Warga Jl Meranti Keluhkan Jalan Umum Dan Halaman Belakang Rumah Ditutup

  • Bagikan
Warga Jl Meranti Keluhkan Jalan Umum Dan Halaman Belakang Rumah Ditutup

MEDAN (Waspada): Manimegan, warga Jl Meranti Gg Pekong Kelurahan Sekip, Kecamatan Petisah Medan, mengeluhkan halaman belakang dan jalan umum ditutup diduga dilakukan tetangganya sendiri, Akiat, yang rumahnya hanya berjarak 2 meter.

“Ini belakang rumah saya  dan jalan umum pada ditutup, kendaraan gak bisa melintas, ini sudah salah,” kata Megan kepada Waspada, Senin (5/2).

Jalan sepanjang lebih 200 meter dari depan Jl Meranti diduga ditutup untuk kepentingan tempat ibadah yang dikelola Akiat, sehingga mengganggu kendaraan melintas dari sisi kiri dan kanan.

“Kendaraan sudah tidak bisa lewat lagi, anehnya kendaraan saya pun yang saya parkir di depan rumah saya sendiri, dilarang oleh Akiat, tetangga saya sendiri yang sudah cukup lama tinggal di gang tersebut,” kata Megan. 

Selain Megan, warga lain juga memprotes penutupan jalan umum, yang merupakan sarana jalan warga, namun protes ini tidak direspon hingga berbuntut panjang. 

“Kita laporkan ini mulai dari lurah hingga aparat penegak hukum lainnya, namun tidak direspon juga. Katanya Akiat punya deking sehingga akses jalan tidak dibongkar hingga kini,” katanya.

Warga Jl Meranti Keluhkan Jalan Umum Dan Halaman Belakang Rumah Ditutup

Akses jalan umum yang ditutup

Tak puas jalan ditutup, Megan juga mengaku halaman belakang rumahnya yang biasanya digunakan untuk menjemur pakaian, juga ditutup oleh Akiat, dengan cara membuat tembok dan pintu besi. 

“Kita jadi payah njemur pakaian, sampai sekarang kami tidak mengerti untuk apa halaman belakang rumah kami ditutup,” sebutnya.

Kekesalan Megan mencapai puncaknya dengan melaporkan ke berbagai pihak, hingga akhirnya disepakati dibuat perdamaian, yakni pihak Akiat membongkar bangunan dan mencabut pintu besi tanpa seizin pemilik rumah.

“Kesal karena mungkin diganggu, Akiat konon membawa aparat dengan mencoba mengintimidasi warga setempat, termasuk saya agar tidak membesar-besarkan persoalan ini,” katanya.

Megan menduga penutupan halaman belakang rumahnya dengan tembok karena Akiat ingin membeli rumah Megan, namun hingga akhirnya terus ditolak karena harganya yang relatif murah.

“Hanya rumah saya saja yang satu-satunya belum dibeli, dan kalau nanti jadi mungkin untuk kepentingan rumah ibadahnya yang sudah dia bangun sejak tahun 1960 an,” katanya.

Megan berharap kepada pihak terkait termasuk Dinas Perkim Medan menindaklanjuti masalah ini, dan berharap keadilan dapat ditegakkan. Di antaranya mengembalikan pintu besi milik pemilik rumah, Mugen.

Akiat sendiri ketika dihubungi langsung Waspada terkesan enggan dijumpai. Begitu didatangi ke rumahnya, salah seorang staf buru-buru menutup pintu  gerbang rumahnya yang terbuat dari besi.(cpb)

  • Bagikan