MEDAN (Waspada): Anggota DPRD Sumut Abdul Rahim SIregar meminta pemerintah dan pihak terkait untuk memfasilitasi pengadaan mobil dan bus sekolah gratis untuk anak-anak di Kabupaten Tapanuli Selatan. Selama puluhan tahun, anak didik di sana mempertaruhkan nyawa dan risiko menumpang di atas beca mesin dan kendaraan umum lainnya.
“Kita miris sekali melihat fenomena anak-anak mempertaruhkan nyawa melintas jalan provinsi saat hendak berangkat ke sekolah, padahal banyak perusahaan di sana sudah mendapatkan untung dari alam Tabagsel,” kata Abdul Rahim kepada Waspada melalui pesan Whatsapp dari Tapsel, Sabtu (12/3).
Anggota dewan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu merespon update hasil reses ke II tahun persidangan III DPRD Sumut yang digelar di sejumlah titik di Kabupaten Tapsel, pekan lalu.
Menurut ARS — sapaan akrab Abdul Rahim Siregar ini — dari pengamatannya ketika menggelar reses, pihaknya melihat satu becak mesin membawa dan mengantar hampir 20 anak SD untuk menuntut ilmu di Desa Sipange Godang, Kecamatan Sayurmatinggi, Kabupaten Tapsel.
“Malu, miris, sedih kita melihat fenomena yang sudah berlangsung puluhan tahun ini, Ini sungguh jadi pemandangan menyedihkan yang tidak hanya terjadi di sini, tetapi juga daerah lain saat saya saat melintas menuju Kecamatan Kotanopan dan Madina untuk kegiatan reses,” sebut anggota dewan Dapil VII yang meliputi Tabagsel ini.
Menurutnya, anak-anak didik itu terpaksa mempertaruhkan nyawa melewati jalan lintas provinsi, dan dikhawatirkan bisa jatuh, karena berdesak-desakan dan bergantung.
“Apa boleh buat, tidak ada jalan lain selain menumpang, padahal mereka adalah anak bangsa dan aset kepemimpinan negeri ini di masa yang akan datang,” tutur anggota Komisi A DPRD Sumut ini.
Situasi yang menyayat hati itu bertolak belakang dengan banyaknya perusahaan tambang yang meraup keuntungan dari Sumber Daya Alam (SDA) yang secara rutin digali tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat di daerah tersebut.
Karenanya, Abdul Rahim mendesak pemerintah Provinsi/Kabupaten, dan lebih khusus perusahaan di sana mengucurkan bantuan melalui Dana Bina lingkungan (CSR) di Tabagsel, untuk memfasilitas pengadaan bus atau alat transportasi gratis.
Ini tujuannya agar mereka lebih semangat, tekun dan rajin dalam menuntut ilmu. Adapun pendanaannya bisa dari uang APBD dan dana bina lingkungan dari perusahaan yang sudah banyak mendapatkan untung dari alam Tabagsel.
“Semoga ini menjadi perhatian khusus pemimpin bangsa ini, sebagai pelayan rakyat mulai dari Kepala Desa Sipange, Camat Sayurmatinggi, Bupati Tapsel, Gubsu dan Presiden RI,” urainya.
Tambang Terluas
menggelar reses di Tabagsel, pekan lalu. Waspada/Ist
Rahim juga tidak habis pikir dengan tidak maksimalnya perhatian para pihak, termasuk perusahaan yang sudah memanfaatkan SDA, khususnya di sektor pertambangan.
Di Tabagsel, sektor tambang tercatat yang terluas di Indonesia (versi Kementerian ESDM) dan izinnya dimliki PT Agincourt Resources/Tambang Emas Martabe seluas 130.252 ha di Sumut.
Tambang emas itu luasnya melebihi luas 2 kabupaten di Yogyakarta yakni Sleman 57.480 & Kulonprogo 58.630 yg jika digabung hanya 116.110 ha.
Mereka menjadi perusahaan yang telah melakukan eksplorasi emas di Indonesia dan mineral emas dan lainnya di Sumatera Utara sejak tahun 1998. Mereka memiliki kontrak karya dengan pemerintah Indonesia yang memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi mineral.
Selain itu, terdapat juga perusahaan PT Sorik Mas Mining di Mandailing Natal, dengan kontrak kerja sejak 1998 sebagai perusahaan eksplorasi mineral emas seluas lebih kurang 66.200 ha.
Perusahaan tersebut berlokasi di Kotanopan-Ulu Pungkut-Muara Sipongi dan Malintang – Siabu. Belum lagi lahan konsesi yang diberikan izin oleh Kementerian kehutanan dan HGU yang diberikan Kementerian Perkebunan serta perusahan Galian C, yang bertebaran di bumi berjuluk Dalihan Natolu, Tapanuli Bagian Selatan ini. (cpb)