Rayakan Israk Mikraj, MUI Sumut Ingatkan Giatkan Salat Berjamaah

  • Bagikan
MUI Sumut. Waspada/Ist
MUI Sumut. Waspada/Ist

MEDAN(Waspada): Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara, mengingatkan umat Islam menggiatkan salat lima waktu berjamaah.

Hal itu disampaikan, Ketua MUI Sumut Dr. Maratua Simajuntak bersama Wakilnya, yang juga juru bicara MUI Sumut, Dr. Ardiansyah, LC,MA, Senin (5/2), terkait Perayaan Israk Mikraj Nabi Muhammad SAW, yang diperingati pada Kamis (8/2).

Dalam keterangannya, Dr. Ardiansyah menyampaikan jika ditilik dari perjalanan Israk berarti perjalanan yang dilakukan pada malam hari. Sedangkan Mikraj naik ke tempat tertinggi nan mulia.

Banyak ulama yang menuliskan bahwa peristiwa Agung Israk Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 kenabian (621 M). Perjalanan mulia ini mengendarai Buraq (kilat) ditemani malaikat Jibril As untuk menerima perintah salat.

Awalnya, perintah salat sebanyak 50 kali dalam sehari-semalam. Namun, Allah SWT Maha Mengetahui betapa hal itu pastilah memberatkan bagi hamba-hamba-Nya, maka dicukupkan dengan lima shalat Fardhu sehari-semalam.

Salat Fardhu lima rakaat ini jika dikerjakan dengan baik dan benar, maka akan sama kemuliaannya dengan 50 waktu.

Nabi Muhammad SAW diundang untuk langsung menerima kewajiban salat ini hingga bertemu dengan Allah SWT di Sidaratul muntaha. Tempat tertinggi yang hanya dapat dicapai oleh nabi Muhammad SAW sebagai hamba yang paling mulia dari segenap makhluk ciptaan-Nya.

“Dengan kekuasaan Allah dalam sebagian malam yang sangat singkat, Rasulullah SAW menempuh perjalanan dari Masjidil Haram di Makah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina. Tanah yang diberkahi Allah SWT begitu juga sekitarnya,” ujarnya.

Lanjut dia, setelah itu Nabi Muhammad naik menuju Sidratul Muntaha bertemu dengan Tuhannya untuk menerima perintah salat 5 waktu.

Sebut dia, di sinilah letak kemuliaan salat, sehingga disebut sebagai ‘tiang agama’. Salat yang dilaksanakan bukanlah beban, sebaliknya salat ditegakkan untuk menghilangkan beban.

Dalam riwayat dari ‘Aisyah Radiallahu Anha, bahwasanya Rasulullah SAW setiap kali menghadapi kesulitan, maka beliau melaksanakan salat.

Demikianlah Nabi SAW menjadikan salat sebagai ‘media berkomunikasi’ antara diri dan Tuhannya. Bagaimana dengan kita?

Oleh karena itu hakikatnya, salat adalah mikraj orang beriman. Dengan melaksanakan salat, ia seakan-akan mikraj menghadap zat pencipta alam semesta.

Giatlah Salat Berjamaah

Maka, lanjut Ardiansyah,jangan tinggalkan jaga salat. Selain itu sangat perlu salat berjamaah di masjid bagi laki-laki sedangkan perempuan tidak diperintahkan.

“Salat menjadi ruh kehidupan bagi seorang mukmin. Bergegas melaksanakan salat karena itulah kemenangan sejati. Jika umat ini ingin bangkit dan memimpin dunia seperti pada masa sebelumnya, maka salat berjamaah di masjid adalah pintu pembukanya,” ujarnya.

Lanjutnya, azan bukanlah lagu yang disenandungkan untuk semata-mata didengar. Akan tetapi merupakan panggilan bagi jiwa-jiwa hidup meraih kejayaan.

Sunyi nya masjid dan hingar-bingarnya pasar menjadi dalil betapa manusia lebih mementingkan dunianya daripada ukhrawinya. Lebih sibuk dengan yang akan ditinggalkannya yaitu dunia.
Sementara dia lalai mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal-abadi.

“Mari kita ramaikan salat berjamaah di masjid. Sebab, hidup seorang muslim ini akan berakhir dan diberangkat dari masjid. Jadikan salat wadah merapatkan barisan mempersatukan ukhuwah Islamiyah dalam ridho Allah SWT. Jaga persatuan dan hindarkan permusuhan. Bersaudara kita di dunia, bersama kelak kita di surga-Nya,” pungkas Ardiansyah.(m22)

  • Bagikan