Kunjungi SDN Dan SMPN Lae Ikan, Melalui APSI Pemerintah Diminta Buka Mata

  • Bagikan
Kunjungi SDN Dan SMPN Lae Ikan, Melalui APSI Pemerintah Diminta Buka Mata

SUBULUSSALAM (Waspada): Kunjungi SDN Lae Ikan dan SMPN 2 Penanggalan di Kampong Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, melalui APSI pemerintah diminta membuka mata, terhadap kondisi bangunan rumah dinas guru dan nasib guru honor di dua sekolah itu.

Diketahui, Tim Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (DPK) Kota Subulussalam dalam rangkaian HUT ke-20 Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) berkunjung ke SDN Lae Ikan dan SMPN 2 Penanggalan di Kampong Lae Ikan, Jumat (14/10).

Kunjungi SDN Dan SMPN Lae Ikan, Melalui APSI Pemerintah Diminta Buka Mata
KONDISI bangunan rumah dinas guru di SDN Lae Ikan yang sangat memprihatinkan. Foto diambil, Minggu (16/10). Waspada/Ist

Pasalnya, selain bangunan empat unit rumah dinas Guru SDN Lae Ikan saat ini sangat tidak layak huni, nasib tiga orang guru honorer dan guru bhakti yang sudah belasan tahun mengabdi di sana hingga kini belum jelas.

Jhoni Bancin, eks Kepala Kampong Lae Ikan, kepada Waspada,id Minggu (16/10) sembari mengirimkan sejumlah foto terkait mengatakan itu setelah keluhannya disampaikan pada forum kunjungan Tim Pengawas DPK ke SDN dan SMPN 2 Penanggalan di Kampong Lae Ikan, turut dihadiri Nazarmi, S.Pd mewakili Kepala SDN Lae Ikan dan Lukman Padang, S.PdI Kepala SMPN 2 Penanggalan di SDN Lae Ikan, Jumat.

Pada kunjungan itu, Tim Pengawas DPK diketuai Muhammad Nasir, S.PdI M.Pd jelaskan jika dipilih sekolah berada persis di perbatasan Aceh – Sumut itu diharapkan menjadi motivasi bagi para guru untuk meningkatkan kualitas mengajar, disusul kecerdasan siswa. Melalui momentum HUT ke-20 APSI, 14 Oktober, sebagai bentuk tali asih tim berupa tas, buku dan alat tulis turut serahkan kepada murid/siswa.

Kembali ke persoalan rumah dinas guru, sejak dibangun tahun 1986 hingga saat ini, Jhoni sebut tak pernah direhab. “Ada empat unit, semua rusak berat,” pungkas Jhoni menambahkan, rumah dinas itu pernah ditempati guru saat dirinya Kepala Kampong Lae Ikan.

Jhoni akui sangat prihatin dengan kondisi ini karena berkaitan langsung dengan keberlangsungan pendidikan anak-anak di sana. Pasalnya, para guru tidak ada yang menetap di kampong ini, kecuali kepala sekolah punya rumah sendiri di permukiman, tak jauh dari lokasi SDN dan SMPN tersebut.

“Andai cuaca nggak baik, hujan atau lainnya, berakibat para guru yang semua berdomisili di Kota Subulussalam akan terlambat atau tidak bisa hadir. Maka guru bhakti dan honorlah yang harus menggantikan,” sesal Jhoni akui sangat prihatin dengan nasib guru honor/bhakti yang nyaris luput dari perhatian Pemko Subulussalam, padahal mereka rata-rata sudah mengabdi dalam belasan tahun.

Di sisi lain Jhoni berharap melalui Tim Pengawas DPK dibuat Gapura SDN dan SMPN 2 Penanggalan. Pasalnya, berada di bagian atas lintas jalan nasional, dua sekolah itu tak tampak sehingga gapura menjadi solusi.

Diperoleh informasi, tenaga pengajar di SDN Lae Ikan dengan enam RKB dan satu kantor yang mengasuh 40 murid terdiri dari tiga orang ASN, empat P3K dan tiga honor atau bhakti.

Mengenang pengadaan tanah lokasi dibangun SMPN 2 Penanggalan di sana, Jhoni selaku penghibah tanah berharap, Pemko melalui DPK Subulussalam bisa membantu para guru honor ‘prioritaskan’ diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), baik melalui program P3K atau semacamnya.

Menjawab Waspada.id, Minggu (16/10) terkait bangunan rumah dinas guru di sana, Kepala DPK Subulussalam, H. Sairun, S.Ag tak banyak komentar. “Nanti saya cek di usulan DAK 2023, apakah ada dimasukkan,” pesan WA Sairun.

Dari Kepala SMPN 2 Penanggalan, Lukman Padang, S.PdI dikonfirmasi, Minggu (16/10) diketahui jika dari delapan guru di sana terdiri dari ASN tiga orang, Guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) dua orang, guru honor tiga orang dan satu orang Tata Usaha (TU). Sementara total jumlah siswa hanya 12 orang, yakni empat siswa Kelas VII, lima siswa Kelas VIII dan tiga sisa Kelas IX. (b17)

  • Bagikan