Indrajit Bukan Korban Begal, Pelaku Pembacokan Masih Penyelidikan

  • Bagikan

MEDAN (Waspada): Kapolsek Medan Helvetia Kompol Heri Sihombing menegaskan, Dua pria remaja korban pembacokan yang terjadi di Jl. Kapten Sumarsono merupakan korban aksi tawuran dan bukan begal. Pelaku pembacokan masih dalam penyelidikan.

“Korban yang dibacok bukan kasus begal namun korban kasus tawuran antar kelompok remaja,” ujar Kapolsek Medan Helvetia Kompol Heri Sihombing saat dikonfirmasi Waspada, Jumat (4/2).

Kapolsek menambahkan, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku penganiayaan tersebut.

“Kasusnya masih kita selidiki,” tandasnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya dua orang remaja kritis setelah menjadi korban pembacokan di Jl. Kapten Sumarsono Kecamatan Medan Helvetia, Sabtu (29/1) kemarin.

Adapun kedua korban yang saat ini tidak sadarkan diri yakni Indrajit Dermawan ,17, mengalami luka bacok di bagian kepala, menjalani perawatan di Rumah Sakit Bunda Thamrin dan temannya Adi kini menjalani perawatan di Rumah Sakit USU Jl. dr Mansyur Medan.
Nurjannah, ibu Indrajit, harus menanggung beban yang cukup berat.

Selain harus memikirkan biaya perawatan yang cukup besar, kondisi anak keduanya yang menjadi kebrutalan pelaku tawuran sudah tak sadarkan diri sejak lima hari belakangan.

Kejadian itu sendiri berawal Sabtu (29/1) dinihari lalu. Bersama temannya, Indrajit secara mendadak diserang orang tak dikenal dan membacok keduanya di kawasan Jl. Kapten Sumarsono.

Indrajit pun langsung dilarikan ke RS Advent. Namun, Karena kondisi keuangan, dirinya sempat tak mendapatkan perawatan. Sementara BPJS tak mengcover karena korban tindak kriminal.

“Malam itu pihak rumah sakit minta jaminan uang ke keluarga sekitar 5 juta. Karena kita gak punya uang sempat bingung malam itu. Apalagi BPJS tidak mengcover pasien korban kriminal” kenang sang nenek, Sabariyah, Kamis (3/2).

Beruntung, sambung nenek yang akrab disapa Iyah, malam itu keluarga korban dibantu anggota DPRD Medan Komisi 3, Rudiawan Sitorus yang hadir dan menjaminkan korban untuk membawanya ke RS Bunda Thamrin agar mendapatkan penanganan medis.

Korban pun menjalani operasi pada bagian batok kepalanya yang luka berat akibat bacokan. Kini, kondisi korban masih belum sadarkan diri hingga harus mendapatkan perawatan serius di ruang ICU.

Namun, masalah lain menghampiri keluarga korban. Biaya rumah sakit yang terus membengkak hingga Rp 110 juta membuat ibu korban dan keluarga makin kesulitan.

“Rencananya saat ini mau dipindahkan ke RS Pirngadi lewat bantuan pak Rudiawan Sitorus karena di sini (RS Bunda Thamrin) biayanya cukup besar. Tapi yang jadi masalah kami belum punya biaya untuk melunasi biaya perobatannya yang cukup besar. Kami cuma bisa pasrah saat ini bang,” ujar Iyah dengan baluran air mata yang terus mengalir di sudut kelopak matanya.

Berharap Uluran Tangan Para Donatur

Tak ada yang bisa dibuat Nurjannah dan keluarga saat ini. Pasrah dan doa menjadi senjata ampuh mereka agar anaknya bisa mendapatkan keajaiban.

Keterbatasan ekonomi memaksa mereka untuk memposting kisah ini di akun sosial pribadinya. Harapannya sederhana. Ada malaikat tak bersayap yang datang dan menghampiri mereka untuk mengulurkan bantuan dan memberi secercah harapan atas masalah yang mereka hadapi kini. (m27)

  • Bagikan