LANGSA (Waspada): Panitia Pelaksana Kegiatan Film Dokumenter Moderasi Beragama dari Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Langsa melakukan kunjungan penuh inspirasi ke Kantor Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Langsa pada Kamis (28/11).
Kunjungan tersebut bertujuan mendalami nilai-nilai adat Aceh sebagai bagian dari moderasi beragama yang akan diangkat dalam karya dokumenter mereka.
Kedatangan para mahasiswa disambut hangat Ketua MAA Kota Langsa, Drs. H. Mursyidin Budiman, didampingi oleh jajaran pengurus, termasuk Wakil Ketua I H. Ibnu Sa’dan, Wakil Ketua II Ir. Malik Rani, Ketua Bidang Hukum Adat Tgk. H. M. Jamil Gade, dan Ketua Bidang Putro Phang Hj. Siti Jamaliah. Turut hadir pula Ketua Bidang Pengkajian, Pendidikan, dan Pengembangan M. Yacok, S.Pd., serta Ketua Bidang Pelestarian Pusaka Melur Diawan, S.Pd., M.M.
Dalam sesi diskusi, mahasiswa mengajukan berbagai pertanyaan seputar adat Aceh, terutama tradisi peusijuek yang sarat makna sebagai simbol penyucian, keberkahan, dan perdamaian.
Pengurus MAA secara bergantian memberikan penjelasan mendalam mengenai filosofi, tata cara pelaksanaan, dan relevansi adat peusijuek dalam kehidupan masyarakat modern.
“Adat peusijuek bukan hanya sebuah tradisi, tetapi juga cerminan harmoni antara agama dan budaya yang dapat menjadi teladan dalam membangun moderasi beragama. Kita di Aceh memiliki cara unik untuk menyatukan nilai-nilai agama dengan budaya lokal, sehingga menjadi contoh toleransi yang patut dijaga dan diwariskan,” ujar Drs. H. Mursyidin Budiman.
Wakil Ketua II, Ir. Malik Rani, menambahkan bahwa adat peusijuek dapat menjadi media edukasi yang efektif untuk memperkenalkan konsep keberagaman dalam bingkai budaya.
“Generasi muda perlu melihat adat ini sebagai sarana untuk memperkuat identitas dan menghormati keberagaman yang ada di sekitarnya,” katanya.
Para mahasiswa mengaku kunjungan ini memberikan wawasan baru dan memotivasi mereka untuk lebih mendalami tradisi lokal sebagai sumber inspirasi karya mereka.
Salah satu mahasiswa, Fakhrur Rozi, menyatakan bahwa nilai-nilai adat Aceh memiliki kekuatan naratif yang luar biasa dalam mendukung moderasi beragama.
“Kami semakin yakin bahwa tradisi lokal seperti peusijuek memiliki pesan universal yang dapat diangkat untuk memperkuat harmoni beragama. Melalui film dokumenter ini, kami ingin membagikan pesan tersebut kepada masyarakat luas,” ujarnya dengan semangat.
Di akhir kunjungan, Ketua MAA mengungkapkan apresiasinya terhadap inisiatif mahasiswa dalam mengangkat tema moderasi beragama melalui tradisi lokal.
Ia berharap hasil karya ini dapat menjadi media edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Kami mendukung penuh kreativitas mahasiswa dalam menyampaikan pesan moderasi beragama. Semoga film dokumenter ini menjadi jembatan untuk memperkenalkan adat Aceh sebagai bagian dari nilai-nilai kebangsaan yang memperkuat persatuan,” tutup Drs. H. Mursyidin Budiman.
Kunjungan ini tidak hanya mempererat hubungan antara MAA dan mahasiswa, tetapi juga menjadi langkah awal yang penuh motivasi untuk melestarikan adat sebagai warisan yang relevan di era modern.(b12)