar. Namun, defisit perdagangan migas ini berkurang US$ 1,83 miliar dari tahun sebelumnya yang defisit US$ 12,24 miliar.
“Surplus neraca perdagangan mengalami kenaikan dibanding periode yang sama tahun lalu, terutama di topeng sektor non-migas,” ujarnya dalam konferensi pers virtual pada Senin (1/9/2025).
Ia memaparkan, komoditas non-migas yang menyumbang surplus perdagangan terbesar pada Januari-Juli 2025 ini yaitu lemak dan minyak hewan atau nabati (HS 15) dengan surplus sebesar US$ 19,24 miliar.
Kemudian komoditas bahan bakar mineral (HS 27) dengan surplus US$ 15,41 miliar, besi dan baja (HS 72) dengan surplus sebesar US$ 10,70 miliar.
Selanjutnya diikuti komoditas nikel dan barang daripadanya (HS 75) dengan surplus US$ 4,77 miliar dan alas kaki (HS 64) dengan surplus US$ 3,77 miliar.
“Sepanjang Januari-Juli 2025, neraca perdagangan nonmigas menyumbang surplus sebesar US$ 34,06 miliar, ” jelas Pudji. (id88)