SIMALUNGUN (Waspada): Ratusan massa aliansi masyarakat Sidamanik, kembali menggelar aksi unjuk rasa menolak rencana PTPN 4 mengkonversi tanaman teh ke kelapa sawit di Kebun Bah Butong, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Selasa (28/6).
Aksi massa yang dikordinir PPSI (Perkumpulan Parsidamanik Se Indonesia) menggelar aksi di depan kantor Kebun Bah Butong. Puluhan pihak pengaman melakukan penjagaan terhadap para pengunjuk rasa agar tidak masuk secara paksa ke ruang perkantoran milik perkebunan plat merah tersebut.

Warga yang datang secara bergelombang meramaikan aksi unjuk rasa sejak siang hingga sore hari. Mereka menuntut agar pihak PTPN 4 tidak mempermainkan haknya dalam mengelola areal kebun Bah Butong dari tanaman teh ke sawit. Warga juga memaksa 5 unit alat berat agar berhenti melakukan pentraktoran di lokasi areal kebun Bah Butong yang direncanakan akan mengkonversi tanaman teh ke sawit.
Bungaran Nainggolan, Sekjen PPSI Pusat Jakarta, beserta sejumlah tokoh masyarakat Sidamanik lainnya, seperti Amson Simarmata dan Ara Siallagan secara bergantian melakukan orasi.
Bungaran mengungkapkan, aksi mereka gelar sebagai bentuk protes dan rasa kecewa terhadap sikap pihak PTPN IV yang tidak merespon tuntutan yang mereka sampaikan beberapa hari yang lalu. Keadaan ini jelas terlihat di lapangan, dimana sejumlah alat berat masih tetap beroperasi untuk melakukan pembersihan dan pembongkaran tanaman teh dilokasi yang akan direncanakan tanaman sawit.
” Kita sangat kecewa atas sikap perusahaan PTPN IV karena tidak merespon tuntutan yang disampaikan warga beberapa hari yang lalu. Karenanya, kami telah hentikan operasional alat berat disini. Bila hal ini tidak juga menjadi perhatian pihak perusahaan kami akan melakukan aksi yang lebih tegas dengan mengerahkan anggota dan masyarakat yang jauh lebih besar,” tegas Bungaran.
” Ini sudah aksi yang kedua, jangan pancing rakyat untuk bertindak keras. Yang jelas tanaman teh harga mati, tidak boleh diganti dengan tanaman sawit,” ujar Amson Simarmata.
Kenapa warga menolak adanya konversi tanaman teh ke sawit, alasannya karena dapat merusak lingkungan dan alam sekitar. Sudah banyak contohnya, ketika konversi terdahulu seperti di Kebun Marjandi dan Bah Birong Ulu, kini daerah seputar perkebunan dimaksud menjadi langganan banjir, meskipun hujan kecil yang turun.

Setelah beberapa jam melakukan aksi, perwakilan para pengunjuk rasa diterima pihak PTPN 4. Dari pihak perkebunan diwakili oleh Askep Hendrik Ketaren, tidak ada keputusan, karena kapasitas Askep bukan sebagai pengambil keputusan. Massa juga menyatakan tetap menolak konversi tanaman teh ke sawit dan meminta alat berat supaya dikeluarkan dari areal perkebunan. ” Pak manager tidak ditempat, karenanya saya sebagai Askep hanya menampung aspirasi masyarakat pengunjuk rasa saja, untuk selanjutnya disampaikan ke pimpinan,” tukas Ketaren.
Sementara, usai mendengar penjelasan Askep, massa pengunjuk rasa sepertinya tidak puas dengan jawaban itu. Oleh sebab itu, para pengunjuk rasa akan terus beraksi hingga apa yang mereka perjuangkan berhasil adanya.(a27).