MEDAN (Waspada): Politisi, juga tokoh pemuda dan tokoh masyarakat Sumatera Utara, Syahrul M. Pasaribu menyebut nasionalisme jangan sampai tergerus oleh perkembangan zaman. Nasionalisme maupun patriotisme itu harus terus dijaga.
Hal tersebut ditegaskan H. Syahrul Martua Pasaribu, SH, mantan Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel) dua periode, mantan anggota DPRD Medan dan mantan anggota DPRD Sumut dua periode, yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai Golkar Sumut.
Syahrul mengatakan itu di acara podcast Waspada TV lewat program Kombur Malotup, Cakap-Cakap Anak Medan yang telah tayang dikanal youtube Waspada TV, Minggu (30/10). Podcast Waspada TV tersebut dipandu host Muhammad Ikhyar Velayati Harahap yang akrab disapa Bung Kesper.
‘’Nasionalisme jangan sampai tergerus. Nasionalisme dan patriotisme itu harus terus dijaga oleh generasi muda hingga saat ini atau nanti,’’ kata Syahrul.
Syahrul yang pernah menjabat Ketua KNPI Kota Medan dan sekretaris KNPI Sumut ini mengatakan tahun 2022 ini kita memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-94, karena Sumpah Pemuda lahir 28 Oktober 1928.
Kita ketahui, ucap Syahrul, memang semangat satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, nasionalisme dan patriotisme disitu memang bentuknya sudah berbeda, dulu dengan yang sekarang.
Dulu sebelum Sumpah Pemuda lahir diawali dengan Budi Utomo 1908 yang dikenal kemudian 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, lalu Sumpah Pemuda 1928, Kemerdekaan Indonesia 1945, masa pemerintahan Bung Karno dan Bung Hatta sebagai tokoh Proklamasi hingga dikoreksi 1966 lahirlah Eksponen 66 dan kemudian muncul pemerintahan Orde Baru, semuanya itu pemuda lah yang menjadi lokomotifnya, kata Syahrul.
Zaman Orde Baru diperlukan untuk kembali menyatukan para pemuda, di situlah lahir Deklarasi Pemuda Indonesia.
‘’Ada satu napas di situ, alinea terakhir kalau tidak salah, berbunyi pemuda pembangunan dan masa depan bangsa sebagai satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Maka, setiap zamannya pemuda harus bisa tampil menjadi pelopor pembangunan,’’ tutur Syahrul.
Pertanyaannya masihkan seperti yang dulu nasionalisme dan patriotismenya? ‘’Saya kira perwujudannya barangkali yang berbeda. Kenapa?. Ini lah di era yang sudah sangat terbuka ini. Kita para pemuda tidak boleh lengah sekarang, betul-betul nasionalisme, patriotisme ini terus dijaga oleh para pemuda kita masa kini,’’ cetusnya.
Jika melihat ke belakang, ucap Syahrul, pada 1945 ke bawah itu melawan kolonialisme. 1945 ke atas ini, kita mengisi dan mempersatukan kembali.
‘’Tantangan ke depan, di zaman milenial atau zaman keterbukaan saat ini, nasionalisme itu jangan tergerus. Bagaimana pun kita harus bangga menjadi orang Indonesia. Jangan lupa itu. Kita tidak boleh berpikiran sempit, kita bergaul dengan bangsa-bangsa lain, namun jangan lupa kita orang Indonesia,’’ tandasnya.
Syahrul pun mengakui tantangan di era serba digital saat ini jauh lebih besar dan kompleks. Untuk itu, ikuti terus kecepatan dari perkembangan ilmu dan teknologi, tetapi jangan pernah tercerai dari jati diri bangsa. Kalau tidak nanti, dia pintar tapi nasionalismenya belum bisa dipertanggungjawabkan. Itu jadinya.
Lalu, sebut Syahrul, pertarungan ke depan semakin sengit, kompetisi semakin ketat, kompetisi kehidupan. Jadi jangan pernah disia-siakan waktu yang ada sekarang.
‘’Bagi anak muda, tekuni apa pun profesi itu, misalnya mau kuliah, baik-baiklah kuliah, dapat kesempatan memimpin perusahaan, jadi politisi, birokrasi, apa pun tekuni itu. Supaya apa, supaya sejarah mencatat, walaupun tidak tertulis dalam bentuk buku secara utuh, kuncinya fokus, serius, nothing to loose dan ikhlas,’’ tuturnya.
Syahrul juga mengingatkan kalau apa yang diperbuat jangan hanya mengharapkan tepuk tangan, udah lewat zaman itu. Tapi ada juga sekarang yang seperti itu.
‘’Di era media sosial saat ini masuklah kegiatan di medsos dibuat komentar baik dan cap jempol, sor pula dia. Ini bahasa anak Medan diumbang orang gak ngerti dia. Padahal dia punya tanggungjawab yang lebih besar. Ujungnya nanti kalau dia politisi atau birokrasi kan ada masa baktinya, dinilai orang, tak jelas kawan ini,’’ ujarnya.
Syahrul menyebut jika kondisi seperti itu terjadi dikarenakan tidak fokus, tapi jika rasa nasionalisme ada, tekun dan fokus, nothing to loose serta lillahitaala, profesi apapun itu bisa lebih efektif, efisien berdaya guna bagi dirinya dan masyarakat sekitar.
Banyak yang diperbincangkan Waspada TV bersama Syahrul Pasaribu ini, selain berbicara tentang pemuda, juga keberhasilannya membangun Tapanuli Selatan saat menjabat bupati periode 2010 sampai 2015 dan 2016 sampai 2021.
‘’Untuk dapat mengetahui perbincangan menarik dan lebih lengkap lainnya bersama Syahrul Pasaribu selama hampir satu jam, pembaca Waspada maupun waspada.id dapat menonton tayangannya di kanal youtube Waspada TV,’’ demikian Eksekutif Produser Waspada TV, Hang Tuah Jasa Said.(m29)