Pakar Geologi Desak Penjabat Gubsu “Warning Petaka” UNESCO Geopark Kaderal Toba Kembalikan kepada Ahlinya

  • Bagikan
Pakar Geologi Desak Penjabat Gubsu "Warning Petaka" UNESCO Geopark Kaderal Toba Kembalikan kepada Ahlinya
Ketua Dewan Pakar Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut, Ir Jonathan Ikuten Tarigan. Foto Istimewa

JAKARTA (Waspada) : Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau UNESCO turunkan status Geopark Kaldera Toba, Sumatera Utara, menjadi “kuning”.

Kaldera Toba di kawasan Danau Toba, ini terpilih sebagai UNESCO Global Geopark dalam sidang Dewan Eksekutif UNESCO di Ibu Kota Paris, Prancis, 7 Juli 2020. Salah satu pertimbangan UNESCO untuk memilih Kaldera Toba adalah karena memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat setempat, khususnya dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati.

Sayangnya, hanya bertahan 3 tahun UNESCO memberi kartu kuning. Pemberian kartu kuning ini setelah tim penilai yang beranggotakan dua orang berkunjung ke Kaldera Toba pada 31 Agustus – 4 September 2023. Peringatan itu dikeluarkan karena pemerintah Indonesia dinilai kurang aksi untuk terus mempromosikan Kaldera Toba. Kartu kuning UNESCO ini membatasi pembaruan setiap empat tahun untuk status Kaldera Toba sebagai UNESCO Geopark. Jika tidak ada perbaikan hingga Juli 2024, status Kaldera Toba akan dicabut sebagai UNESCO Geopark.

“Hanya menghitung bulan, warning yang diberikan UNESCO bila tidak cepat ditangani oleh orang-orang profesional maka kita semua masyarakat Sumatera khususnya akan gigit jari kehilangan Geopark Kaldera Toba yang kita banggakan,” kata Ketua Dewan Pakar Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut, Ir Jonathan Ikuten Tarigan saat diwawancarai Waspada, Rabu (13/12/2023).

Sebagaimana diketahui, Geopark Kaldera Toba termasuk dalam bagian Geopark di tanah air yang ditetapkan sebagai Geopark tidak terlepas dari keragaman hayati dan budaya.

Geopark (taman bumi) merupakan suatu konsep menejemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan yang memadu serasikan tiga keragaman alam yaitu keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity) yang bertujuan untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi) terhadap ketiga keragaman ini.

Ahli Geoscience Indonesia ini menjelaskan, Geodiversity Kaldera Toba adalah kaldera terbesar di dunia yang terbentuk melalui “volcano-tectonic explosive.” Biodiversity Kaldera Toba memiliki hayati andaliman yang merupakan tanaman endemik Toba yang mengandung antimikroba dan antioksidan. Cultural diversity di kawasan Kaldera Toba terdapat 4 kelompok etnis (Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Pakpak).

Dibandingkan dengan Geopark yang ada di Indonesia seperti, Geopark Batur (Bali), Geopark Belitong (Bangka Belitung), Geopark Ciletuh (Jawa Barat), Geopark Gunung Sewu (Yogyakarta), Geopark Gunung Rinjani Lombok (Nusa Tenggara Barat), Geopark Raja Ampat (Papua Barat), Geopark Maros Pangkep (Sulawesi Selatan), Geopark Merangin (Jambi), Geopark Ijen (Jawa Timur), Geopark Danau Toba merupakan Geopark komplit baik dari geologi, hayati sampai cultural masyarakatnya.

Jonathan menyebut salah satu alasan Geopark Kaldera Toba masuk UNESCO Global Geoparks karena pengembangan ekonomi kreatif dan kelembagaan kepariwisataan. Selain itu, Kaldera Danau Toba juga memiliki bentang alam yang beragam.

Keberadaan Kaldera Danau Toba adalah faktor utama kenapa lokasi ini menjadi geopark yang diakui oleh UNESCO. Dua faktor lainnya adalah kontribusi pengembangan ekonomi kreatif dan lembaga kepariwisataan yang terjun langsung mengelola Danau Toba.

Lebih lanjut Jonathan mengatakan Geopark Danau Toba memiliki pariwisata kebumian sebagai danau terbesar dan terluas di dunia. Geowisata yakni, cerita geologi dibalik keindahan, kawah Danau Toba yang curam, menceritakan alam geologi dengan lebar letusan garis kawah 30 km, dan panjang letusan garis kawah 100 km.

“Terbesar di dunia, ceritanya dibentuk 4 kali letusan tingkat skalanya 8 yang tidak ada lebih di dunia pada 2 juta tahun lalu itu terjadi,” ungkap Pak Jo begitu Jonathan disapa para mahasiswanya saat menjadi dosen di Kampus Institusi Teknologi Medan (ITM).

Jonathan mengatakan Indonesia merupakan salah satu 200 anggota geopark dari 48 negara yang ada di dunia. Tidak semua masuk geopark UNESCO, karena syarat berkelas dunia.

Banyak masyarakat tidak tahu masukannya Danau Toba dalam Geopark UNESCO ada sosok tokoh wanita yang getol berjuang tanpa lelah yakni, Dr. Ir. Hj. Wan Hidayati, MSi. Perjuangan dan kerja keras Wan Hidayati disambut Brigjen TNI (Purn) Hj. Nurhajizah Marpaung yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Utara (2017 – 2018).

