Scroll Untuk Membaca

NusantaraHeadlines

Kemenag Dan PBNU: Puasa Ramadan 12 Maret

Hilal Belum Tampak

Kemenag Dan PBNU: Puasa Ramadan 12 Maret
Ilustrasi. cnni
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Berdasarkan pemantauan dari seluruh wilayah Indonesia, hilal atau bulan sabit tipis penanda awal Ramadan 2024 belum memenuhi kriteria minimum atau belum tampak. 

Pemerintah melakukan pemantauan bulan atau rukyatul hilal di 134 titik di seluruh Indonesia pada Minggu (10/3) ini untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan 1445 Hijriah di nusantara.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Kemenag Dan PBNU: Puasa Ramadan 12 Maret

IKLAN

“Saya simpulkan berdasarkan kriteria MABIMS 3 ketinggian, dan elongasi 6,4 tanggal 29 Sya’ban 1445 Hijriah/10 Maret 2024 Masehi, posisi hilal di seluruh wilayah NKRI belum masuk kriteria minimum tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat,” ujar Cecep Nurwendaya, anggota tim hisab rukyat Kemenag, pada Seminar Posisi Hilal di Kantor Kemenag, Jakarta, Minggu (10/3).

“Sehingga tanggal 1 Ramadan secara hisab jatuh bertepatan dengan hari Selasa Pon, tanggal 12 Maret 2024 Masehi,” lanjut dia.

Dalam paparannya, Cecep juga menjelaskan bahwa penentuan awal bulan hijriah, seperti Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah di Indonesia menggunakan metode rukyat dan hisab.

“Kelaziman penentuan awal bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijjah di Indonesia menggunakan metoda rukyat dan hisab,” tuturnya.

“Hisab sifatnya informatif dan kedudukan rukyat sebagai konfirmasi dari hisab,” tambahnya.

Pantauan hilal tersebut bahkan tak terlihat di wilayah paling barat Indonesia, yaitu Sabang. “Jadi pada hari ini termasuk kota Sabang belum masuk kriteria imkan rukyat,” terang Cecep.

Maka dari itu, kata Cecep, hilal menjelang awal Ramadan 1445 Hijriah pada hari ini (10/3) secara teoritis dapat diprediksi tidak akan terukyat, karena posisinya berada di bawah kriteria Imkan Rukyat tersebut.

Pada hari rukyat tanggal 10 Maret 2024, Cecep memaparkan tinggi hilal di seluruh wilayah NKRI antara -0° 20′ 01″ (-0,33°) sampai dengan 0° 50′ 01″ (0,83″) dan elongasi antara 2° 15° 53 (2.26″) sampai dengan 2° 35′ 15″ (2,59°).

Pengamatan hilal itu dilakukan Kanwil Kementerian Agama dan Kemenag Kabupaten/Kota, bekerja sama dengan Pengadilan Agama dan Ormas Islam serta instansi lain di daerah setempat.

Prosesi sidang Isbat penentuan awal Ramadan dilakukan dengan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis atau hisab, serta hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan hilal.

Indonesia menggunakan kriteria yang disepakati Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) sebagai penentu awal bulan hijriah.

Patokannya adalah tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

PBNU

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memutuskan puasa Ramadan 2024 dimulai pada 12 Maret.

“PBNU melalui Lembaga Falakiyah (LF) PBNU mengikhbarkan awal Ramadan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024,” demikian dikutip dari akun resmi Nahdlatul Ulama, Minggu (10/3).

Senada dengan Kementerian Agama, PBNU menganut kriteria yang disepakati Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) sebagai penentu awal bulan hijriah.

Patokannya adalah tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

Sementara, Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan 2024 jatuh pada besok.(cnni)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE