Beras Dan Cabai Merah Dominan Berikan Andil Inflasi Sumut 2023

  • Bagikan
Beras Dan Cabai Merah Dominan Berikan Andil Inflasi Sumut 2023

MEDAN (Waspada): Perkembangan harga berbagai komoditas pada Desember 2023 di lima kota IHK Sumatera Utara secara umum menunjukkan adanya kenaikan.

Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada Desember 2023, antara lain beras, cabai merah, rokok kretek filter, akademi/perguruan tinggi, gula pasir, emas perhiasan, dan angkutan udara.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nurul Hasanudin menyebutkan, pada Desember 2023, seluruh kota IHK di Sumatera Utara yang berjumlah lima kota mengalami inflasi yoy. Inflasi yoy tertinggi terjadi di Padangsidimpuan sebesar 2,95 persen dengan IHK sebesar 119,05 dan terendah terjadi di Medan sebesar 2,19 persen dengan IHK sebesar 114,84 persen.

“Berdasarkan hasil pemantauan BPS, pada Desember 2023 terjadi inflasi yoy sebesar 2,25 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,77 pada Desember 2022 menjadi 115,30 pada Desember 2023. Tingkat inflasi mtm sebesar 0,57 persen dan tingkat inflasi ytd sebesar 2,25 persen,” ungkap Nurul Hasanudin, kemarin.

Menurutnya, inflasi yoy terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks harga kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,67 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,02 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,24 persen.

Selanjutnya, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,84 persen; kelompok kesehatan sebesar 3,92 persen; kelompok transportasi sebesar 1,32 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,27 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,64 persen; kelompok pendidikan sebesar 2,82 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,75 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,73 persen.

“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yoy pada Desember 2023, antara lain beras, cabai merah, rokok kretek filter, akademi/perguruan tinggi, gula pasir, emas perhiasan, dan angkutan udara. Sementara komoditas yang memberikan andil deflasi yoy, antara lain ikan dencis, sawi hijau, jeruk, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, daging ayam ras, telur ayam ras, dan daging babi,” ujarnya.

Sementara itu, beberapa komoditas yang dominan memberikan andil inflasi mtm pada Desember 2023, antara lain tomat, beras, bawang merah, angkutan udara, minyak goreng, gula pasir, dan daging ayam ras. Sementara komoditas yang memberikan andil deflasi mtm, antara lain cabai rawit, cabai merah, pepaya, ikan dencis, pir, buah naga, dan wortel.

Pada Desember 2023, seluruh kelompok pengeluaran memberikan andil inflasi yoy, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,22 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,06 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,22 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,04 persen.

Kemudian, kelompok kesehatan sebesar 0,08 persen; kelompok transportasi sebesar 0,15 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,03 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,15 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,13 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,16 persen.

Inflasi Sumut Terkendali

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, pada dasarnya secara keseluruhan, laju tekanan inflasi di Sumut memang cukup terkendali. Namun laju tekanan inflasi yang sangat bersahabat tersebut, justru tidak lantas membuat daya beli masyarakat mampu terjaga dengan baik.

Menurutnya, kenaikan harga beras sekitar 2.000 hingga 2.500 per Kg dalam kurun waktu setahun terakhir telah menggerus daya beli masyarakat Sumut. Ditambah kenaikan harga rokok (mencapai 4.000 per bungkus), gula pasir serta kebutuhan rumah tangga hingga perawatan pribadi lainnya seperti sabun maupun shampo.

“Kenaikan kebutuhan sehari-hari pada komoditas tersebut sangat membebani pengeluaran masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah. Ada tambahan pengeluaran 60 hingga 80 ribu per masing-masing keluarga setiap bulannya,” ujarnya.

Gunawan menyebutkan, perhitungan tersebut masih di luar pengeluaran untuk rokok. Yang jika dikalkulasikan maka akan ada pengeluaran tambahan yang mendekati Rp200 ribu per rumah tangga.

“Besaran angka tersebut cukup signifikan bagi rumah tangga terlebih bagi masyarakat miskin. Hasil observasi lapangan menunjukan bahwa ada penurunan belanja masyarakat untuk kebutuhan sandang selama tahun 2023 ini,” katanya.

Gunawan juga menyebutkan, pedagang pakaian baru mengeluhkan penurunan omset sekitar 30% lebih rendah di tahun 2023 dibandingkan tahun 2022 sebelumnya. Penurunan belanja tersebut dipicu oleh tambahan pengeluaran kebutuhan pokok yang membuat skala prioritas pengeluaran lebih digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar dibandingkan kebutuhan tersier. (m31)

  • Bagikan