JAKARTA (Waspada): Setiap 29 Juli, Indonesia memeringatinya sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas). Tahun ini, Harganas memasuki kali ke-32. Menteri Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Dr. Wihaji, mengucapkan selamat untuk seluruh keluarga Indonesia dan meminta untuk sejenak memeluk keluarga dengan erat.
“Keluarga adalah tempat kembali untuk pulang setelah berjuang, dan resapi bahwa untuk keluargalah perjuangan itu,” ujar Wihaji di Jakarta, Minggu (29/6/2025).
Keluarga menjadi kekuatan utama dalam bernegara. Karena itu, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengambil langkah tepat dan serius, mentransformasi BKKBN menjadi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga/BKKBN sebagai langkah awal yang merepresentasikan bahwa ketahanan keluarga sangat penting untuk kemajuan bangsa.
“Keluarga itu penting, keluarga itu fondasi, keluarga itu kekuatan,”tambah Wihaji.
Ketahanan keluarga menurutnya penting untuk masa depan Indonesia, terlebih dalam upaya menciptakan generasi emas di dalam keluarga yang berketahanan.
BKKBN sendiri, lanjut Wihaji, mendukung ketahanan keluarga dengan 5 Quick Wins Kemendukbangga/BKKBN. Kelimanya adalah GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting), TAMASYA (Taman Asuh Sayang Anak), GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia), SIDAYA (Lansia Berdaya), dan Super Apps Keluarga Indonesia.
Sejarah Harganas dimulai pada 22 Juni 1949, saat Belanda menyerahkan kedaulatan Bangsa Indonesia secara utuh. Seminggu kemudian, tepatnya pada 29 Juni 1949, para pejuang kembali kepada keluarganya.
Peristiwa pulangnya para pahlawan pada keluarganya inilah yang
juga melandasi lahirnya Hari Keluarga Nasional, sebagai pemberian penghargaan kepada rakyat Indonesia yang telah berjuang merebut dan mempertahankan RI dengan meninggalkan keluarganya.
“Artinya, ini hari penting. Ini peristiwa penting di mana para pejuang yang telah mendedikasikan dirinya untuk kemerdekaan juga semuanya kembali ke keluarga. Inilah sejarahnya,” imbuh
Wihaji.
“Begitulah saat ini kita berjuang lalu kembali kepada keluarga. Keluarga adalah sumber yang selalu menghidupkan, tempat bertumbuh dan berkembang bersama, serta mengarahkan kekuatan sebagai perisai dalam menghadapi persoalan yang terjadi,”imbuhnya.
Ditambahkan Wihaji, upaya menuju Indonesia Emas 2045 bukan hal yang tak mungkin diraih. Selayaknya filosofi
menambang emas, yang harus diimbangi dengan cara-cara terbarukan agar lebih cepat dan tepat sasaran. Menurutnya, memang tidak mudah menambang emas,
begitu pula menciptakan generasi emas.
“Mari, kita ciptakan tambang kemanusiaan tidak hanya melalui cara tradisional. Kalau melalui cara tradisional prosesnya panjang. Tapi coba kita percepat. Generasi emas perlu menggunakan cara-cara baru, cara teknologi. Mengubah perilaku kita coba pakai pendekatan teknologi, juga pencegahannya,” ujarnya optimistis.
Melalui siklus kehidupan, Kemendukbangga/BKKBN ikut andil dalam mengelola bonus
demografi yang kini Indonesia alami dengan berbasis keluarga. Kemendukbangga/BKKBN membersamai keluarga agar mandiri, tentram dan bahagia.
Menurut data Kemendukbangga/BKKBN tahun 2024, estimasi jumlah keluarga Indonesia sebanyak 87.845.879. Keluarga yang sehat juga investasi bagi bonus demografi. Stunting menjadi urusan penting untuk dientaskan di dalam keluarga Indonesia untuk
mengoptimalkan bonus demografi.
“Hari ini yang kita cegah melalui GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) adalah sebabnya stunting apa, hulunya di mana, itulah yang akan kita urai. Apakah air bersih, sanitasi, asupan gizi, atau apakah pernikahan dini. Tidak keluar dari situ. Hari ini kita fokus pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Itulah objek penting supaya nanti prevalensi stunting ke depan tambah baik,” tegas Menteri Wihaji.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 menunjukkan prevalensi stunting secara nasional sebesar 19,8%. Sementara tahun 2023 sebesar 21,5%. Target Presiden RI melalui RPJMN untuk 2025 ini adalah 18%. Kemudian untuk 2029 adalah 14%.
“Dari Keluarga untuk Indonesia Maju”. Selamat Hari Keluarga Nasional ke-32 bagi seluruh Keluarga Indonesia dari Sabang hingga Merauke, dari Talaud hingga Rote,” pungkas Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji. (j02)
.