JAKARTA (Waspada): Sebanyak 377 peneliti, dosen, dan mahasiswa dari berbagai negara ikut berpartisipasi dalam Ukrida International Conference (UIC) 2024 yang digelar Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), 2 sampai 3 Desember 2024 di Jakarta. Digelar dalam upaya meningkatkan kualitas inovasi dan penelitian pendidikan tinggi di Indonesia, UIC 2024 mengambil tema Toward Inclusive Excellence – Diversity, Equity, and Inclusion (DEI), Multiliteracy, and Well-being in Academia and Industry.
Ketua Ukrida International Conference (UIC) 2024, Dr. Diana Frederica, SE., M.Ak mengatakan, konferensi dalam rangkaian perayaan ulang tahun Ukrida yang ke-57 ini, mencakup dua area utama yakni The International Conference on Sustainability Through Humanities and Social Sciences (ICSHSS) dan The International Conference on Sustainability Technology and Healthcare Engineering (ICSTHE).
ICSHSS dan ICSTHE 2024 hadir sebagai forum bagi para ahli dan peneliti dalam dan luar negeri dari berbagai disiplin ilmu untuk berbagi perspektif dan temuan penelitian guna mengatasi tantangan global yang kompleks terkait inklusi dan keberlanjutan.
Dies Natalis ke – 57 bertemakan Send Forth Your Light, yang menyoroti peran Ukrida sebagai perguruan tinggi terakreditasi unggul dalam menumbuhkan budaya inklusivitas, keragaman, dan kesejahteraan holistik di dalam dan di luar ekosistem pendidikan tinggi.
“Melalui konferensi ini, Ukrida menjembatani para peneliti, dosen, mahasiswa Indonesia untuk menjalin kolaborasi dengan peneliti dari berbagai negara, termasuk Amerika, Vietnam, Turkiye, Kamboja, India, Australia, dan negara-negara lainnya,” imbuh Diana.
Konferensi ini diselenggarakan bersama dengan beberapa mitra perguruan tinggi lainnya, antara lain; Eastern Samar State University (ESSU) Filipina, Universitas Kristen Maranatha Bandung, Universitas Cenderawasih Papua, STIAB Jinarakkhita Lampung, dan Universitas Mahasaraswati Denpasar.
“Konferensi ini bertujuan untuk mendorong pertukaran wawasan dan temua tentang isu-isu global yang mendesak dan praktik penelitian yang inovatif, serta mempromosikan kolaborasi lintas disiplin ilmu,” ungkap Rektor UKRIDA Prof. Dr.-Ing. Ir. Herman Parung, M.Eng., IPU.
Ditambahkannya, bahwa konferensi ini merupakan ruang kolaborasi multidisiplin ilmu untuk memperoleh solusi dari berbagai isu-isu global.
ICSHSS dan ICSTHE 2024 menghadirkan deretan pembicara terbaik diantaranya Prof. Bryon J. Good, Ph.D. dari Harvard University, USA; Dr. Ahmad Agus Setiawan dari Kantor Staf Presiden RI; Prof. Dr.-Ing. Chi-Chia Sun dari National Taipei University, Taiwan; Assoc. Prof. Omer Faruk Rencber dari Gaziantep University, Turkiye; Dr. Manash Pratim Pathak dari Assam down town University, India, Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., M.A., Indonesia; Dr. Roberta Borgen (Neault), CCC, CCPD, GCDFi, Kamboja, serta para peneliti dan dosen lainnya dengan pendekatan komprehensif.
Byron Good, B.D., Ph.D., Professor of Medical Anthropology, Harvard University, USA dalam pembahasannya mengenai Decolonizing’ Academic and Clinical Practices in Culturally Diverse Indonesia menyatakan bahwa Diversity, Equity and Inclusion (DEI) bukanlah sekadar program atau kebijakan, melainkan komitmen etis untuk terus-menerus menelisik ketidakadilan struktural, menghargai keragaman, dan menciptakan ruang untuk setiap individu dapat mengembangkan potensi penuhnya tanpa dibatasi oleh sekat-sekat sosial, budaya, atau ekonomi. Ia juga menekankan pentingnya memahami konteks budaya, sejarah, dan sosial dalam mewujudkan kesetaraan di Indonesia.
Prof. Byron mengungkap pengamatannya di Harvard, yaitu fenomena kesenjangan kemampuan belajar yang kompleks pada mahasiswa kedokteran yang memiliki latar belakang heterogen. Ia menegaskan bakat itu ada di mana-mana, tetapi kesempatan tidak selalu ada. Pernyataan ini mengajak para akademisi untuk melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan sekadar tantangan.
Byron mendorong inklusivitas menjadi praktik nyata yang memberdayakan dan menghargai martabat setiap individu, termasuk memberikan dukungan komprehensif bagi mahasiswa dengan berbagai keterbatasan.
Selaras dengan hal tersebut, setiap tahunnya Ukrida aktif menghadirkan akselerasi pendidikan bagi calon mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara dan sekitarnya. Upaya ini diharapkan menjadi solusi strategis dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif.
Dalam diskusi keilmuan ini, Siegfrieda A.S. Mursita Putri, S.S., M.Hum, dosen dan Ketua Program Studi Sastra Inggris Ukrida, membagikan pengalamannya dalam menerapkan keberagaman agama di kelas. Sebagai langkah praktis, ia menerapkan metode untuk para mahasiswa dari berbagai latar belakang kepercayaan bergantian memimpin doa sesuai agamanya di depan kelas, sementara peserta didik lainnya menghormati dan menyesuaikan diri sebelum perkuliahan dimulai.
“Ukrida berkomitmen menjadi universitas inklusif yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani, namun tetap terbuka bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang kepercayaan,” imbuhnya.
Dr. Ahmad Agus Setiawan, Staf Ahli Energi di Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, melalui topik “Renewable Energy for Energy Transition in Indonesia”, menekankan peran strategis perguruan tinggi dalam berkontribusi terhadap keberlanjutan energi, yaitu melalui pengembangan teknologi bisnis, seperti Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), Amonia, dan sumber energi baru yang saat ini menjadi fokus perhatian.
“Indonesia dikaruniai dengan potensi energi terbarukan yang luas serta sumber daya seperti energi surya, angin, tenaga air, panas bumi, dan bioenergi. Sumber daya ini menawarkan potensi yang signifikan untuk mendiversifikasi campuran energi kita,” ungkapnya.
Katherine A. Corado, perwakilan peserta ESSU Filipina menyampaikan pendapatnya tentang UIC 2024. Menurutnya, sesi presentasi pleno memberikan wawasan berharga mengenai tren industri yang sedang berkembang. Sesi tersebut juga menyajikan strategi-strategi praktis untuk pengembangan diri dan profesional sebagai pendidik bisnis.
“Konferensi internasional yang dilaksanakan selama dua hari ini sangat memberikan wawasan dan menginspirasi. Sangat menyenangkan untuk mempelajari tren dan terobosan-terobosan dalam ilmu sosial, bisnis, kedokteran, dan teknologi,” ungkapnya.