Tape Ubi, Khas Aceh Selama Ramadhan

  • Bagikan

TAPE UBI terkesan makanan yang sederhana. Meskipun dalam suasana pandemi Covid-19, tetapi sejak awal Ramadhan 1443 Hijriyah, umat Islam terus memburu sebagai pelengkap sajian berbuka puasa.

Tape Ubi adalah hasil karya dan buah tangan masyarakat asal Gampong Beusa, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur. Selama ini, tape ubi juga dipasarkan di sejumlah pasar takjil seperti Kota Idi, Peureulak dan Langsa.

Setiap hari, pengusaha tape ubi tersebut memproduksi ribuan bungkus setiap harinya. Setiap ramadan menjadi langgaran sejumlah pedagang dalam memasan tape ubi untuk dipasarkan sebagai dijual ke pasar sebagai menu pelengkap umat Islam saat berbuka.

“Tape ubi dibuat menggunakan lapisan daun pisang. Makanan ini lebih diminati warga dibandingkan tape ubi yang dijual menggunakan plastik atau kertas transparan,” sebut Rahmad, warga Gampong Jawa, Idi Rayeuk, Jumat (22/4).

Diakuinya, harga jualnya sangat bersahabat dibandingkan dengan harga di luar bulan ramadan yakni Rp1.000 per bungkus atau Rp10 ribu per 10 bungkus. “Harganya sangat terjangkau, hanya seribu per bungkus,” timpa Rahmad yang akrab disapa Sayed Juragan itu.

Pedagang tape ubi mengaku, selama Ramadhan petani ubi telah menyiapkan ubi sebagai bahan baku tape di Peureulak Barat, selama tiga bulan yang lalu. Hal itu dilakukan sebagai persiapan masuknya bulan Ramadhan. “Kita ketahui setiap tahun peminat tape ubi selama ramadan empat kali lipat dibandingkan di luar ramadan,” sebut Muis, pedagang tape ubi.

Ditambahkan, masyarakat disana sangat menggemari tape ubi dibandingkan tape yang dibuat dari beras, sehingga bahan baku ubi yang selama ini banyak dijadikan bahan baku pembuatan keripik dialihkan untuk dijadikan sebagai tape ubi selama Ramadhan.

Rahmah, gadis asal Idi Cut mengaku sangat suka dengan tape ubi setiap Ramadhan. Bahkan dirinya hampir tiap hari mencari tape ubi ke Pasar Takjil Kota Idi, karena di di kecamatan tempat domisilinya tidak ada yang menjual tape ubi.

“Kami sekeluarga lebih suka tape ubi dibandingkan tape beras, karena lembut dan rasanya lebih manis,” sebut Rahmah, seraya mengaku, di awal Ramadhan dirinya setiap hari mengkonsumsi tape ubi sebagai salah satu penganan berbuka puasa.

Sebagaimana diketahui, membuat tape ubi dianggap lebih mudah dan tidak terlalu sulit, karena tidak banyak memerlukan bahan baku. Hanya membutuhkan ketelitian untuk menghasilkan tape yang memuaskan. Jika salah dalam membuatnya, maka otomatis berakibat tape menjadi tidak menarik.

Untuk membuat tape, bahan bakunya bisa dari beras atau singkong yang sudah dipotong-potong, lalu ditaburkan ragi tape yang sudah dihaluskan. Kemudian ditutup rapat dalam ember ditunggu hingga 3-4 hari menunggu matang, sehingga saat matang akan terasa hawa panas dan rasanya manis. WASPADA/M. Ishak/F

  • Bagikan