Apical-IDH Teken MoU Kembangkan Potensi Kawasan Ekosistem Leuser

- Aceh
  • Bagikan
Direktur Apical dan IDH disaksikan Sekda Azmi dan Kepala Bappeda melakukan penandatangaan nota kesepahaman Program Sustainable Living Village (SLV) atau Desa Hidup Berkelanjutan di kawasan ekosistem leuser Kabupaten Aceh Singkil. WASPADA/Ariefh
Direktur Apical dan IDH disaksikan Sekda Azmi dan Kepala Bappeda melakukan penandatangaan nota kesepahaman Program Sustainable Living Village (SLV) atau Desa Hidup Berkelanjutan di kawasan ekosistem leuser Kabupaten Aceh Singkil. WASPADA/Ariefh

SINGKIL (Waspada): Apical bersama Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) melakukan penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) dalam mempromosikan Produksi, Perlindungan dan Inklusi (PPI), untuk mengembangkan potensi masyarakat di Aceh Singkil.

Apical sebagai salah satu perusahaan besar dalam pengolah minyak nabati global terkemuka dengan jejak global yang berkembang, bersama IDH untuk kerjasama selama 3 tahun ini, dalam melaksanakan salah satu program utama yaitu Program Sustainable Living Village (SLV) atau Desa Hidup Berkelanjutan di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.

SLV merupakan program inklusif pemangku kepentingan yang menggunakan model penghidupan berkelanjutan melalui kolaborasi dengan mitra, masyarakat, dan penduduk desa, untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam mengembangkan potensi masyarakat untuk penghidupan keberlanjutan.

Penandatanganan MoU serangkaian launching Program Sustainable Living Village (SLV) yang dilaksanakan di Aula Kantor Bappeda Aceh Singkil, Rabu (18/01) dilakukan sebagai komitmen bersama untuk mendorong dampak sosial yang positif bagi masyarakat serta ramah lingkungan.

MoU ditandatangani oleh Program Director IDH, Nassat Idris dan Director of Sustainability Apical Group, Bremen Yong Kin Kong, disaksikan Sekda Aceh Singkil Drs Azmi MAP dan Kepala Bappeda Aceh Singkil, Ahmad Rivai, SH.

Dalam sambutannya, Sekda Aceh Singkil Azmi mengatakan, Wilayah Aceh Singkil memiliki peran penting dalam melindungi Ekosistem Leuser. Sekitar 2,6 juta hektar hutan tropis dan rumah spesies Sumatera seperti orang utan, badak, harimau Sumatera, dan gajah.

Di Singkil, konversi ilegal yang cepat untuk perkebunan kelapa sawit menjadi tantangan bagi kelestarian ekosistem yang vital ini. Namun, deforestasi tidak secara langsung membawa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berdampak pada penghidupan para petani lokal.

“Pemerintah Aceh Singkil menyambut baik dan mengapresiasi seluruh pihak yang terliibat seperti IDH dan Apical. Serta komunitas yang telah menginisiasi dan berperan aktif dalam program SLV ini. Kami berharap program ini dapat membantu peningkatan sosial ekonomi bagi masyarakat Aceh Singkil,” sebut Azmi.

Director of Sustainability Apical Group, Bremen Yong dalam sambutannya mengatakan, pada Februari 2022 Apical fokus menciptakan dampak sosial, lingkungan, dan bisnis yang positif. Disamping itu, Apical juga telah meluncurkan peta jalan keberlanjutannya, Apical 2030. Di bawah pilar strategis dalam program jangka panjang Apical 2030, yakni Kemajuan Inklusif, program SLV bertujuan membina masyarakat dengan memberdayakan mata pencaharian mereka.

Program SLV juga berupaya untuk mengentaskan kemiskinan, mengangkat dan membina masyarakat dengan mendorong inklusi dan meningkatkan mata pencaharian sekaligus memastikan kelestarian lingkungan. Inisiatif yang disesuaikan dengan komunitas yang berbeda akan dikembangkan dengan tujuan meningkatkan pembangunan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat dengan berkolaborasi dengan mitra lokal, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Forum Konservasi Leuser (FKL). Kami sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk berkolaborasi dengan IDH dan masyarakat untuk mengimplementasikan program yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus masyarakat setempat.

“Kami berencana meluncurkan program yang dibuat khusus di bawah inisiatif SLV di beberapa komunitas Aceh pada Q2 di tahun 2023, dengan tujuan mendukung 30 desa melalui program tersebut pada tahun 2030,” pungkas Bremen Yong.

Sementara itu, Director IDH, Nassat Idris mengatakan, IDH dan APICAL memiliki kesepahaman untuk mengembangkan kemitraan dalam proyek co-funding dalam mempromosikan PPI Compact dengan program SLV sebagai pilar utama.
Dicontohkannya, Compact, yang telah dilaksanakan di Aceh Tamiang, terbukti menjadi model efektif yang terukur dalam mendukung inisiatif Provinsi Aceh untuk mempromosikan kelapa sawit berkelanjutan di dua belas kabupaten sumber di Provinsi Aceh.

“Upaya untuk memastikan kelestarian lingkungan, dan keadilan sosial dan ekonomi sangat penting dalam mendorong perubahan jangka panjang yang positif yang akan berdampak pada lingkungan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih baik. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Apical sebagai bagian dari koalisi dalam mempromosikan kelapa sawit berkelanjutan dengan fokus pada inklusi petani kecil. Proyek inisiatif ini akan diperluas untuk berkontribusi pada target Provinsi kelapa sawit berkelanjutan,” papar Nassat.

Dalam agenda talkshow bersama Kepala Bappeda, Apical dan IDH, Forum Konservasi Leuser (FKL) Adivi memaparkan, Singkil salah satu kawasan ekosistem leuser.
Dengan kondisi kawasan Rawa Singkil yang sangat menarik, kearifan penduduknya serta landscape yang luar biasa menjadi fokus untuk melaksanakan Sustainable.

“Rawa Singkil perlu diangkat dan dikembangkan potensi nya. Kemudian pantai dan pegunungan sangat bagus untuk dikelola,” ucap Adivi

Disebutkannya berdasarkan identifikasi di kawasan rawa yang dilakukan ada 6 desa yang menjadi prioritas program tersebut. Meliputi, daerah kawasan yakni Desa Lae Balno, Sikoran dan Biskang.

Kemudian bagian Rawa yakni, Desa Teluk Rumbia, Suka Jaya dan Kuala Baru Sungai.
Potensi yang akan dikembangkan, seperti hasil madu hutan, sagu. Karena baru disini yang ada sagu dikawasan rawa, setelah saya berkeliling. Kemudian akan kita kembangkan ikan tawar,” papar Adivi yang menyebutkan akan dilakukan pengembangan ke desa-desa lainnya. (B25)

  • Bagikan