MEDAN (Waspada.id): Harga cabai di Sumatera Utara kembali menunjukkan gejolak tajam dalam sepekan terakhir. Setelah sempat menembus Rp90 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram di awal pekan, harga cabai merah tiba-tiba anjlok ke level Rp46 ribu per kilogram pada Rabu (10/9). Namun penurunan itu hanya sesaat, karena pada Kamis (11/9) harga cabai merah kembali melonjak ke kisaran Rp60 ribu per kilogram.
Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, mengungkapkan bahwa lonjakan dan penurunan harga yang ekstrem ini menimbulkan risiko serius, terutama bagi pedagang besar yang menjadi penghubung distribusi cabai ke pasar.
“Volatilitas harga cabai merah saat ini sangat tinggi. Bahkan dalam sehari, pedagang bisa mengubah harga dari Rp46 ribu menjadi Rp60 ribu per kilogram. Situasi ini membuat pedagang besar rawan merugi karena kesulitan memprediksi harga jual berikutnya,” ujar Gunawan di Medan, Kamis (11/9).
Ia menjelaskan, gejolak harga cabai merah dipicu oleh pasokan yang fluktuatif. Produksi cabai di Sumut mengalami penurunan, sementara harga di wilayah Jawa lebih stabil dan relatif lebih rendah. Kondisi ini memicu masuknya cabai dari Jawa ke Sumut, yang sempat menahan lonjakan harga, meski pergerakannya tetap liar.
“Masalahnya, kita tidak bisa memastikan secara akurat berapa jumlah cabai dari Jawa yang masuk ke Sumatera. Selama pasokan masih bergantung pada daerah lain, harga akan terus berfluktuasi dan berpotensi menekan margin pedagang besar,” jelasnya.
Gunawan bahkan menyebut kondisi berdagang cabai saat ini mirip dengan trading di pasar saham.
“Risikonya sangat tinggi, tetapi peluang keuntungannya juga besar. High risk, high return. Namun pedagang harus ekstra hati-hati, karena salah mengambil keputusan bisa menimbulkan kerugian besar,” tegas Gunawan.
Selain cabai merah, harga cabai hijau juga berfluktuasi di kisaran Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram. Sementara cabai rawit terpantau stabil pada level Rp40 ribu per kilogram.
Gunawan menilai, jika volatilitas harga cabai tidak segera dikendalikan, maka dampaknya bisa langsung dirasakan konsumen. Ia pun mendorong adanya langkah strategis dari pemerintah untuk memperbaiki tata distribusi, mengurangi ketergantungan pasokan luar daerah, serta menjaga keseimbangan harga di tingkat produsen hingga konsumen. (id09)