Ribuan Ikan Mati Di Krueng Nagan

YARA Desak DLH Usut Penyebabnya

  • Bagikan

NAGAN RAYA (Waspada): Terkait ikan mati di daerah aliran Krueng (sungai) Nagan, Kepala Perwakilan YARA Nagan Raya, Hamdani, mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk serius mengusut penyebab matinya ribuan ikan air tawar di Krueng Nagan yang terjadi sejak Senin (24/4) lalu.

Hamdani meminta DLH Nagan Raya agar perlu melakukan uji kebenarannya terkait akibat dari hujan lebat dan angin kencang di daerah tersebut karena YARA menduga potensi terjadi bisa dari kegiatan pendulangan emas ilegal atau penambangan ilegal lainnya yang menggunakan bahan kimia atau B3 ilegal.

“Sehingga menimbulkan pencemaran aliran sungai dari buangan limbah B3 yang tidak sesuai ketentuan dan mekanisme seperti pengunaan bahan B3 untuk kegiatan pendulangan emas yaitu mercuri dan boraks,’’ kata Hamdani kepada Waspada.id, Jumat (28/4).

“Kami minta ini serius diusut tuntas, karena kami mencurigai matinya ikan di Krueng Nagan imbas dari penambang ilegal yang beroperasi di Nagan Raya yang sudah menjadi rahasia umum, dimana penambangan tersebut tanpa kontrol pemerintah terhadap lingkungan dan penggugat bahan berbahaya seperti limbah B3 yang dihasilkan dari penggunaan mercuri dan boraks,” pintanya.

Ribuan Ikan Mati Di Krueng Nagan
Kepala Perwakilan YARA Nagan Raya, Hamdani, (Waspada/Ist)

Ia menegaskan, bahwa dampak bahaya merkuri bagi manusia dapat keracunan, dimana manusia bisa mengalami keracunan merkuri dari proses penghidupan seperti menghirup udara dari merkuri secara langsung atau bisa melalui sistem rantai makanan.

“Jika mengonsumsi jenis makanan seperti ikan atau biota perairan lainnya yang telah terkontaminasi merkuri bisa menyebabkan keracunan atau terserang suatu penyakit berbahaya seperti gangguan kesehatan, bahaya merkuri pada tubuh manusia bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang cukup serius, meskipun dalam kadar rendah,” paparnya.

Keracunan merkuri nonorganik, lanjutnya, bisa mengakibatkan gangguan fungsi saraf, paru-paru, hati, ginjal dan jantung. “Semua itu dapat menghambat perkembangan janin, dampak dari merkuri organik dari bentuk metyl mercury bisa masuk ke dalam plasenta dan menghambat perkembangan janin pada wanita yang sedang hamil,’’ tegas Hamdani.

Hamdani menjelaskan, hal ini dapat mengakibatkan cacat bawaan pada bayi, merusak DNA dan mengganggu aliran darah yang menuju otak.

“Sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan otak dan kemungkinan dampak dari bahaya boraks bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi terus menerus karena terkontaminasi pada ikan di perairan yang tercemar dalam jumlah besar, antaranya, kejang dan gangguan saraf, infertilitas atau gangguan kesuburan, kanker, seperti kanker hati dan kanker usus besar, Produksi urine turun atau tidak keluar urine sama sekali (anuria),’’ jelasnya.

Maka YARA mendesak agar DLH Nagan Raya perlu melibatkan tim Kementerian LHK dan Dinas LHK Provinsi untuk menguji penyebab matinya ikan tersebut dengan pengambilan sampel air dialiran sungai tercemar jika tidak diambil pada saat kejadian bisa tidak efektif karena air tercemar akan dibawa aliran air menuju ke laut sehingga hasilnya tidak efektif.

“Untuk itu juga perlu diambil sampel biota dan tumbuhan air dibawah sungai tercemar untuk menguji mengandung Mercuri atau B3 lainnya pada lokasi2 tercemar dan hulunya dan juga perlu mengambil sampel setiap masyarakat sekitar lokasi dengan menguji lab apakah tubuhnya terkontaminasi Mercuri atau B3 lainnya,’’ desak Hamdani.

Sementara Kadis Dinas Lingkungan Hidup Nagan Raya T. Zeddy Surachman dikonfirmasi Waspada mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan penelusuran terkait ikan mati di Krueng Nagan. “Nanti akan diambil satu sample layak gak dikonsumsi atau beracun tidak, tinggal tunggu hasilnya di lab nanti,” sebutnya.

“Nanti akan diberitahukan ke rekan-rekan media jika hasilnya sudah ada,’’ kata T. Zeddy sambil menunggu hasil dalam penelusuran tersebut.(b22)

  • Bagikan