Pada Mei 2017, Gubenur Sumut Tengku Ery Nuryadi menetapkan Wagub Nurhajizah sebagai ketua Tim Percepatan Geopark Toba menjadi Unesco Global Geopark dan Wan Hidayati sebagai General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba. Hingga perjuangan berakhir dengan prestasi gemilang ditetapkannya Danau Toba sebagai Geopark UNESCO pada 2020.

Awal Petaka

Di tangan Wan Hidayati yang saat itu juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumut. Pada Agustus 2019, Gubernur Edy Rahmayadi menggeser Wan Hidayati dari jabatannya dan menempatkan Wan Hidayati menjadi Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Sumut.

Pakar Geologi Desak Penjabat Gubsu "Warning Petaka" UNESCO Geopark Kaderal Toba Kembalikan kepada Ahlinya
Dr. Ir. Hj. Wan Hidayati, MSi.

Jabatan yang ditinggalkan Wan Hidayati diserahkan kepada Ria Telaumbanua. Sehingga, GM Geopark Kaldera Toba pun berpindah ke tangan Ria Telaumbanua atas persetujuan Edy Rahmayadi yang berkelit sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas Pariwisata.

Menurut Wan Hidayati, pengelolaan Geopark UNESCO harus ditangani oleh profesional. Artinya, orang yang benar-benar ahli dan ilmuwan.

“Saya ditetapkan sebagai GM Geopark Kaldera Toba bukan sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumut, tetapi kapasitas saya sebagai dosen dan peneliti. UNESCO menetapkan Geopark berdasarkan keahlian dan independensi,” terang Wan Hidayati yang hubungi Waspada melalui telepon selulernya, Senin (11/12/2023) malam.

Ilmuwati ini tidak banyak berkomentar tentang pengelola Geopark Danau Toba saat ini, hanya saja Wan Hidayati menyayangkan pemberian “yellow card” oleh UNESCO karena tidak bisa dipertahankan.

Wan Hidayati pun prihatin dan was was kartu kuning disusul dengan kartu merah. “Saya pribadi sangat menyangkan hal ini, apalagi sampai UNESCO mencabut Geopark Danau Toba yang sejak lama kita perjuangan,” ucapnya.

Wan Hidayati tak memungkiri, kartu kuning yang diberikan UNESCO, banyak masyarakat yang sejak tahun 2011 berinisiatif menjadikan kawasan Danau Toba masuk Geopark, dan terus didorong dan dibidani pada tahun 2015, berharap kepadanya untuk kembali mengelola Geopark Kaldera Toba dan membangkitkan dan memajukan kembali kawasan Geopark tersebut.

“Banyak tokoh dan masyarakat yang sejak awal turut membidani ini meminta saya untuk kembali mengelola Geopark Danau Toba. Itu semua berpulang kepada masyarakat dan pemerintah daerah,” tuturnya.

Sebelumnya, Jonatan Tarigan berharap Pemprov Sumut di bawah pemimpin Penjabat Gubernur Sumut Hassanudin turun tangan dan mengembalikan pengelola Geopark Kaldera Toba kepada yang berkompeten (ahlinya).

“Sangat disayangkan, Geopark Danau Toba merupakan salah satu geopark termuda di Indonesia baru tiga tahun sudah mendapat kartu kuning dan terancam pula dicabut. Ini awal petaka dan pembelajaran bagi kita semua,” kata Jonathan.

Dengan turun tangannya Penjabat Gubernur Sumut (Gubsu) sekarang ini, karena Geopark Kaldera Toba sepenuhnya kewenangan Pemprov Sumut dan tidak bisa diintervensi pemerintah pusat. Proses ini harus dikerjakan secara serius oleh Pemprov sendiri.

“Saya melihat ada upaya-upaya untuk menggolkan oknum tertentu yang tidak punya kompetensi menggunakan tangan pemerintah pusat agar bisa mengelola Geopark Kaldera Toba dengan mengangkangi Pemprovsu,” ungkapnya.

“Ada yang haus akan kekuasaan, sangat bernafsu menjadi General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba, dengan mengatur asesornya untuk melakukan pemilihan dengan menggunakan unsur unsur dari luar Pemprovsu. Bila ini terjadi, maka melanggar ketentuan dari UNESCO, dan Geopark Danau Toba bisa langsung kartu merah atau dicabut. Ini akan menjadi petaka kita tidak saja Sumut tapi juga Indonesia. Karena itu, kami mendesak Penjabat Gubernur Sumut harus cepat mengatasi “warning petaka” Geopark Kaderal Toba dengan mengangkat orang yang berkompeten dengan ahlinya sebagai GM Geopark Kaldera Toba,” tambah Jonathan.

Sebagaimana diharapkan masyarakat kawasan Geopark Kaldera Toba, Jonathan tegas menyatakan orang yang berkompetensi dalam Geopark ini adalah Wan Hidayati yang merupakan ilmuwati tamatan Jepang.

Lanjut Jonathan, waktu yang diberikan UNESCO hanya dalam dalam waktu hitungan bulan, Pemprovsu bekejaran dengan waktu untuk menuntaskan dan menjadikan kawasan Danau Toba tetap menjadi Geopark.

“Yang paling kompeten adalah Ibu Wan Hidayati, dan sudah berprestasi menggolkan Toba masuk sebagai anggota UNESCO Global Geopark. Kembalikan kepada ahlinya, hanya itu harapkan kita semua kepada Penjabat Gubernur Sumut. Pemprov bekejaran dengan waktu, untuk itu cepat dan segeslah mengembalikan Geopark Kaldera Toba kepada ahlinya agar tidak lepas dari UNESCO dan tidak menjadi petaka bagi bangsa kita,” pungkas Jonathan. (M.Faisal/ Hasriwal AS)

  • Bagikan