P.SIDIMPUAN (Waspada.id): Setelah terjadinya bencana alam banjir tanah longsor di berbagai daerah, 186 Kepala Keluarga (KK) warga Desa Tandihat, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) mengungsi ke tempat lain karena desa mereka tidak aman untuk ditempati.
Informas diperoleh Waspada.id, Selasa (9/12/2025), Desa Tandihat yang hanya berjarak belasan kilometer dari Kota Padangsidimpuan, mulai ditinggalkan warganya sepekan yang lalu setelah tanah yang dihuni 186 KK tersebut mengalami retak- retak akibat pergeseran kulit bumi pascaterjadinya bencana alam akhir November 2025.
Pada awalnya, hanya sebagian warga yang berdomisili di lereng bukit tersebut mengungsi ke tempat lain, namun hanya dalam hitungan hari, kerusakan retakan yang muncul di permukaan tanah semakin parah, akibat pergeseran kulit bumi, sehingga semua warga terpaksa keluar dari desanya.
Retaknya permukaan tanah di Desa Tandihat bukan hanya membuat akses jalan terputus, tapi rumah warga juga ikut rusak sehingga Pemkab Tapsel memutuskan 186 KK (630 jiwa) warganya akan direlokasi karena desa tidak aman lagi untuk didiami.
Kondisi ini mirip dengan yang terjadi di Aek Latong, Kecamatan Sipirok, Tapsel sekira 25 tahun lalu. Di mana pada tahun 1999 permukaan tanah retak akibat pergeseran kulit bumi sehinga pada tahun 2000 dan 2001, sebanyak 27 KK penduduk Desa Aek Latong saat itu keluar dari wilayah itu secara berangsur-angsur dan tahun 2022, warga direlokasi ke pemukiman baru yang berjarak sekira 2 km dari Aek Latong.
Camat Angkola Selatan, Dody Kurniawan, mengatakan seluruh warga Desa Tandihty telah dipusatkan di Afdeling V Marpinggan, Dusun Tangsi, Desa Marpinggan, untuk menjamin keselamatan mereka selama masa tanggap darurat.
Ia menjelaskan bahwa Bupati Tapanuli Selatan, Gus Irawan Pasaribu, bersama BNPB juga telah meninjau lokasi dan menyepakati relokasi warga Desa Tandihat ke kawasan yang dinilai lebih aman.
Dari total 186 KK yang dialami Desa Tandihat, sudah termasuk Dusun Tandihat Baru yang dihuni 29 KK atau 127 jiwa. Pergerakan tanah yang terus terjadi membuat ratusan rumah tidak lagi layak huni.
“Fasilitas umum seperti sekolah dasar, rumah ibadah, dan kantor desa yang baru dibangun turut rusak akibat bencana banjir dan longsor yang memicu pergeseran tanah,” sebutnya.
Bahkan, tambahnya, akses jalan dari Siaporik Dolok menuju Desa Sihopur ikut terputus setelah amblas lebih dari 100 meter dengan kedalaman mencapai sekitar 10 meter sehingga menghambat mobilitas warga.
Ruas jalan penghubung Desa Sihopur menuju Dusun Hasugian juga dilaporkannya amblas puluhan meter dan berdampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi masyarakat di wilayah kerjanya.
Kepala Desa Tandihat, Ranto Panjang Sipahutar, berharap perbaikan infrastruktur dan percepatan relokasi warganya segera direalisasikan agar kehidupan masyarakat dapat kembali normal.(id46)












