President University Gelar Seminar Pengobatan Presisi di Indonesia

  • Bagikan
President University Gelar Seminar Pengobatan Presisi di Indonesia

JAKARTA (Waspada): Perkembangan pengobatan presisi atau presicion medicine menjadi pembahasan menarik pada seminar nasional yang digelar Fakultas Kedokteran President University, Senin (12/2/2024) di Jakarta. Tema yang diangkat adalah ‘Menuju Precision Medicine Melalui Pemetaan Genom: Pro dan Kontra di Masyarakat’.

Para pembicara adalah Dekan Fakultas Kedokteran President University (Presuniv), Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes., yang juga menjadi moderator seminar. Prof Budi menyoroti pemetaan genom dari sudut pandang etika. 

Dua pembicara lainnya adalah Guru Besar Mikrobiologi Klinik dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof. dr. Amin Soebandrio W. Kusumo, Ph.D., Sp.MK (K), dan Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia Dr. dr. Ivan Rizal Sini, FRANZCOG, GDRM, MMIS, Sp.OG . Seminar ini dihadiri pula oleh DR SD Darmono, Chairman Jababeka yang juga pendiri President University.   

Prof Budi dalam kata pembuka mengatakan, selama ini para dokter dan praktisi kesehatan akan memberikan terapi dan obat-obatan yang sama untuk setiap orang dengan gejala penyakit yang sama. Padahal, terapi dan obat-obatan tersebut belum tentu akan memberikan efek yang sama bagi setiap orang. Mengapa? Ini karena setiap orang mempunyai kode genetik yang berbeda-beda.

Dengan mengetahui informasi genetik tersebut, para praktisi kesehatan bisa memberikan terapi dan pengobatan yang lebih presisi (precision medicine) terhadap seseorang dengan gejala penyakit tertentu. 

Upaya merekam informasi genetik itu kini tengah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalui program Biomedical & Genome Science Initiative atau BGSi. BGSi adalah upaya pemerintah untuk mengetahui profil genom atau informasi genetik dari setiap orang. Dengan adanya informasi genetik tersebut, para dokter dan praktisi kesehatan bisa mendeteksi gejala penyakit tertentu yang dialami oleh seseorang, sehingga bisa memberikan terapi dan pengobatan secara lebih akurat. 

Program BGSi ini membuka babak baru dan sekaligus menjadi lompatan penting dalam dunia kesehatan Indonesia dan dunia. Banyak sekali manfaat yang bisa dipetik jika kita berhasil mengembangkan BGSi. Selain terapi dan pengobatan yang lebih presisi, manfaat lainnya adalah berupa penghematan biaya kesehatan. Ini karena masyarakat tidak perlu lagi mengeluarkan biaya-biaya untuk terapi atau mengonsumsi obat-obatan yang sebetulnya tidak terdiperlukan. 

“Meski memberikan banyak manfaat, upaya pengembangan BGSi ternyata masih menuai pro kontra di masyarakat. Apa saja manfaat dari upaya merekam kode genetik dari setiap orang? Lalu, apa saja pro kontranya? Itulah yang menjadi perhatian dunia kedokteran di Indonesia saat ini,” ujar Prof Budi.

Sedangkan Prof. Amin menggarisbawahi pentingnya informasi genetik dalam terapi dan pengobatan kanker. Dengan adanya informasi genetik, para dokter bisa mengidentifikasi adanya gen-gen tertentu, atau terjadinya mutasi gen, yang dapat meningkatkan risiko serangan kanker.

“Dengan adanya informasi genetik tersebut, para dokter dapat memberikan terapi dan pengobatan kanker yang lebih presisi,” ujar Prof Amin.

Pendekatan ini  tentu bisa meningkatkan efektivitas obat dan mengurangi dampak sampingnya. Hasilnya tentu akan lebih baik bagi masyarakat. Bahkan, menurut Prof. Amin, informasi genetik ini akan merevolusi terapi dan pengobatan kanker.  

Terapi dan pengobatan ini menjadi sangat penting karena, menurut WHO, kanker masih menempati urutan pertama pembunuh manusia di dunia. Masih menurut WHO, tiga kanker yang paling mematikan adalah kanker paru-paru (1,8 juta kematian atau 18,7% dari total kematian akibat kanker), kanker kolokteral (900.000 atau 9,3%), dan kanker hati (760.000 atau 7,8%). 

Ditambahkan Amin, dengan adanya informasi genetik, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan terapi dan pengobatan yang lebih presisi. Di antaranya, penilaian risiko yang bersifat personal, upaya deteksi dan pencegahan dini, rencana pengobatan yang disesuaikan berdasarkan susunan genetik individu, mengurangi efek samping pengobatan, meningkatkan khasiat pengobatan, tindak lanjut perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan, yang semuanya berdampak pada peningkatan hasil pengobatan dan kualitas hidup pasien.
 

Sementara, Ivan Rizal Sini memaparkan potensi industri genomik yang saat ini masih tumbuh dengan lambat. Selama tahun 2022 hingga 2023, mengutip data National Human Genom Research Institute (NHGRI), pasar genomik naik dari US$44,6 miliar menjadi US$46,2 miliar atau hanya tumbuh 3,6%. Meski begitu pada 2028 pasar genomik diperkirakan akan melesat menjadi US$83,1 miliar, atau tumbuh rata-rata 12,4% per tahun.

Selain membahas soal industri, Ivan juga memaparkan beberapa isu tentang pentingnya informasi genetik. Misalnya, soal pentingnya Polygenic Risk Scoring (PRS). PRS adalah cara agar masyarakat dapat mengetahui risiko terkena suatu penyakit tertentu, atau beberapa penyakit sekaligus, berdasarkan akumulasi perubahan yang terkait dengan penyakit tersebut.

“Perubahan tersebut bukan hanya perubahan pada salah satu atau beberapa gen mereka, tetapi juga perubahan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal,” tandas Ivan.
 

Ivan juga membahas pentingnya uji genetik untuk menanggulangi penyakit-penyakit pranatal dan kesehatan reproduksi, termasuk peluangnya untuk membuat usia menjadi semakin panjang. 

President University (Presuniv) merupakan salah satu perguruan tinggi swasta dengan terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT). Presuniv yang digagas oleh SD Darmono, Chairman Jababeka, dan Prof. Donald W. Watts, President Bond University, Queensland, dan Wakil Rektor Curtin University, Australia Barat, mulai beroperasi pada tahun 2002. 

Saat ini Presuniv memiliki 8.000-an mahasiswa baik dari 38 provinsi di seluruh Indonesia maupun luar negeri. Presuniv tercatat sebagai universitas dengan mahasiswa asing S1 terbanyak di Indonesia. 

Saat ini Presuniv lima fakultas, yaitu Fakultas Bisnis, Fakultas Humaniora, Fakultas Komputer, Fakultas Teknik, dan Fakultas Kedokteran. Lima fakultas tersebut menaungi 21 program studi S1, dan tiga program studi S2. (J02)
 



  • Bagikan