Menyicipi Anyang Khas Singkil, Sedapnya Bikin Ketagihan

  • Bagikan
Menyicipi Anyang Khas Singkil, Sedapnya Bikin Ketagihan

SINGKIL (Waspada): Anyang merupakan kuliner tradisional yang sudah ada sejak turun-temurun di Singkil. Sajian ini kerap menjadi menu favorit saat berbuka puasa di Bulan Ramadan.

Campuran beragam jenis sayur-mayur yang diracik dengan bumbu khas tradisional Singkil, menjadi santapan sedap dan membikin ketagihan bagi siapapun yang mencicipinya.

Aromanya yang juga sangat menggugah selera membuat penikmatnya, tak ingin beranjak dari tempat duduk makannya.
Sajian ini terlihat seperti masakan urap khas Medan.

Namun bedanya, sajian anyang khas Aceh Singkil disajikan dengan perpaduan Simboling (pucuk rotan) dan lokan Sungai Singkil memiliki aroma yang khas lebih menyengat.

Di Aceh Singkil pucuk rotan dikenal dengan sebutan Simboling atau Pakkat, sama dengan sebutan masyarakat Tapanuli Selatan. Setiap siang hari pedagang sayuran keliling tak ketinggalan membawa batangan Simboling yang tersedia di keranjangnya.

Menyicipi Anyang Khas Singkil, Sedapnya Bikin Ketagihan
Sajian Anyang yang terdiri campuran sayur-mayur dengan ambu-ambu kelapa parut dipadu rajangan bawang merah, dan simboling yang sangat menguggah selera. WASPADA/Ariefh

Cerita warga Singkil yang baru pertamakali mencoba mencicipi racikan rebusan sayur-mayur, dengan perpaduan ambu-ambu kelapa parut itu, langsung merasa ketagihan dengan perpaduan rasa sedikit asam dan pahit nya.
Rasa sedikit asam dari perasan jeruk lemon, dan rasa pahit khas dari simboling dan bunga betik (pepaya) memang benar-benar bikin nambah selera makan, kata Ika warga Singkil yang datang dari Medan Sumut.

Namun kesan pertama menyicipi anyang yang dipadu dengan nasi putih itu, paduan rasa asam dan pahit, menjadi rasa yang sangat menggugah selera.

Tak salah banyak orang berkata, tak lengkap selama puasa jika tak berbuka dengan anyang simboling. Rasa anyang Singkil selalu dirindukan para penikmatnya, sebut Ika.

“Anyang Simboling bisa merindukan para penikmatnya. Kalau sudah sekali mencoba besok pasti akan selera lagi,” kata Rostani warga BRR Singkil.

Rostani menyebutkan, sudah banyak mencoba racikan anyang di Singkil. Namun yang sesuai dengan selera lidah saya, olahan anyang Ramsinah, ujarnya.

Ramsinah, 52, salah satu pedagang Anyang di Desa Kilangan Singkil yang disambangi Waspada.id, Minggu (26/3) mengatakan, pekerjaan meracik anyang itu sudah dilakoninya sejak turun-temurun dari orang tua dan nenek nya.

Ramsinah yang turut dibantu Narlih (63) sang suami, yang ikut membantu membungkus anyang yang sudah diracik dan mengantarkan pesanan pelanggan disekitar rumah dengan sepeda nya.

Sementara anak tertuanya Zikri sebagai petugas delivery (mengantarkan) anyang melalui pesanan lewat media sosial langganan kantor dan teman-teman nya dari luar desa.

Pasangan Narlih dan Ramsinah memiliki 3 orang anak, dan 2 orang lagi masih duduk di bangku sekolah setingkat MAN dan Pesantren.

Sekitar pukul 16:00 WIB, selepas Sholat Ashar Ramsinah dan Narlih serta putra sulungnya Zikri sudah sibuk membungkus pesanan anyang dengan daun pisang.

Sayur-mayur dan pengolahan bumbu sudah diracik nya sejak pagi hingga siang hari, sebelum dipadukan dengan ambu-ambu kelapa parut yang dihaluskan.
Sementara Zikri melihat catatan nama pemesan anyang, untuk langsung dibungkus dan ditulis nama pemiliknya di kantong plastik.

“Ya kadang sering tertinggal, sudah dipesan tapi anyang tidak cukup. Ya terpaksa harus untuk pesanan besok lagi,” ucap Ramsinah sambil tersenyum saat diwawancarai Waspada.id.

Satu bungkus anyang harganya Rp5 ribu, dan ada juga uci-uci (nenek) yang minta harga Rp 3 ribu, ya tetap kita layani, sebutnya.

Begitupun kata Ramsinah anyang racikannya itu hanya tersedia saat Bulan Ramadhan. Sebab jika hari biasa mereka sibuk membuat keripik singkong yang di antarnya ke kedai-kedai.

“Kami buat anyang kalau puasa aja, kalau hari biasa tidak buat. Tapi kalau mau pesan bisa juga dibuatkan,” sebutnya.

Begitupun saat ini harga sayur-mayur terus mengalami kenaikan. Sehingga penghasilan yang diperoleh dari jualan lumayan tipis.

“biasa kita pakai lokan, ini lokan mahal sayur juga naik, jadi tidak bisa ditambah lokan lagi,” sebutnya.

Kata Ramsinah, dulu sebelum ada promosi jualan melalui online, jualan anyang dibawa berjalan keliling kampung. Namun setelah ada pesanan lewat online tidak lagi berjualan keliling, karena sudah bisa langsung antar.

Untuk per hari katanya pesanan lokan pelanggan yang harus dilayaninya sekitar 40 bungkus. “kalau jumlah bungkus nya tidak ingat berapa, tapi kalau uangnya kadang-kadang sampai Rp200 ribu, kadang tidak sampai Rp200 ribu,” terangnya.

Menyicipi Anyang Khas Singkil, Sedapnya Bikin Ketagihan
Ramsinah terlihat sibuk melipat daun pisang membungkus anyang dengan dikediamannya di Desa Kilangan Kecamatan Singkil, Minggu (26/3). WASPADA/Ariefh

Untuk sayur yang dipakai dalam pengolahan anyang ini, biasanya pakai pucuk rotan muda (simboling), kacang panjang, daun ubi, cikaro atau sejenis kangkung, nangka muda, bunga pepaya, rimbang dan lokan (kerang sungai).

Kemudian kelapa parut di giling atau dibelender halus yang digongseng secara tradisional dengan kuali dan masih menggunakan kayu bakar.

Kemudian dicampur bumbu-bumbu masakan lainnya, seperti cabai merah, bawang merah dan sedikit garam, serta perasan jeruk lemon setelah dicampurkan dengan rebusan sayur-mayur, dan kemudian ditambahkan rajangan bawang merah mentah yang menjadi penarik rasa anyang.

Untuk kebutuhan sehari, pembuatan anyang ini menghabiskan 3 buah kelapa tua, sebut Ramsinah.

Setelah semua dipadukan anyang khas Singkil pun sudah bisa menggetarkan lidah penikmatnya. (B25)

Foto:

Foto:

  • Bagikan