MEDAN (Waspada): Usaid Iuwash Tangguh melaksanakan Kick Off Meeting Kajian Kerentanan Sumber Daya Air terhadap Perubahan Iklim (Water Resources-Climate Change Vulnerability Assessment-WRCCVA) pada Selasa, (4/4) lalu di Medan. Kajian ini akan dilaksanakan di DAS Wampu Sub DAS Bingai mengingat Daerah Aliran Sungai (DAS) Bingai sebagai penyedia air baku di wilayah Kota Medan, Kota Binjai, dan Kabupaten Deli Serdang (Mebidang).
Mengingat pentingnya air baku dalam menyuplai kebutuhan air minum bagi masyarakat Sumatera Utara, khususnya bagi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Mebidang, maka keandalan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bingai sebagai penyedia air baku di Mebidang perlu dikaji.
Air baku adalah sumber air yang menjadi bahan baku air olahan yang kemudian dimanfaatkan sebagai air minum dan kebutuhan lainnya. Sumber air baku didapat dari air permukaan, air tanah, dan atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu.
Peserta dari organisasi-organisasi perangkat daerah dari Provinsi Sumatera Utara, Kota Binjai, Kota Medan, dan Kabupaten Deli Serdang termasuk Perumda Tirtanadi, PDAM Tirta Sari, PDAM Tirta Deli, Forum DAS Wampu, dan PT. Fitrah Alam Indonesia dengan total tercatat 61 peserta mendengarkan pemaparan dari berbagai narasumber seperti dari Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Sumatera Utara, USAID IUWASH Tangguh dan PT Fitrah Alam.
Kepala Bappelitbang Provinsi Sumatera Utara, Dr. Ir. Hasmirizal Lubis, MSi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pengelolaan sumber daya air terkait dengan berbagai aspek, termasuk perubahan iklim.
“Pengelolaan sumber daya air menghadapi problema yang sangat kompleks, mengingat air mempunyai beberapa fungsi baik fungsi sosial-budaya, ekonomi dan lingkungan yang masing-masing dapat saling bertentangan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas kegiatan ekonomi, menyebabkan perubahan tata guna lahan yang mengakibatkan menurunnya daerah resapan, dan kualitas lingkungan, serta dengan adanya perubahan iklim, maka sudah terjadi ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan air dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi. Sebagian besar air hujan yang jatuh ke bumi langsung menjadi runoff (aliran larian), karena lahan tidak mempunyai kemampuan menyimpan air. Hal tersebut mengakibatkan perbedaan aliran sungai di musim hujan dan musim kemarau yang sangat besar serta dapat mengakibatkan terjadinya bencana banjir dan kekeringan,” ungkapnya.
Pertemuan ini dibuka secara resmi oleh Direktur Perumahan dan Kawasan Permukiman Kementerian PPN/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti. Tri Dewi berharap agar melalui kajian ini dapat memberikan pelajaran, data, atau pengalaman di daerah yang dapat diadopsi menjadi kebijakan nasional.
“Di sisi lain, kami juga berharap dari kajian ini kita bisa mendapatkan pelajaran-pelajaran atau lesson learned juga data atau pun pengalaman-pengalaman di daerah sehingga kami bisa adopsi, lalu diabstraksikan ke atas menjadi kebijakan nasional yang memang kami sedang menyusun framework dari perubahan iklim untuk sektor Water, Sanitation, and Hyigiene (WASH). Jadi kami sangat mengharapkan masukan-masukan itu untuk memperkuat kebijakan di tingkat pusat, memastikan bahwa perubahan iklim juga ter-mainstreaming-kan, masuk dalam pertimbangan untuk sektor WASH, memastikan layanan ini berkinerja dengan baik,” ungkapnya.
Hadir pula dalam pertemuan ini Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan DAS (P3DAS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dr. M. Saparis Soedarjanto, S.Si., M.T, yang memberikan pemaparan tentang pendekatan landscape berbasis DAS dalam mitigasi bencana Sub DAS Bingai.
“Nah, dengan adanya dampingan USAID IUWASH Tangguh ini, saya pikir terjadi ektensifikasi cakupan. Sekarang mulai bicara mengenai watershed atau river basin. Akhirnya juga betul-betul relevan dengan program kami. Kalau kita bicara air, kita tidak bisa bicara air itu saja sebagai suatu materi tetapi dia juga di-drive oleh berbagai atribut landscape yang lain misalnya bagaimana kondisi topografinya, bagaimana kondisi tanahnya, bagaimana batuannya, bagaimana alur sungai dan bahkan dari situ bagaimana penggunanan lahannya. Nah, dari berbagai aspek itu bisa kita olah penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang memperhatikan aspek landscape itu perlu dikaji dan ini yang perlu kita dorong dari USAID IUWASH Tangguh karena dalam Pemerintah itu kan kita fungsinya, fungsi regulasi, fasilitasi. Sebetulnya kita dorong masyarakat sebagai pelaku utama. Dengan USAID IUWASH Tangguh ini kita berharap betul tersedia data dan informasi yang memadai yang bisa dipakai sebagai modalitas masyarakat untuk bertindak dalam pengelolaan lahan sehingga air itu bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan tidak merusak,” ucapnya ketika ditanyakan mengenai bentuk dukungan program USAID IUWASH Tangguh kepada KLHK.
Dengan kajian ini, diharapkan Provinsi Sumatera Utara mendapatkan gambaran detail terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan sumber daya air terhadap perubahan iklim, termasuk langkah-langkah strategis dalam penanggulangannya, khususnya pada wilayah kajian pada sumber daya air Sub DAS Bingai. Dengan air baku berkualitas bersumber dari Sub DAS Bingai, sumber air minum aman di wilayah Medan, Binjai, dan Deli Serdang dapat lebih terjamin. Kualitas hidup masyarakatnya pun akan semakin meningkat. (Cbud)