Kemenkes: Waspadai Antraks!

Bisa Jadi Senjata Biologis Serang Satu Wilayah

  • Bagikan
Kemenkes: Waspadai Antraks!
Kemenkes menyinggung penyakit antraks dapat menjadi salah satu senjata biologis untuk menyerang satu wilayah. Ilustrasi/net

JAKARTA (Waspada): Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyinggung penyakit antraks yang merupakan penyakit berasal dari hewan atau zoonosis dapat menjadi salah satu senjata biologis untuk menyerang suatu wilayah.

Kemenkes meminta seluruh masyarakat untuk mewaspadai penularan penyakit ini.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menambahkan penyakit Antraks memiliki empat jenis. Yakni antraks kulit, saluran pencernaan, paru-paru, dan injeksi. Dari keempat tipe itu, antraks paru-paru memiliki tingkat fatalitas atau kematian tertinggi.

“Antraks itu bisa menjadi biological weapons, masuk menjadi senjata biologis. Mungkin teman-teman pernah mendengar bahwa antraks ini bisa digunakan oleh teroris untuk meneror suatu wilayah,” kata Imran dalam konferensi pers secara daring, Kamis (6/7).

Kewaspadaan itu menurutnya juga harus ditingkatkan pada daerah endemis antraks seperti DIY. Oleh sebab itu, Kemenkes menginstruksikan agar seluruh fasilitas kesehatan (faskes) baik tingkat rumah sakit atau puskesmas untuk mulai waspada terkait potensi penularan penyakit Antraks.

“Jadi memang ini suatu hal yang perlu kita waspadai bersama,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Imran menjelaskan sejak 2016-2022 penyakit ini sudah memakan korban di DIY, namun belum tercatat korban meninggal dunia. Namun pada 2023 ini, Kabupaten Gunungkidul mencatatkan tiga kasus kematian akibat antraks.

Ia mengatakan seorang warga yang meninggal suspek antraks. Sementara dua warga lainnya tidak diperiksa, namun diketahui memiliki kontak erat dengan sapi mati penyebab antraks.

“Bagi masyarakat kalau terjadi gejala-gejala seperti kulit melepuh, kemudian pernah kontak dengan sapi yang tidak jelas kematiannya, maka harus segera melaporkan ke faskes. Karena sebenarnya di fase awal itu bisa kita tangani dengan baik,” ujar Imran.

Dinkes Yogya Ungkap Korban Jiwa Antraks

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkap kondisi warga di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, yang dinyatakan meninggal dunia karena penyakit antraks tanggal 4 Juni 2023 lalu.

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie menjelaskan secara kronologis warga berinisial WB itu terjangkit antraks sejak menyembelih dan mengonsumsi daging ternak.

Mulanya pada tanggal 22 Mei 2023, kata dia, seekor sapi milik warga bernama SY mati karena sakit. Kemudian, WB ikut menyembelih dan mengonsumsi dagingnya. Pada tanggal 29 Mei 2023, timbul gejala panas atau demam, pusing, dan batuk.

“Hari berikutnya, timbul plenting (bentol) bengkak kecil, gitu. Sama pembengkakan pada kelenjar,” kata Pembajun di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Kota Yogyakarta, Kamis (6/7).

Selanjutnya, WB dibawa ke Rumah Sakit Panti Rahayu, Wonosari, Gunungkidul pada 1 Juni 2023. Dia menjalani opname hingga didiagnosa menderita ileus atau penyumbatan usus dipicu bakteri dalam tubuh, tanggal 3 Juni 2023.

“Tadi kan antraks itu karena bakteri Bacillus anthracis. Perutnya bengkak, kemudian ada pembengkakan juga di kelenjar,” tuturnya.

Masih di hari yang sama pasien dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito, Sleman. Saat itu kondisinya sudah kritis, dengan gejala lain berupa kaku leher bagian belakang. Sehari berselang, WB dinyatakan meninggal dunia.

“Dengan diagnosa suspect antraks waktu itu, kemudian hasil lab keluar, positif antraks,” beber Pembajun.

Kasus penyakit antraks dilaporkan merebak di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul. Pemerintah kabupaten setempat menyebut ada 87 pasien positif terpapar berdasarkan hasil tes serologi dan satu warga meninggal usai terjangkit antraks.

Sementara untuk ternak, ada 6 kambing dan 6 sapi yang dinyatakan positif antraks. Semuanya sudah mati. Akan tetapi, warga sempat menyembelih beberapa ekor dan mengonsumsinya.

Adapun kasus antraks ini sudah kesekian kalinya merebak di Gunungkidul. Berdasarkan catatan DPKP DIY, penyakit yang dipicu bakteri itu pernah muncul pada Mei dan Desember 2019, Januari 2020, Januari 2022, dan Juni 2023.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk antraks usai penyakit yang disebabkan bakteri itu merebak di Dusun Jati.

Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto menerangkan, pemkab akan memetakan untuk melihat perlu tidaknya penanganan ditingkatkan ke level kelurahan.

“Tapi untuk KLB sementara ini kita akan diskusikan dulu,” kata dia di Kantor Pemkab Gunungkidul, Rabu (5/7).(cnni)

  • Bagikan