Aceh Utara Dalam Ancaman ‘Bom Waktu’

  • Bagikan

ACEH UTARA (Waspada): Pemerhati sosial yang juga tokoh masyarakat di Kabupaten Aceh Utara, T Hasansyah (foto) mengatakan, ada ‘bom waktu’ yang harus segera dijinakkan. Untuk mencegah meledaknya bom waktu tersebut, Pj Bupati Aceh Utara, Azwardi Abdullah diminta untuk waspada.

Bom waktu yang dimaksudkan T Hasanyah kepada Waspada, Selasa (6/9) adalah berupa penyakit menular mematikan yaitu Tuberkulosis atau yang akrab disebut masyarakat dan medis adalah TBC.

Sesuai informasi yang berhasil diterima dari beberapa sumber terpercaya, bahwa kasus TBC merata terjadi di 27 kecamatan dalam wilayah Aceh Utara. Jika tidak segera ditangani dengan serius, maka bom waktu itu lambat laun akan meledak.

“Saya katakan ini adalah bom waktu karena jika tidak ada tindakan apapun, maka penyakit menular mematikan ini akan semakin luas menjangkiti masyarakat Aceh Utara. Dan saat itu nantinya, Pemkab Aceh Utara akan semakin kesulitan mengatasinya,” sebut T Hasansyah.

Informasi adanya kasus TBC di 27 kecamatan, Waspada mencoba mengkonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Amir Syarfuddin melalui Sub Koordinator Penyakit Menular, dr Adriani Fitri.

dr Adriani Fitri saat dikonfirmasi Waspada membenarkan bahwa ada kasus TBC di 27 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara. Kata dia, secara sasaran baik Provinsi Aceh maupun nasional, angka TBC di Aceh Utara tinggi.

Ini tentunya kata dia, berhubungan dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Aceh, sehingga sasaran untuk Aceh Utara pada tahun ini mencapai 2000 lebih jumlah kasus yang harus dijaring di 17 kecamatan.

Untuk saat ini, sebut dia, pihaknya baru berhasil menjaring 502 orang untuk jenis TBC sensitif obat (SO) dan TBC resisten obat (RO) sebanyak 8 orang.

“Semuanya berhasil kita jaring di RSUD Cut Mutia dan di Puskesmas. Dan mereka semua saat ini sudah mendapatkan pengobatan secara intensif. Sebagian besar mereka berobat di Puskesmas,” kata Sub Koordinator Penyakit Menular di Dinas Kesehatan Aceh Utara itu.

Mengapa pasien TBC dapat diobati di Puskesmas, kata dr Adriani Fitri, 32 Puskesmas di Aceh Utara telah memiliki peralatan yang standar sama dengan alat yang dimiliki oleh RSUD Cut Mutia yaitu pcm.

“Tiga Puskesmas yang sudah memiliki alat standar untuk mendeteksi TBC itu adalah Puskesmas Nisam, Puskesmas Lhoksukon, dan Puskesmas Tanah Jambo Aye. Dengan pcm kita memeriksa dahak,” katanya.

Sesuai dengan angka sasaran, seharusnya angka penjaringan harus lebih dari yang sudah disebutkan di atas. Target masyarakat yang harus segera dicek kesehatannya mencapai 2000 orang lebih. Pun demikian, proses penjaringan TBC dalam masyarakat Aceh Utara telah mulai dilakukan sejak tahun 2005.

“Aceh Utara pernah mendapatkan penghargaan dari Provinsi Aceh pada tahun 2018 terkait penjaringan terbanyak untuk kasus TBC. Artinya, sejak lama kita terus bekerja secara kinsekwen untuk masalah TBC, karena kenapa, karena TBC bisa disembuhkan. Karana itulah setiap tahun kita punya sasaran,” sebutnya.

Waspada kembali bertanya, apakah kasus TBC merata di 27 kecamatan, jawab dr. Adriani Fitri, bahwa kasus TBC merata ada di 27 kecamatan. Hal ini disebabkan, proses penukaran TBC jauh lebih gampang dan cepat dibandingkan penyakit menular lainnya.

Penukaran TBC melalui pernapasan. “Sekali kita bicara tatap muka begini, ada 140 kuman TBC terbang. Nah kalau seseorang batuk, maka ada 1000 kuman TBC yang terbang. TBC adalah penyakit yang mematikan, tetapi dalam waktu tahapan. Namun secara akumulasi penelitian, 15 orang setiap hari meninggal karena TBC,” sebutnya.

dr Adriani Fitri membenarkan, kalau TBC dapat diibaratkan seperti bom waktu yang memang harus segera dijinakkan, lewat kerja keras dalam menjaring angka sasaran untuk tahu ini lebih dari 2000-an orang.

“Penyebab TBC itu adalah akibat kebiasaan buruk masyarakat itu sendiri yaitu merokok, buang dahak sembarangan tempat. Lalu ada kaitannya dengan faktor kemiskinan, karena kuman TBC berkembang biak di tempat yang lembab. Kondisi rumah sangat menentukan. Buka jendelanya agar sinar matahari masuk. Untuk mengantisipasi pakailah masker. Sebenarnya bukan covid yang perlu kita takuti, tapi TBC yang lebih menakutkan,” ujarnya.

Ditanya apakah Aceh Utara pernah terbebas dari kasus TBC, dr Adriani Fitri mengatakan, Aceh autara tidak pernah bebas dari TBC dan Aceh Utara merupakan kabupaten empuk untuk TBC.

“Sebagai tenaga kesehatan di sub koordinator penyakit menular saya himbau kepada masyarakat untuk memeriksakan diri ke Puskesmas masing-masing. Tidak ada biaya yang dipungut sepeserpun mulai dari pemeriksaan hingga pengobatan.

“Periksa diri anda ke Puskesmas, cepat didetiksi maka cepat juga diobati. Semua biaya gratis,” demikian dr Adriani Fitri.

Menyimak hasil wawancara dengan Sub Koordinator Penyakit Menular di Dinas Kesehatan Aceh Utara, maka T Hasansyah meminta Pj Bupati Aceh Utara, Azwardi untuk lebih peduli dengan kondisi tersebut sehingga bom waktu itu dapat segera dijinakkan dengan baik. “Mohon ini menjadi perhatian orang nomor satu di Aceh Utara,” punya Hasanyah. (b07)


  • Bagikan