Ekspor CPO Agustus Meningkat 

  • Bagikan

JAKARTA (Waspada):  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO), pada Agustus 2022 mengalami peningkatan. 

Dari tiga komoditas unggulan ekspor, yaitu besi baja, CPO, dan batu bara, CPO menjadi komoditas yang mengalami peningkatan ekspor tertinggi di Agustus 2022 dibandingkan bulan sebelumnya. 

“Kinerja ekspor komoditas unggulan minyak kelapa sawit masih meningkat, disebabkan karena peningkatan volume ekspor di tengah penurunan harga di pasar global,” sebut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Kamis (15/9), di Jakarta.

Ekspor CPO terus mengalami peningkatan, pasca pembukaan larangan ekspor di akhir Mei lalu. Seperti di bulan Juli 2022 ekspor CPO naik sebesar 1,76 juta ton dari bulan sebelumnya. 

Catatan BPS pada Juli 2022, Indonesia berhasil mengirimkan CPO ke berbagai negara tujuan dengan volume 2,16 juta ton. Kemudian pada Agustus mencapai 3,6 juta ton, atau naik 1,44 juta ton. 

Setianto mengakui bahwa harga CPO pada Agustus 2022 mengalami penurunan yang sangat tajam bila dibandingkan dengan Agustus tahun lalu, dari US$1.142 per metrik ton menjadi US$1.026 per metrik ton. 

“Kalau kami bandingkan dengan bulan yang sama, harga-harga untuk Agustus 2022 ini lebih rendah dari Agustus tahun lalu. Misal minyak kelapa sawit lebih rendah sebesar 10,15 persen,” terangnya.

Sejak diberlakukan pembebasan tarif pungutan ekspor, biaya yang ditanggung pelaku usaha pun berkurang US$200 per ton CPO. Berkurangnya tarif pungutan ini sehingga mampu meningkatkan ekspor sesuai ekspektasi pemerintah.

Kebijakan tersebut dinilai efektif dalam mendorong percepatan ekspor dan mengerek harga Tandan Buah Segar (TBS) di level petani. Adapun, insentif ini diberikan pemerintah sampai 31 Oktober 2022 sehingga potensi lonjakan ekspor masih cukup terbuka. 

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan, memang harga CPO tengah menurun seiring dengan kondisi ekonomi global yang masih lesu.

“Memang harga minyak nabati dunia sedang turunl, selain itu kondisi ekonomi global yang juga sedang lesu,. Untuk minyak sawit stok kita dan Malaysia juga meningkat, ini menyebabkan sentimen negatif,” imbuhnya. (J03) 

  • Bagikan