Dosen UIN Syahada Sidimpuan Ciptakan Alat Pengering Padi Berbahan Bakar Oli Bekas

  • Bagikan
Dosen UIN Syahada Sidimpuan Ciptakan Alat Pengering Padi Berbahan Bakar Oli Bekas

P.SIDIMPUAN (Waspada) : Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Ali Hasan Ahmad Addary (Syahada) Padangsidimpuan Dr.Lelya Hilda, MSi bersama dosen dari perguruan tinggi lain berhasil menciptakan alat pengering gabah (padi) berbahan bakar oli bekas dan lebih efisien.

“Pemanfaatan limbah oli bekas sebagai energi alternatif untuk alat pengeringan gabah lebih efektif dan efisien,” kata Dosen UIN Syahada Padangsidimpuan Dr.Lelya Hilda, MSi dalam Focus Group Discusion (FGD) hasil penelitian di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kejuruan (FTIK) UIN Syahada Padangsidimpuan, Sabtu (15/10).

Dosen UIN Syahada Sidimpuan Ciptakan Alat Pengering Padi Berbahan Bakar Oli Bekas
Dr.Lelya Hilda, MSi (tengah) memberikan penjelasan tentang hasil penelitian efektivitas dan efisiensi limbah oli bekas sebagai energi alternatif pada pengeringan gabah di FTIK UIN Padang Sidimpuan, Sabtu (15/10).Waspada/Mohot Lubis

Hasil penelitian efektivitas dan efisiensi limbah oli bekas sebagai energi alternatif pada pengeringan gabah menghadirkan Prof.Dr.Saryono MSi sebagai nara sumber bersama Dr.Misdawati MSi dan Syafiruddin MPd.Sedangkan pesertanya dosen dan mahasiswa FTIK UIN Syahada Padangsidimpuan.

Ketua Tim Peneliti, Dr.Lelya Hilda, MSi yang saat ini menjabat sebagai Dekan FTIK UIN Syahada Padangsidimpuan menjelaskan bahwa anggota tim peneliti yakni Dra.Rasiman Lubis MPd serta Dr.Misdawati MSi dan Syafiruddin MPd dari perguruan tinggi lain.

Pemanfaatan limbah oli (oli bekas) sebagai bahan bakar atau energi alternatif pada alat yang di desain dan diciptakan sendiri oleh tim peneliti, ucap Lelya Hilda jauh lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan menggunakan energi gas sebagai bahan bakar pengeringan padi.

“Untuk pengeringan gabah 300 kg, biasanya dibutuhkan 3 tabung gas elpiji isi 3 kilo gram dengan harga biaya sekira Rp75 ribu. Sedangkan dengan dengan menggunakan oli bekas hanya dibutuhkan 5 liter oli bekas yang sudah bebas logam berat dengan harga sekira Rp2 ribu per liter,” jelas Lelya Hilda.

Jika dilihat dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengeringan 300 kg gabah, paparnya, dengan memanfaatkan oli bekas sebagai energi alternatif jauh lebih untung karena dapat menekan biaya produksi beras sekira rp.65 ribu untuk 300 kg gabah atau sekira Rp216 ribu dalam 1 ton gabah.

Cara kerja alat yang diciptakan dari hasil penelitian tersebut, ungkapnya tidak jauh berbeda dengan alat lainnya,namun teknologinya disesuaikan dengan bahan bakar energi alternatif oli bekas.”Kita sudah uji coba dan hasilnya bagus, termasuk warna beras putih bersih,” ujar Dr.Lelya Hilda.

Syafiruddin MPd menambahkan, berdasarkan hasil penelitian dari salah satu gilingan padi di wilayah Tapanuli Selatan yang menggunakan alat pengeringan dengan bahan bakar gas elpiji, hasil masih terdapat bercak kuning pada beras yang dikeringkan dengan alat pengering berbahan bakar gas elpiji.

Sedangkan dengan menggunakan alat pengering berbahan bakar oli bekas, berasnya putih bersih.Kemudian waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan gabah dengan alat berbahan bakar gas elpiji sekira 8 jam, sedangan dengan alat berbahan bakar oli bekas hanya sekira 5 jam.

“Dari hasil penelitian dan pembuktian tersebut, tentu dengan menggunakan alat berbahan bakar oli bekas jauh lebih efisien dan efektif, baik dari segi biaya produksi maupun dari segi waktu pengeringan,” tuturnya.

Prof.Dr.Saryono MSi sebagai nara sumber dalam FGD hasil penelitian efektivitas dan efisiensi limbah oli bekas sebagai energi alternatif pada pengeringan gabah secara virtual menjelaskan bahwa hasil penelitian tersebut sudah cukup baik, namun perlu dilengkapi, termasuk pengaturan suhu.

Selain dapat digunakan untuk pengeringan gabah pada gilingan padi, alat diciptakan tim peneliti yang dipimpin Dr.Lelya Hilda, MSi, ujar Prof.Saryono berharap lat berbahan bakan energi alternatif oli bekas dapat digunakan untuk pengeringan bibit padi.

“Pemanasan padi untuk bibit berbeda dengan pemanasan padi untuk dikupas jadi beras. tinggal menambah sedikit saja sudah bisa, yang perlu diperhatikan suhu dan waktu pengeringan,”katanya

Dalam FGD tersebut Prof.Saryono mengapresiasi dosen FTIK UIN Padangsidimpuan yang memiliki jiwa wirausaha dan bersemangat untuk melalukan berbagai penelitian.”Bu Dekan telah memantik dosen dan mahasiswa untuk melakukan penelitian,” imbuhnya.(a39).

Ket.Foto : Dr.Lelya Hilda, MSi (2 kiri tengah) dan Syafiruddin MPd (kiri tengah) foto bersama dengan peserta FGD hasil penelitian efektivitas dan efisiensi limbah oli bekas sebagai energi alternatif pada pengeringan gabah di FTIK UIN Padang sidimpuan,Sabtu (15/10).Waspada/Mohot Lubis

P.Sidempuan, 15 Oktober 2022
Penulis Berita : Mohot Lubis

  • Bagikan