MEDAN (Waspada): Anggota DPRD Sumut Ahmad Hadian (foto) mendesak agar semua obat sirop yang diduga mengandung bahan-bahan yang berpotensi memicu gagal ginjal akut harus dimusnahkan dan dihentikan produksinya.
“Semua obat sirop mengandung bahan yang hampir mirip dengan yang digunakan di Afrika tarik saja semua dan stop produksinya serta harus dimusnahkan, agar tidak lagi beredar di kemudian hari,” kata Hadian dalam keterangan tertulisnya kepada Waspada, di Medan, Sabtu (22/10).
Sekretaris Fraksi PKS DPRD Sumut ini merespon situasi terkini kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak, disusul langkah penarikan obat sirop yang diduga mengandung bahan pemicu penyakit tersebut.
Hingga saat ini berdasarkan laporan Kemenkes ada 241 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak, dan 133 di antaranya sudah meninggal.
Di Sumatera Utara sendiri sejauh ini sudah ada 12 anak penderita gagal ginjal akut, di mana 2 di antaranya dinyatakan sembuh, 3 masih menjalani perawatan intensif, dan 7 pasien meninggal dunia.
Prihatin terhadap merebaknya kasus ini, anggota DPRD Sumut Ahmad Hadian mengaku telah berkoordinasi langsung dengan Kepala Balai Besar POM (BBPOM) Medan Martin Suhendri.
“Pertama saya bertanya perkembangan kasusnya seperti apa, lalu apa langkah-langkah yang telah diambil oleh BBPOM Medan dalam mengatasi permasalahan ini terkait dengan instruksi Kemenkes tentang penghentian produksi dan penarikan obat-obat sirop yang terindikasi mengandung bahan-bahan berpotensi memicu gagal ginjal,” ujarnya.
Menurut Martin, dalam komposisi obat sirop yang dinyatakan positif memicu gagal ginjal di Afrika memang ada komponen bahan yang bisa memicu gagal ginjal, yaitu dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).
Namun sejauh ini di Indonesia bahan-bahan itu tidak digunakan, karena BPOM telah sejak lama melarang penggunaan bahan-bahan tersebut.
Namun demikian, sebagai langkah kehati-hatian, BPOM juga sedang menelusuri kemungkinan kandungan DEG dan EG sebagai cemaran pada bahan lain yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan. “Jika memang ada, ya harus dievaluasi,” imbuhnya.
Menurutnya, apapun kondisinya, kita jangan mengambil resiko, dan negara harus sigap mengantisipasi ini.
Semua obat sirop yang mengandung bahan yang hampir mirip dengan yang digunakan di Afrika tarik saja semua dan stop produksinya sementara waktu.
“Lalu bukan cuma menarik dari peredaran dan menyetop produksinya, namun juga harus dimusnahkan barang-barang yang telah ditarik tersebut agar tidak lagi beredar di kemudian hari,” jelasnya.
Berkordinasi
Selain itu, BBPOM Medan diminta segera berkoordinasi dengan Pemprov Sumatera Utara, dalam hal ini Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian & Perdagangan, sebab ini adalah masalah yang sangat-sangat serius bagi keselamatan bangsa.
Dan yang juga penting adalah sosialisasinya ke masyarakat harus jelas dan masif.
“Wajibkan saja setiap Kepala Desa menyebarluaskan informasi ini kepada warganya masing-masing agar rakyat tahu obat-obat apa saja yang sementara ini tidak boleh dikonsumsi,” tambahnya.
Dirinya juga mengimbau kesadaran kepada semua stakeholder yang terkait dengan lingkaran peredaran obat-obatan seperti apotek, rumah sakit dan klinik kesehatan/balai pengobatan untuk bersikap kooperatif dan suka rela menyerahkan obat-obatan tersebut yang dimilikinya kepada pemerintah.
Namun di sisi lain masyarakat juga jangan panik, harap tenang jika ada keluarganya yang sakit, sementara jangan dulu menggunakan obat-obatan sirop.
“Insya Allah masih banyak alternatif obat yang bisa digunakan, tentunya dengan berkonsultasi kepada dokter,” katanya. (cpb)