Oleh Tgk Bukhari
Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2024 membawa makna khusus di Aceh, di mana pemilihan kepala daerah (Pilkada) tidak lama berselang dengan perayaan ini. Momentum ini mengundang perhatian besar, terutama pada peran santri dan ulama dalam mendukung pemenangan pasangan mantan kombatan yang ikut berlaga dalam pilkada.
Aceh dikenal dengan dinamika politik yang khas, di mana keterlibatan ulama dan santri sering kali menjadi penentu. Para ulama, sebagai pewaris Nabi, memiliki pengaruh moral yang kuat di kalangan masyarakat. Peran mereka tidak hanya terbatas pada dakwah, tetapi juga pada politik, terutama dalam memberikan panduan moral bagi umat. Dalam konteks Pilkada Aceh 2024, dukungan ulama terhadap pasangan mantan kombatan menggarisbawahi persatuan antara kekuatan agama dan politik yang berakar dari sejarah panjang perjuangan Aceh.
Santri, yang tumbuh dalam pendidikan pesantren dan kental dengan nilai-nilai Islam, memainkan peran penting sebagai agen perubahan sosial. Mereka tidak hanya memahami agama, tetapi juga memiliki kesadaran politik yang tinggi. Dalam Pilkada ini, santri bergerak menjadi penghubung antara aspirasi rakyat dengan visi kandidat. Mereka aktif dalam kampanye, mengedukasi masyarakat, dan menyebarkan pesan-pesan moral yang sejalan dengan perjuangan keadilan dan kedaulatan yang diusung oleh para mantan kombatan.
Menariknya, pasangan mantan kombatan yang bertarung dalam Pilkada Aceh 2024 bukan hanya dikenal sebagai tokoh politik, melainkan juga sebagai sosok yang memiliki kedekatan dengan ulama dan pesantren. Hubungan ini dibangun sejak masa perjuangan, di mana pesantren menjadi basis pergerakan moral dan spiritual bagi kombatan yang berjuang di masa konflik.
Kemenangan pasangan ini, jika terjadi, akan menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara kekuatan politik dan dukungan moral dari kalangan santri dan ulama tetap menjadi kunci dalam percaturan politik di Aceh. Ini juga mencerminkan bahwa identitas Aceh sebagai daerah yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam tetap terjaga, meski dalam arus politik modern.
Dalam situasi ini, Hari Santri Nasional menjadi lebih dari sekadar peringatan. Ia menjadi simbol pengakuan atas kontribusi besar santri dan ulama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan mendukung kepemimpinan yang berintegritas.
Kesimpulannya, peran santri dan ulama dalam Pilkada Aceh 2024 tidak bisa dipandang sebelah mata. Dukungan mereka terhadap pasangan mantan kombatan menunjukkan bahwa persatuan antara agama dan politik di Aceh tetap hidup dan relevan. Pilkada ini bukan hanya soal politik, tetapi juga tentang menjaga moralitas dan nilai-nilai agama yang diwariskan oleh ulama dan diperjuangkan oleh santri.
Penulis adalah Alumni Dayah BUDI Lamno Aceh Jaya