Bencana alam banjir dan tanah longsor yang melanda berbagai daerah di Sumatera Utara, menyisakan berbagai cerita dan duka menyedihkan bagi warga yang menjadi korban bencana alam maupun bagi masyarakat lain akibat putusnya sarana tranportasi darat di sejumlah titik.
Putusnya Jalinsum yang menghubungkan Padangsidimpuan dengan Sibolga akibat dihantam banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah titik menyisakan berbagai cerita pilu dan menyedihkan seperti yang dialami siswa SMA Negeri 1 Plus Matauli Sibolga.

Mikrat Maram alif Husin Harahap, warga Kota Padangsidimpuan sebgai salah atu dari sejumlah siswa SMAN Plus Matauli Sibolga menceritakan bagaimana ia dan kawan – kawannya nekat menyebernagi sungai Garoga yang sedang meluap akibat tingginya intensitas hujan yang turun di wilayah Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan.
Alif sapaan akrab Mikrat Maram alif Husin Harahap yang masih duduk dibangku kelas XII menjelaskan, sejak tanggal 20 November 2025 hujan yang berkepanjangan mengguyur Kota Sibolga dengan intensitas cukup tinggi.
Setelah lima hari diguyur hujan, bertepatan dengan peringatan hari guru yakni tanggal 25 November 2025, pihak sekolah mengumunkan libur dan tidak berapa lama setelah pengumuman libur terjadi longsor di bukit Matauli, Sibolga.
Alif dan teman- temannya satu kelas, kemudian masing-masing memberi kabar kepada orang tua bahwasanya terjadi banjir dan bukit Matauli longsor. Alif dan beberapa orang temannya juga memberi kabar akan pulang karena libur.
“Setelah kami mengirim kabar bahwa terjadi longsor di bukit Matauli dan terjadi banjir di wilayah Pandan, sekira 1 jam kemudian mati lampu dan jaringan telekomunikasi padam total,” tuturnya.
Pada awalnya, mereka menduga mati lampu dan hilangnya jaringan telekomunikasi hanya sebentar namun hingga malam tiba listrik belum juga menyala, jaringan telekomunikasi juga ada sehingga mereka mulai cemas.”Kami disana mulai takut, tetapi bukan takut untuk tinggal di Pandan melainkan takut orangtua cemas,” ujarnya.
Keesokan harinya, 26 November 2025, Alif dan teman-temannya yang berasal berbagain daerah di Sumut, termasuk ada yang dari Jakarta dan Batam mulai berpikir bagiamana bisa mengabari orang tua agar tidak cemas atas keneradaan mereka. Pada malam harinya, sekira pukul 20.00 Wib malam, mereka berdiskusi sambil menyalakan api unggun di lingkungan kos salah seorang guru bernama Imam.
“Jadi kami mulai diskusi, berdiskusi gimana caranya dapat sinyal, dan memutuskan untuk pergi ke Tapsel karena kami mendapat kabar bahwa di Batangtoru ada sinyal untuk bisa mengabari orangtua agar mereka tidak cemas,” ucapnya.
Keesokan harinya, 27 November 2016, 11 orang teman Alif yang berasal dari berbagai daerah di Sumut dan luar Sumut berangkat meninggalkan Pandan, Sibolga menuju Batangtoru. Sedangkan Alif dan beberapa orang temannnya ragu untuk melawati jalan yang sudah dilanda banjir.

11 orang teman Alif yang bergerak duluan keluar dari Sibolga adalah :
- Ijlal hannansyah Ritonga (Rantau Parapat)
- Raja ritonga (Rantau Parapat)
- rifqy arnaz (Rantau Parapat)
- Exal harahap (Karo)
- albert sipahutar (Jakarta)
- m. Iskandar Sutan (Padangsidimpuan)
- Moch Adri (Padangsidimpuan)
- M raffi hatta (Medan)
- Yancey pauricio (Karo)
- Marsel silalahi (Batam)
- Farrel Afwandi (Medan).
Berselang beberapa saat kemudian, ungkapnya, temannya bernama Amar Ma’ruf Saragih (siswa asal Mandailing Natal) datang mengajak Alif dan 2 orang lagi bernama Kingtara Ginting (siswa asal Karo) dan Dody hamka (aiswa asal Batangtoru) untuk berangkat keluar dari Sibolga menuju Batang Toru dan selanjutnya ke Padangsidimpuan.
Ditengah suasana kepanikan warga Sibolga akibat bencana banjir, Alif bersama tiga rekannya jalan kaki dan dan baru sampai di daerah Kalangan, jenbatan sudah putus.”Untung masih ada penyangga kayu yng dibuat oleh warga disana agar bisa lewat, lalu kami melewati itu untuk melanjutkan perjalanan menuju Batangtoru,” katanya.
Setelah menyeberangi jembatan kalangan yang putus tersebut, mereka berempat berniat cari mobil untuk melanjutkan perjalanan ke Batangtoru karena mereka tidak tahu jika ruas jalan yang menhubungkan Sibolga dengan Batang Toru sudah putus total akibat banjir bandang luapan sungai dan tanah longsor.
Di tengah suasana yang diliputi rasa cemas, mereka bertanya kepada warga sekitar apakah ada mobil lewat untuk ditumpangi. “Warga sedikit tertawa dan berkata, Hajoran saja sudah tidak bisa dilewati bagaimana bisa angkot lewat”.ujar Alif menitukan ucapan warga.
Kemudian mereka naik beca bermotor dan setelah sampai di titik longsor pertama di Hajoran, mereka berempat selanjutnya berjalan kaki sampai ke Hutabalang karena di Hutabalang jalan juga tidak bisa di lewati sehingga terpaksa harus berjalan kaki.
Dari Huta Balang, mereka naik mobil travel sampai dekat jembatan Garoga yang sudah putus diterjang banjir luapan sungai Garoga.” Kami berangkat dari Sibolga sekira lukul 12.00 WIB dan bisa sampai di garoga 16.30 WIB,” jelas Alif.
Untuk bisa menyeberangi sungai garoga yang cukup lebar dan deras harus menggunakan katrol dengan menggantung seperti wahana flying fox.Semenyara warga yang sudah antri untuk menyeberang sudah cukup banyak.
Alif bersama 3 rekannya kemudian ikut antri, namun pada pukul 17.00 WIB penyebarangan mellaui katrol ditutup.”Jadi tidak bisa lewat dengan gunakan katrol dikarenakan jam kerja mereka sudah selesai yaitu tepat pukul 5 sore,” ujar Alif.

Di tengah suasana dilema, mau menyeberangi sungai secara paksa melawan arus atau bermalam di posko dan kembali mengantri besoknya untuk melanjutkan perjalanan, akhirnya mereka memutuskan menyeberangan sungai.
Sekira pukul 17.30 WIB, mereka nekad menyeberangi sungai Garoga yang begitu deras akibat sedang meluap.”Karena sudah teringat tujuan utama untuk membuat hati kedua orangtua tidak cemas, kami tetap memaksa melewati sungai pada pukul setengah 6 sore,” ungkapnya.
Setelah sampai disebarang sungai, mereka melanjutkan perjalanan sampai ketemu dengan mobil yang mengangkut warga dari sekitar Garoga ke batangtoru.
Setelah tiba di Batangtoru akses sudah mudah dan jaringan telekomunikasi sudah mulai ada. Jadi saya menelepon orangtua dan kami pun bisa pulang kembali ke padangsidempuan dengan aman,” tutup Alif. Mohot Lubis/WASPADA.id












