Tali Kasih TNI Wujudkan Mimpi Warga Desa Tertinggal, TMMD Bentuk Responsif Terhadap Kebutuhan Rakyat

Oleh: Letkol Inf Beni Maradona, S.Sos

  • Bagikan
Dansatgas TMMD Kodim 0110/Abdya Letkol Inf Beni Maradona, S.Sos, resfect cium tangan Nek Nurmala (75), usai nenek itu memberikan buah tangan hasil kebun pada TNI yang tengah bekerja, sebagai bentuk kecintaan Nurmala terhadap TNI yang telah memberikan sentuhan pembangunan di desa setempat. Foto direkam beberapa waktu lalu.
Dansatgas TMMD Kodim 0110/Abdya Letkol Inf Beni Maradona, S.Sos, resfect cium tangan Nek Nurmala (75), usai nenek itu memberikan buah tangan hasil kebun pada TNI yang tengah bekerja, sebagai bentuk kecintaan Nurmala terhadap TNI yang telah memberikan sentuhan pembangunan di desa setempat. Foto direkam beberapa waktu lalu.

Kemanunggalan TNI dan Rakyat adalah sebuah konsep yang sangat erat kaitannya dengan rasa saling percaya dan saling menjaga. Hal itu sudah tercermin sejak awal perjalanan sejarah tentara Indonesia yang memiliki banyak sekali kemudahan, dalam melakukan operasi dengan bantuan rakyat.

Bentuk kedekatan TNI dengan rakyat yang terus terbina dan terjaga, melahirkan motto ‘Bersama TNI Rakyat Aman, Bersama Rakyat TNI Kuat’.

Implementasi TNI bersama rakyat tersebut bukan hanya sekedar slogan semata. Namun diwujudkan dalam kerja nyata. Diantaranya, ragam karya bhakti yang dilaksanakan satuan atau perorangan, dalam penanganan masalah yang bersifat material maupun mental spiritual dilaksanakan secara rutin atau inisiatif sendiri bersama masyarakat, dalam rangka dharma bhakti TNI untuk kepentingan masyarakat umum.

Kehadiran TNI di tengah-tengah masyarakat, terutama masyarakat yang benar-benar sangat membutuhkan, diwujudkan dalam kisah nyata. Sebagaimana yang diperlihatkan personil TNI Kodim 0110/Aceh Barat Daya (Abdya), dalam merespon cepat kebutuhan mendesak warga salah satu Desa terpencil dalam wilayah ‘Nanggroe Breuh Sigupai’ itu. Yakni Desa Alue Mangota, Kecamatan Blangpidie.

Di tengah pesatnya perkembangan zaman didunia yang kian maju, beberapa sudut kehidupan di desa terpencil tersebut, nyaris tak tersentuh dan tak terpantau mata dunia. Sehingga, imbas dari ketertinggalan tersebut, dirasakan masarakat setempat hingga puluhan tahun lamanya.

Seperti irama mentari yang tersipu malu membawa cahayanya di pukul 05.20 di tanah Barat Daya Aceh. Siulan burung di ranting dan gesekan dahan pohon berdendang riang, seakan melempar tanda kepada penghuni bumi, bahwa putaran waktu yang dinanti telah tiba.

Lantunan syahdu ‘Shadaqallahul-‘adzim‘ menjadi penutup doa rutin para hamba di wilayah itu, tidak terkecuali Nurmala. Salah satu sosok perempuan tangguh asal Desa Alue Manggota, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh.

75 tahun sudah Nurmala hidup di gubuk yang berada pada sebuah kampung yang asri nan indah, dengan hamparan persawahan dan perbukitan hijau yang menjulang tinggi. Dalam piramid hijau tersebut, ragam jenis rempah dan tanaman tumbuh dengan sangat subur. Namun ironisnya, sebanyak 1210 jiwa penghuni Desa Alue Manggota yang menggantungkan lumbungnya pada mahakarya alam ini, taraf hidupnya masih stagnan.

