MEDAN (Waspada.id): Rupiah dan harga emas kembali melanjutkan tren kenaikan pada awal pekan ini. Namun berbeda dengan mayoritas bursa saham di Asia yang dibuka menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru dibuka di zona merah pada perdagangan pagi, Selasa (9/9).
IHSG tercatat melemah tipis ke level 7.748,512 saat pembukaan perdagangan. Kendati demikian, pelemahan ini masih tergolong terbatas dan indeks berpeluang bergerak sideways. Bahkan, potensi IHSG untuk kembali ditransaksikan di zona hijau masih cukup terbuka.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin menilai, pergerakan IHSG hari ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor politik dalam negeri ketimbang sentimen global.
“Pasar sedang merespons reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo pada perdagangan kemarin. Minimnya sentimen eksternal membuat arah IHSG sangat bergantung pada perkembangan kebijakan tersebut,” jelas Gunawan.
Sementara itu, Rupiah justru menunjukkan performa positif. Pada sesi perdagangan pagi ini, Rupiah ditransaksikan menguat di kisaran Rp16.295 per dolar AS. Penguatan mata uang Garuda ini ditopang oleh pelemahan dolar AS secara global.
Gunawan menambahkan, kinerja dolar AS masih tertekan akibat melemahnya USD Index serta imbal hasil US Treasury 10 tahun yang berada di kisaran 4,04 persen.
“Kondisi ini membuat Rupiah mendapatkan dorongan positif. Selain itu, harga emas dunia juga ikut terangkat, mencapai level 3.648 dolar AS per ons troy atau setara sekitar Rp1,92 juta per gram,” terangnya.
Menurutnya, pelemahan dolar AS telah memberi angin segar bagi aset lindung nilai seperti emas. Tren kenaikan harga emas diperkirakan masih berlanjut dalam jangka pendek, seiring dengan ketidakpastian ekonomi global yang membuat investor memilih aset aman. (id09)