LANGKAT (Waspada): Memasuki masa panen gabah, harga komoditas bahan pokok beras di sejumlah kecamatan di wilayah Kab. Langkat dalam tiga hari belakangan ini mengalami penurunan.
Namun, penurunan harga pasokan beras dari tingkat agen dan distributor tidak terlalu signifikan. Harga berbagai jenis beras hanya turun tipis, yakni berkisar Rp3.000 s.d Rp4.000 per karung ukuran 15 Kg.
Saat ini, baik harga beras jenis medium dan premium di tingkat pedagang pengecer (kios) masih saja tetap relatif tinggi, yakni masih bertahan dikisaran Rp14.000 s.d Rp15.000 per kilogram.
Adapun komidtas beras Bulog yang harga eceran tertinggingnya (HET) telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp10.900 sangat langka di pasaran. Padahal, jika beras Bulog selalu tersedi, masyarakat kecil sangat terbantu.
Tingginya harga makanan pokok ini tentunya sangat memberatkan masyarakat, terutama dari kalangan strata bawah. Dengan gaji suami yang pas-pasan, para emak-emak tentu kewalahan mengatur uang belanja harian.
Bagimana tidak, penghasilan warga strata bawah ini relatif kecil, sementara kebutuhan hidup terus bertambah dengan naiknya harga beras, termasuk beberapa kebutuhan pokok lainnya, seperti gula dan minyak goreng.
Adapun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNTP) berbentuk beras kepada kelurga penerima manfaat (KPM) yang disalurkan pemerintah melalui kantor pos beberapa hari belakangan ini dirasakan warga sangat membantu.
Hanya saja, jumlah bantuan terbatas, yakni hanya 10 kg per KPM. Jumlah beras bantuan ini hanya dapat bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidup beberapa hari kedepan dan setelah itu warga kembali membeli beras.
Mila, salah seorang penjual sarapan pagi ditemui Waspada, Senin (9/10), mengaku pusing dengan tingginya kenaikan harga beras, sementara harga jual nasi gurih dan lontong masih tetap seperti biasa.
Ia memilih tidak menaikan harga jual nasi gurih dan lontong, karena ia khawatir akan berdampak menunrunya daya beli masyarakat konsumen. Untuk mesiasati agar tak merugi, pedagang ini mengurangi porsi makanan. (a10)