Sejak puluhan tahun Nurmala (75) bersama sang anak Junawati (45) dan ketiga cucunya, berdomisili di kampung itu dan tinggal di sebuah gubuk yang tidak layak untuk dihuni. Rumah jaman berukuran 4 x 4 meter ini, kondisinya sangat memprihatinkan. Bila mana hujan tiba, kelima orang perempuan di rumah itu harus berjuang menutup dinding-dinding papan dengan buntalan plastik. Tidak hanya kayu dan papan, material seng yang jadi atap pelindung rumah pun sudah lapuk termakan usia.

Bila rembulan tiba, di mana penghuni lain tengah lelap dalam tidurnya, Nurmala beserta keluarganya harus getir menahan dinginnya angin malam yang menusuk hingga ke nadi. Hempasan angin beragresi bebas melewati rongga-rongga dinding papan, yang hanya ditutup tempelan kertas koran usang.

Invasi ini belum lagi diperparah dengan dadakan serangan badai. Lempengan papan yang menempel di dinding dan lembaran seng yang telah menghitam pekat, kerap lepas tersapu gelombang badai.

Selain gangguan dari alam, Nurmala beserta keluarganya juga acap kali harus getir menahan sesaknya buang air besar (BAB) di tengah malam. Pasalnya, istana yang dibangun sang suami pada 4 dekade silam ini, tidak menyediakan ruang khusus MCK (Mandi, Cuci dan Kakus).

Meski usianya tidak lagi muda, Namun Nurmala pantang menyerah menjalani hidup. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dan ekonomi harian, Nenek tangguh ini menggantungkan hidup pada hasil ladang miliknya, yang berada di atas perbukitan. Hasil kebun seperti pisang, pepaya, cabai, pala, kopi, pinang dan jengkol yang ia petik, langsung dijual untuk dibarter menjadi beras dan sembako. Uang sisa yang didapat dari penjualan itu ia simpan sebagai modal biaya rehab rumah, sebagaimana mimpi yang ia lukis bersama sang mendiang suami tercinta.

Setiap pagi usai salat Subuh, Nurmala hempaskan kaki pergi ke gunung, untuk memetik hasil kebun buah tangan almarhum suaminya. Untuk sampai di lokasi, Nurmala dan penduduk Desa Alue Manggota lainnya, harus berjalan kaki selama 3 hingga 4 jam lebih, melewati jalan setapak yang curam dan licin. Tidak sedikit warga terpeleset jatuh dalam menapaki jalan dimaksud. Bahkan mencampakkan hasil panennya di pelerengan, lantaran geram tidak ada akses jalan yang memadai. “Nek, preh dilee siat. Na haba get untuk Nek dan geutanyoe mandum (Nek tunggu sebentar. Ada kabar baik untuk Nenek dan kita semua),” teriak seorang pria, menghentikan langkah Nek Nurmala di ujung jalan desa, pada Selasa (20/2/2024) lalu.

Sosok pria misterius itu bergegas lari menghampiri Nurmala dan warga lainnya. Meski terengah-engah, raut wajahnya terlukis penuh kegembiraan. “Alhamdulillah, mimpi Nek untuk rehab rumah akan terkabul. Dan mimpi kita semua miliki jalan yang baik ke gunung juga akan terwujud,” ungkap pria itu dengan sumringah.

Menanggapi kabar tersebut, Nek Nurmala dan warga lainnya mencoba menyadarkan pria itu. Mereka menganggap pria yang dihormatinya ini sedang berhalusinasi. “Nyang beutoi Pak Keuchik. Bek sulet. Soe nyang ek peugot (yang benar Pak Kepala Desa/Kades. Jangan bohong. Siapa yang sanggup dan mau mengerjakan jalan ini),” ujar Nek Nurmala pada pria itu, yang ternyata adalah Kepala Desa Alue Manggota, bernama T Fakri.

