Sanggar Ippermata Jaya Aceh Besar Hipnotis Pengunjung PKA 8

  • Bagikan
Sanggar Ippermata Jaya Aceh Besar Hipnotis Pengunjung PKA 8
Sanggar Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Kuta Cot Glie (Ippermata) Jaya yang menampilkan atraksi teaterikal Amad Rahmanyang di anjungan Aceh Besar, Sabtu (11/11). (Waspada/Zafrullah)

BANDA ACEH (Waspada): Sanggar seni Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Kuta Cot Glie (Ippermata) Jaya yang menampilkan atraksi teaterikal Amad Rahmanyang yang merupakan cerita rakyat pemuda yang durhaka dengan ibunya menghipnotis pengunjung Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) 8 hadir di anjungan Aceh Besar, di Komplek Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Sabtu (11/11).

Cerita Amad Rahmanyang merupakan cerita rakyat yang berasal dari Krueng Raya, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Menurut sejarah, kisah ini hampir sama dengan kisah Malin Kundang yang ada di Padang, Sumatera Barat.

Sanggar binaan Kang Awier itu secara detail menceritakan bagaimana pemuda yang meninggalkan ibunya untuk pergi merantau. Hati Mak Minah sebenarnya hancur lebur. Betapa tidak, Amad Rahmayang, anak semata wayangnya, satu-satunya keluarga yang dia miliki, pergi saat usia Mak Minah sudah senja.

Hingga menjelang tengah malam, Mak Minah tak beringsut dari atas dipan di depan gubuknya yang reyot. Ia masih bersedih selepas ditinggal merantau oleh anaknya.

Jika jejak kisah Malin Kundang konon berupa bentuk batu di Pantai Air Manis, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, maka Amad Rahmayang berupa Gle Kapai atau dalam bahasa Indonesianya, bukit kapal yang terdapat di kawasan pantai Leuen Lhok, Kabupaten Aceh Besar.

Di situ, tepatnya sekitar 1 kilometer dari bibir pantai, terdapat sebuah karang besar yang dipercaya merupakan kapal Amad Rahmayang. Kapal bersama seluruh isinya, termasuk Amad Rahmayang berubah menjadi batu.

Pengunjung PKA yang ada di anjungan Aceh Besar tak bergeming meskipun terik matahari terus menyinari.

Ketua Pertunjukan Seni Panggung Anjungan Aceh Besar, Mariadi, ST, MT, yang juga Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) Aceh Besar mengatakan, sanggar yang tampil di panggung hiburan anjungan Kabupaten Aceh Besar itu merupakan seniman binaan Disdikbud dan DKA Aceh Besar, para pelaku seni itu secara totalitas menampilkan keahliannya untuk menghibur pengunjung.

Sanggar Ippermata Jaya Aceh Besar Hipnotis Pengunjung PKA 8
Personel Sanggarr Ippermata Jaya sedang menghibur pengunjung dengan menampilkan atraksi teaterikal Amad Rahmanyang di anjungan Aceh Besar, Sabtu (11/11). (Waspada/Zafrullah)

“Sepanjang PKA ada 50-an sanggar yang meramaikan panggung anjungan dan mereka yang tampil tak hanya menghibur tapi juga memberikan pesan moral kepada masyarakat sekaligus menunjukkan bukti keberagaman seni budaya Aceh,” katanya.

Mariadi juga menyampaikan, pentingnya melestarikan seni budaya melalui panggung-panggung rakyat. “Jika tidak ditampilkan maka masyarakat juga tidak tahu tentang seni budaya yang kita miliki,” ujarnya.

Menurutnya, banyak masyarakat yang tidak tahu jika tarian Pulo Aceh yang berasal dari Aceh Besar merupakan warisan indatu yang telah diakui keberadaanya dan asalnya. “Tari Likok Pulo salah satu tarian yang sudah diakui oleh Unesco sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) milik Aceh Besar,” terang Mariadi.

Selain Likok Pulo, kata Mariadi, banyak seni budaya dan tradisi masyarakat Aceh Besar yang sudah diakui oleh Unesco sebagai warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan.

“Jadi, PKA ini momentum yang tepat untuk merawat khazanah Aceh Besar yang harus diberikan kepada generasi muda, agar warisan indatu kita tidak hilang digerus zaman,” pungkas Mariadi. (b03)

  • Bagikan