Medan Harus Direbut Dalam 5 Hari

  • Bagikan

Kompi yang dipimpin oleh Amir Yahya mempunyai senjata berat yang lengkap dengan perwira yang handal yang pernah digembleng oleh Jepang. Komandan Batalion ini adalah Kapten Alamsyah, Komandan Batalion IX yang sangat handal dalam berbagai pertempuran, wajar Belanda menyebar selebaran ingin membeli kepala Kapten Alamsyah baik dalam keadaan hidup maupun mati

Medan harus direbut dalam 5 hari. Karena Kota Bangun berhasil direbut pasukan RI, Belanda mengirim pesawat Mustang yang ganas itu. Kemudian mengirim serdadu Belanda 4 gerbong Penumpang dengan kamuflase bendera merah putih di lokomotif.

Berdasarkan radiogram Panglima Sumatera Suhardjo Hardjo Wardojo agar kota Medan direbut, maka perintah tersebut diteruskan oleh Komandan Divisi kepada pimpinan pasukan di seluruh Front Medan Area.

Komandan Medan Area menerima perintah tersebut pada pukul 22.00 yang isinya agar kota Medan direbut dalam waktu 5 hari.

Setelah perinbtah itu diterima maka komandan-komandan pasukan mengadakan pertemuan untuk menggempur kota Medan secara serentak dari seluruh Front dan ditetapkan penyerbuan dimulai tanggal 20 Juli 1947.

Pada tanggal 20 Juli 1947 seluruh kekuatan bersenjata sudah dalam keadaan siap siaga dan cuti-cuti dicabut. Pasukan terus mengalir dan menduduki posisinya disemua Front.

Dengan tidak banyak bicara dan muka yang sangat serius Perwira Staf Komandan Medan Area, Kapten Zein Hamid menelaah peta Medan Area yang luasnya 227 km persegi itu. Mata dan fikirannya tertuju kepada Sektor Barat (Front Barat) yang disana tertumpu pasukan dari Aceh yang persenjataannya dapat dikatakan lengkap.

Di samping itu juga ditelaah situasi Sektor Selatan, selain dipelajari jalan menggempur melalui serangan serentak dari seluruh sektor juga dipelajari garis perhubungan dan garis pemunduran pasukan apakah sudah semua terjamin.

Sasaran pokok Batalyon Alamsyah adalah merebut Titi Papan yang telah diduduki Belanda guna memotong hubungan Medan-Belawan. Sedangkan Kompi Amir Yahya untuk merebut dan menduduki Kota Bangun, Kompi ini dibantu oleh salah satu Kompi Mujahidin.

Di dalam Kompi Amir Yahya terdapat anggota bekas KNIL yang sudah ahli dalam pertempuran.

Mereka adalah Maito Makmun, Letnan Yunus Ali, Sersan Mayor Inarai, Sersan Kuntoro, serta Sersan Sendu.

Ketika pasukan ini bergerak menuju pertahanan Belanda, maka pasukan Amir Yahya mendapat tembakan sengit dari pihak Belanda dengan berbagai jenis senjata, sehingga terjadilah pertempuran yang cukup seru.

Dalam pertempuran ini, pasukan kita mendapat kemajuan-kemajuan yang sangat berarti dan akhirnya juga dapat merebut kembali Kota Bangun dari tangan Belanda.

Setelah pertempuran mereda karena Belanda telah mengundurkan diri, diketahui anggota pasukan kita banyak yang luka-luka tetapi tidak ada yang gugur dan yang paling banyak mengalami luka-luka adalah dari pasukan Mujahidin, diperkirakan sampai 15 orang banyaknya.

Hal ini terjadi karena pasukan Mujahidin yang termasuk minim dalam pengalaman perang selalu berkumpul-kumpul dalam melakukan penyerangan. Untuk memperkuat pertahanan Medan Utara, pasukan Alamsyah terus melakukan offensif.

Sedangkan pasukan mortir dari Bireuen yang tadinya ditempatkan di Masjid Boyalali Klumpang di dalamnya terdapat Ismail Ibrahim mantan Sekwilda Aceh Timur di Langsa, khusus untuk menghadapi Front Terjun-Titi Papan.

Pasukan Mortir ini bergerak dari Boyolali bersama-sama dengan pasukan lainnya dengan tujuan utama juga merebut Kota Bangun untuk memutuskan hubungan dan suplai Belanda antara Medan-Belawan. Gerakan pasukan kita pada waktu itu merupakan gerakan besar-besaran.

Untuk merebut Kota Bangun ini dikerahkan sampai 2 Batalion. Satu Batalion menghadapi pasukan Belanda yang datang dari arah Medan, sedangkan satu Batalion lagi menghadpi Belawan.

Dalam Batalion yang menghadapi Belawan inilah terdapat Ismail Ibrahim. Sedangkan pasukan Klambir Lima menghadapi pasukan Belanda yang ada di Pulo Brayan.

Hubungan antara Terjun dan Kota Bangun hanya dihubungkan dengan titi gantung, tetapi karena titi gantung ini telah lebih dulu direbut oleh pasukan Belanda yang datang dari Jurusan Belawan, menyebabkan pasukan kita harus menyeberangi sungai untuk mencapai Kota Bangun.

Karena sengitnya pertempuran disini, menyebabkan Letda Abubakar Yatim terpisah dari anak buahnya dan ketika didesak Belanda, Beliau terpaksa memanggul sendiri senjata mitraliur.

Dalam pertempuran di Terjun, perlawanan yang diberikan oleh Belanda cukup sengit sehingga diperkirakan anggota pasukan kita gugur sebanyak 17 orang.

Akhirnya pasukan mortir Ismail Ibrahim baru dapat berhasil masuk ke Kota Bangun pada pukul 02.00 dini hari dalam keadaan letih, sedangkan pasukan Amir Yahya masuk lebih dahulu yaitu pukul 24.00.

Adapun pasukan yang turut merebut Kota Bangun terdiri darti Kompi Samalanga (Kompi XV dari Batalyon IV Bireuen), Kompi XVI dari Takengon (Batalyon IV), RegU Mitaraliur dari Batalion V Lhokseumawae dan satu regu dari Batalion VI ditambah dengan pasukan meriam yang dipimpin Nukum Sanany dan Cut Usman.

Sedangkan pasukan senjata bantuan Letnan Amir Yahya menerobos langsung ke jantung pertahanan Belanda di Kota Bangun sehingga pada malam itu Kota Bangun berhasil direbut.

Menurut penuturan Amir Yahya, dimasa hayatnya pada malam itu anak buahnya sudah sangat letih. Karena Kota Bangun dapat direbut dan jalan rakay yang beraspal hitam berhasil dikuasai.

Banyak anak buahnya yang tidur bergeletakan di jalan raya, sebuah senapan mesin berat12,7 diletakkan menghadap ke arah Medan.

Sedangkan sebuah lagi menghadap Belawan, keduanya ditutupi dengan daun-daunan. Pada pukul 06.30 pagi pesawat Mustang Belanda mulai mengintai diatas Kota Bangun.

Pukul 07.00 sebuah kereta api yang penuh dengan pasukan menuju Belawan memakai bendera Belanda dan bendera Merah Putih, pasukan Belanda yang berada diatasnya melambai-lambaikan tangan, tetapi pasukan kita tidak ada yang membalasnya.

Penulis adalah Veteran Pejuang Kemerdekaan, Wartawan Senior.

  • Bagikan