Jembatan Penghubung Kampung Juar Mulai Rusak Dan Lapuk

- Aceh
  • Bagikan
Jembatan Kampung Juar, Kec Sekerak, Kab Aceh Tamiang yang kondisinya rusak dan butuh perbaikan serta harus segera dilakukan renovasi oleh pemerintah agar kerusakan tidak semakin berat. Waspada/yusri
Jembatan Kampung Juar, Kec Sekerak, Kab Aceh Tamiang yang kondisinya rusak dan butuh perbaikan serta harus segera dilakukan renovasi oleh pemerintah agar kerusakan tidak semakin berat. Waspada/yusri

KUALASIMPANG (Waspada): Jembatan penghubung utama bagi masyarakat Kampung Juar, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang kondisinya sangat memprihatinkan. Pasalnya, lantai kayu jembatan ini mulai rusak dan lapuk sehingga mengkawatirkan ketika dilintasi pengguna jalan, Rabu (18/1).

Seperti diketahui, terdapat beberapa titik lantai jembatan yang kondisinya sudah bolong, kemudian seling pengikat jembatan juga terlihat mulai termakan karat yang membuat kondisi jembatan terlihat semakin mengkhawatirkan.

Muhammad Hud, 41, salah seorang warga setempat mengatakan, akibat kondisi jembatan yang rusak saat ini, masyarakat di kampung ini kesulitan dalam mengeluarkan hasil perkebunan mereka.

Dimana bagian papan lantainya sebahagian mulai banyak yang lapuk serta bolong disana sini semakin menyulitkan mereka saat menyebrang. “Harus hati-hati kalau tidak bisa terperosok ke sungai,” kata Muhammad Hud pada Selasa, (17/1) kemarin.

Menurutnya, jembatan itu saat ini salah satu akses utama masyarakat Kampung Juar, tidak sebatas untuk mengeluarkan hasil pertanian, jembatan itu termasuk akses utama yang digunakan masyarakat untuk beraktivitas lainnya, termasuk akses anak-anak sekolah.

Disebutkannya, masyarakat lebih memilih menggunakan jembatan yang ada saat ini di bandingkan melewati akses jalan yang lainnya.

“Ada jalan lain, tapi warga lebih memilih lewat jembatan ini, karena jalan yang satunya lagi jaraknya lebih jauh dan warga harus mutar lagi, sedangkan jalan melintasi jembatan tersebut dapat memangkas waktu sekitar 15 menit untuk bisa sampai ke pekan Pantai Cempa,” terangnya.

Muhammad Hud mengaku, dalam menjaga dan merawat jembatan tersebut upaya perbaikan secara swadaya telah mereka lakukan, seperti mengganti dan menyisip papan lantai yang jebol, tetapi tidak bertahan lama.

Tokoh Pemuda Kampung Juar, Abdul Hamid, 33 mengungkapkan, jembatan yang digunakan warga saat ini merupakan jembatan ketiga, sebelumnya warga Juar pernah membangun jembatan yang sama yang berjarak kurang lebih 20 meter dari posisi jembatan sekarang.

Tetapi, jembatan itu harus di bongkar dan dipindahkan akibat tanah pada pondasi jembatan longsor yang mengakibatkan jembatan menjadi miring dan tidak dapat di lalui. “ Kemudian di buatlah jembatan ke dua di lokasi saat ini, tapi ketika banjir bandang di 2006 jembatan itu pun putus,” jelasnya.

Disampaikannya, berkisar 10 tahun lalu pemerintah kembali membangun jembatan gantung untuk yang ketiga kalinya, seiring berjalannya waktu jembatan itupun kini mulai ringkih, kondisinya tidak sekokoh dulu lagi.

“Termasuk posisinya juga terlihat sudah sedikit agak bergeser dari posisi sebelumnya yang diperkirakan hal itu terjadi akibat hantaman arus air sungai,” ungkapnya.

Tentunya hal tersebut terjadi terutama ketika banjir, hantaman air sungai semakin keras menabrak pondasi jembatan sehingga posisinya saat ini sudah terlihat bergeser. “ Selain kondisi jembatan, warga juga mengeluhkan besi bekas material jembatan lama yang sudah ambruk kesungai,” sebutnya.

Pasalnya, keberadaan material tersebut sangat membahayakan warga, khususnya mereka yang menggunakan perahu motor saat mengangkut hasil perkebunan. “ Besi bekas jembatan yang bergelantungan ke sungai itu sangat mengganggu dan membahayakan, karena posisinya di tengah-tengah sungai, takutnya sewaktu-waktu tertabrak bot warga,” kata Abdul Hamid.

Untuk itu, ia berharap kepada dinas terkait untuk segera mengambil tindakan dengan membersihkan besi bekas material jembatan lama yang bergelantungan tersebut sebelum terjadi korban jiwa. “ Kami juga berharap perhatian pemerintah daerah dan provinsi agar segera membantu merenovasi jembatan, jika dibiarkan semakin lama, papan lantainya semakin banyak yang lapuk,” ucapnya.

Lanjutnya, terkait besi material jembatan lama, dimana warga tidak berani memotong atau membersihkan besi bekas dimaksud karena takut nantinya disalahkan pemerintah, sebab material itu merupakan aset pemerintah meskipun sudah tidak dapat digunakan lagi.(b15)

  • Bagikan