Kades T Fakri mengungkapkan, bahwa sosok yang akan mewujudkan mimpi Nek Nurmala dan penduduk desa lainnya memiliki wajah garang. Seratusan orang itu berpakaian loreng membawa ransel dan senjata. Pasukan tersebut telah sampai di desanya dan telah membuat tenda-tenda markas di ujung jalan desa, tepatnya berjarak 500 meter dari posisi Nek Nurmala dan warga berdiri saat itu.

Kades T Fakri mengatakan, selama satu bulan pasukan loreng tersebut akan mengobrak-abrik gunung dan warga desa dengan kekuatan penuh. Mereka juga membawa 2 unit alat berat excavator dan bulldozer. “Tapi jangan salah. Wajahnya saja yang garang, namun hati dan tingkahnya sangat lembut. Mereka sangat baik dan suka bersaudara. Karena mereka adalah TNI bukan yang lain,” kata Kades T Fakri.

Fakri menjelaskan pasukan TNI tersebut hadir di desanya dengan sebuah misi progam, yaitu TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-119. Program tersebut digagas oleh Kodim 0110/Abdya, untuk membantu tugas Pemerintah Daerah Abdya, dalam upaya percepatan pembangunan di wilayah pedesaan.

Oleh karena itu, Fakri mengajak seluruh warga agar turut memberikan dukungan terhadap pelaksanaan TMMD dalam bentuk moril dan moral. “Mari kita bantu mereka dengan moral tenaga. Bagi warga yang tidak ada kegiatan, mohon keridhaannya agar bisa hadir secara begantian untuk gotong royong. Sambutlah mereka dengan ramah, agar moril mereka dalam melaksanakan pengabdiannya kepada kita tinggi,” harap Kades T Fakri.

Mendengar khabar yang sangat menggembirakan itu, Nek Nurmala menangis haru. Gubuk reot miliknya yang ia tempati selama puluhan tahun yang dibangun mendiang suaminya, juga akan menjadi sasaran pembangunan pasukan TNI, melalui program TMMD. Tidak lebih dari satu jam, bongkahan kayu, papan serta seng lapuk, selesai dibongkar oleh Satgas TMMD ke-119 Kodim 0110/Abdya.

Nek Nurmala mengaku sangat bahagia. Impiannya untuk memiliki rumah layak huni akan segera terwujud. “Lon lage meulumpo. Siteungoh peucaya siteungoh hana. Rumoh lon beutoi akan direhab jeut get. Tapi kali nyoe lon peucaya nyoe bukon lumpo. Alhamdulillah teurimong geunaseh beuh untuk TNI mandum (Saya seperti bermimpi. Setengah percaya setengah tidak. Rumah saya beneran akan direhab baik. Tapi kali ini saya percaya ini bukan mimpi. Alhamdulillah, terima kasih ya untuk semua prajurit TNI,” ujar Nurmala, dengan nada terbata-bata seraya mengusap tetesan air bahagia di pipi.

Progres rehab RTLH milik Nurmala ini juga mendapat tinjauan langsung dari Pj Bupati Abdya H. Darmansah S.Pd MM. beserta jajaran Forkopimda setempat. Selain dari pejabat Pemda, pengerjaan rehab RTLH Nurmala ini juga dicek langsung oleh Jenderal Bintang Satu TNI tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TMMD ke-119 dari Mabesad, yang diketuai Brigjen TNI M Bakri SIP MM pada Selasa (5/3/2024) lalu.

Selain rehab rumah Nek Nurmala, Satgas TMMD Ke 119 Kodim 0110/Abdya bersama masyarakat Desa Alue Manggota, melakukan pembukaan badan jalan di atas perbukitan sejauh 3 km. Akses jalan lingkar perkebunan tersebut terbagi dalam 2 ruas. Masing-masing ruas I berjarak 1900 meter dan 110 meter pada ruas II. Di lokasi tersebut juga membangun 1 unit jembatan plat, 1 unit jembatan darurat dan 2 unit gorong-gorong.

