Framing Media

  • Bagikan

Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat” (QS Asy-Syu’ara: 224)

Framing media. Dalam Al-Quran, terdapat penjelasan mengenai prilaku framing media. Menurut para ulama, hal tersebut dibahas salah satunya di dalam Quran surah Asy-Syu’ara. Asy-Syu’ara yang secara bahasa berarti penyair.

Menurut para ulama kontemporer,  dalam konteks zaman sekarang ‘asy-syu’ara’ dapat ditujukan sebagai media massa- selain artis, seni- yang pada intinya dapat mempengaruhi masyarakat (influencer) dan memanipulasi, mem-framing suatu fakta sesuai keinginan mereka.

Surat Asy-Syu’ara  sendiri terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Surah ini adalah surah kedua terpanjang dari segi jumlah banyaknya ayat setelah surah al-Baqarah.

Menurut Prof M. Quraish Shihab surah ini bertujuan utama untuk menghibur Nabi yang banyak ditentang kaumnya dengan setidaknya 7 kisah Nabi yang mencakup 180 ayat dalam surah ini.

Dinamakan Asy Syu’araa’ (kata jamak dari Asy Syaa’ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa’ yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair.

Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutarbalikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan.

Kedudukan penyair di masa itulah yang kurang lebih seperti media massa sekarang. Melalui mereka inilah berita-berita menyebar. Mereka pula yang mampu memanipulasi berita dan persepsi masyarakat terhadap sesuatu maupun orang tertentu. Mereka bisa mengangkat derajat seseorang atau sebaliknya terlepas dari benar atau salah.

Surah Asy-Syua’ra memuat tema tentang seperti apa jenis musuh-musuh dakwah Islam. Allah mengangkat kisah para Anbiya sebagai penghibur dan juga bekal Rasulullah Saw dan tentunya ummat Islam dalam menghadapi pihak-pihak yang zalim itu.

Pertama Pimpinan yang Tiran. Dalam ayat 10- 11 dikisahkan Nabi Musa yang Allah perintahkan berdakwah kepada Firaun yang tiran, kejam, kuat dan kaya raya serta ayah angkat Nabi Musa sendiri.

Firaun dalam memadamkan dakwah Nabi Musa, mengumbar-umbar kasus pembunuhan yang dilakukan Musa dan menyebutnya sebagai orang yang tidak tahu berterimakasih pada Firaun yang telah mengasuhnya. (QS 26 : 18-19)

Inilah gaya pertama penghentian gerakan Islam atau dakwah yaitu dengan propaganda pembunuhan karakter. Membesar-besarkan sisi-sisi kelemahan yang dimiliki sosok muslim.  

Dengan harapan sosok itu akan hilang integritasnya di hadapan manusia. Padahal dalam kisah Musa kejahatan yang dilakukan Firaun lebih besar. Jika Musa hanya membunuh dengan tidak sengaja 1 orang sementara Firaun sudah membunuh 70.000 bayi.

Kedua, Masyarakat yang Kolot. Sejak ayat 69, Surah ini  mengangkat kisah Ibrahim yang menghadapi kebebalan kaumnya yg menyembah berhala. Apa sebab mereka keukeuh menyembah berhala? Hanya karena ini sudah menjadi tradisi kuat dari nenek moyangnya. (26 : 74). Masyarakat yang kolot ini merupakan salah satu penghambat dari gerakan Islam.  

Ketiga,  Elite yang Sombong. Ada lagi kaum Nabi Nuh khususnya kalangan elite yang sombong. Mereka menentang Nuh hanya karena pengikutnya dari kalangan bawah (QS 26:111). Keempat, Kaum Liberalis.  Berbanding terbalik dengan kaum Ibrahim, al-Quran kemudian menggambarkan umat Nabi Hud cukup mapan, kelas menengah dan berpikir liberal. Umat Nabi Hud justru menyebut syariat agama Allah sebagai kebiasaan orang-orang terdahulu. (26:137).

Salah satu ciri mereka yang liberal ini adalah datang dari kelas terpelajar yang mapan dan memiliki kekayaan cukup (26 : 132-135). Begitulah yang terjadi jika ilmu pengetahuan dan kekayaan tidak disertai iman.

Kelima, Pemilik Teknologi yang Merusak. Kaum Nabi Shaleh diceritakan punya teknologi tinggi, pakar agrikultur & arsitektur (QS 26 : 147-149) namun teknologi yang mereka miliki digunakan melampaui batas dan merusak serta melanggar syariat Allah.

Keenam, Kaum yang Rusak Moral dan Fitrahnya seperti kaum Luth (QS 26: 165) yang melakukan homoseksual, penyimpangan moral yg tak masuk akal. Ketujuh, Pelaku Ekonomi yang Curang  seperti diceritakan kezaliman kaum Nabi Syuaib yang gemar berkhianat dalam perdagangan, (QS 26: 181-184)

Dan kelompok penentang dakwah Islamiyah di atas, dilengkapi pula oleh satu golongan lagi yaitu para penyair, influencer ataupun media massa jahat di zaman sekarang.

Merekalah yang kerap memanipulasi kebenaran sehingga kepalsuan dianggap menjadi kebenaran. Semua kelompok disebut sebagai golongan yang zalim dalam surat Asy-Syu’ara.

Selain Musuh Dakwah Islam, dalam surah Asy-Syuara ini juga terdapat ciri utama pejuang dakwah Islam. Itu tersirat dari ucapan yang senada yang diucapkan oleh para pemegang risalah (rasul).

Ciri para pejuang itu adalah mereka yang tidak berhenti mengajak masyarakat untuk bertaqwa kepada Allah, membuktikan diri bahwa mereka terpercaya dan taat kepada arahan para nabi (kalau sekarang, ulama pewaris nabi).

Serta mereka yang berjuang dengan idealisme tak pragmatis dan tulus ikhlas kepada Allah tanpa meminta imbalan atas usaha tersebut.

Framing media memiliki peran yang sangat besar dalam membangun opini. Dalam Al-Quran, media yang jahat dapat menjadi salah satu musuh utama gerakan Islam. Tetapi media massa juga menjadi profesi mulia sebagai pelanjut estafet sang pembawa risalah, media yang punya idealisme dan ketulusan perjuangan. Wallahu’alam.

(Pengurus Mathla’ul Anwar Sumut)

  • Bagikan