Dibidang pembangunan mental dan ideologi masyarakat, TMMD juga melakukan ragam penyuluhan/sosialisasi. Seperti penyuluhan wawasan kebangsaan dan bela negara, anti narkoba, hukum, pertanian, kehutanan, pencegahan stunting, serta aksi sosial pelayanan kesehatan Posyandu dan Posbindu.

Kegiatan tersebut juga dipadukan dengan aksi sosial pembagian sembako gratis kepada warga kurang mampu. Bantuan pangan ini disalurkan secara berkala dengan sistem door to door, dipimpin langsung oleh Dansatgas TMMD Letkol Inf Beni Maradona, didampingi Pasiter Kapten Inf Azwani dan aparatur desa setempat.

Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) TMMD ke-119 Kodim 0110/Abdya Letkol Inf Beni Maradona S.Sos mengatakan, roh dari TMMD itu sendiri adalah spirit gotong royong. Esensinya TNI dengan rakyat tidak dapat dipisahkan. Ia meyakini kekuatan gotong royong TNI-Rakyat, ditambah dengan sinergi persatuan dari komponen lintas sektor lainnya, adalah modal utama dalam mendukung tujuan pemerintah. Salah satu cita-cita tersebut yaitu mewujudkan percepatan pembangunan di wilayah. “Muara dari rumusan tersebut adalah untuk mendukung cita-cita bangsa. Globalnya yaitu dalam rangka upaya mewujudkan Indonesia Emas,” katanya.

Darma Bakti TMMD Ke-119 Kodim 0110/Abdya, juga diketahui berhasil mengikat tali kasih rakyat. Dimana, kehadiran Satgas TMMD di lingkungan Desa Alue Manggota, disambut baik oleh masyarakat setempat. Warga antusias menawarkan diri jadi orangtua angkat para prajurit Satgas. “Kami sudah menganggap mereka adalah bagian dari keluarga kami. Mereka semuanya baik. Oleh karenanya kami pun tidak segan memperlakukan mereka seperti adik dan abang sendiri. Kami minta Satgas TMMD tetap di desa ini, jangan tinggalkan kami,” ujar tokoh pemuda, Hamdi.

Warga menilai program TMMD ke-119 Kodim 0110/Abdya telah berdampak positif pada perekonomian wilayah setempat. Akses jalan yang dibuka oleh TMMD telah memudahkan petani dalam berkebun. Selain dapat memangkas jarak rute ke lahan perkebunan, petani juga dapat langsung memobilisasi hasil panen dari kebun ke pasar.

Masyarakat Alue Manggota menganggap pengabdian tulus yang telah diberikan TNI ini adalah rajutan tali kasih yang sangat berharga dan tak akan pernah terlupakan. Sebagai bentuk balasan dan resfect-nya atas bakti TNI, para petani setempat pun kerap memberikan hasil panen kebun kepada Satgas TMMD yang ditemuinya.

Sikap ini juga dilakukan salah satunya oleh Nek Nurmala. Seusai pulang dari kebun, dengan tulus dan berani Nek Nurmala menghampiri salah satu personil TNI, yang tidak lain adalah Dansatgas TMMD Ke 119 Lektol Inf Beni Maradona S.Sos tepat di atas jembatan plat, yang tidak seberapa jauh dari area kebunnya.

Dengan polos, Nek Nurmala memberikan pinggulan hasil panennya untuk personel TNI, berupa 1 buah pepaya, 1 sisir pisang, 1 ikat rambutan dan 1 ikat daun singkong. Dengan tangisan haru dan bangga Nek Nurmala juga memeluk erat tubuh anggota TNI yang baru saja mencium tangannya. Nurmala merasakan tali kasih TNI pada rakyat tulus layaknya bakti seorang anak pada ibu. WASPADA.id

Penulis adalah Komandan Kodim 0110/Abdya, yang juga Dansatgas TMMD Ke-119

  • Bagikan