Jamu Warisan Budaya Dunia

  • Bagikan

Oleh Budi Agustono

Berdasarkan Konvensi Unesco 2003, warisan budaya tak benda adalah berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan, instrumen, objek, artefak, dan ruang-ruang budaya yang terkait. Salah satu pengetahuan atau objek dalam ruang budaya masyarakat adalah jamu

Jamu adalah obat tradisional yang dikonsumsi sejak ratusan abad lalu sampai sekarang. Bahan dasar jamu adalah tanaman tempatan yang mudah dijumpai di mana saja seperti kunyit (asam), gula merah, beras kencur, daun papaya, brotowali, temu lawak dan sebagainya. Kunyit bermanfaat untuk pencernaan dan menambah daya tahan tubuh.

Beras kencur baik untuk kesehatan tubuh. Rebusan daun pepaya dapat menghilangkan konstipasi dan membuat tubuh segar. Brotowali yang rasanya pahit jika diminum teratur dapat mengatasi penyakit tertentu. Temu lawak menambah nafsu makan dan mengobati penyakit kuning.

Tanaman obat ini bisa diracik dan dikonsumsi keluarga. Biasanya jamu berasa pahit ditambah penawar gula merah mengurangi rasa pahit. Jamu ada berasa pahit, sedikit manis ditambah gula merah, atau rasa asli tanaman obat.

Selain ini ada jamu paketan terdiri dari bermacam tanaman obat dengan merebus atau menggodog dengan berbagai tujuan. Ada untuk persalinan dan pengobatan berbagai penyakit.

Jamu dapat dikonsumsi kapan dan di mana saja tanpa membedakan asal usul suku, agama dan etnik. Tua muda, laki perempuan mengonsumsi jamu. Jamu tak pernah lekang oleh waktu. Dalam situasi apapun masyarakat perdesaan selalu minum jamu untuk mengatasi kesehatan tubuh sebelum ke dokter.

Jamu selalu dikonsumsi dan disajikan di rumah. Ibu rumah tangga selalu menyedu kunyit, merebus temu lawak atau membuat beras kencur untuk menjaga kesehatan keluarga. Ada yang rutin, ada mengonsumsi dengan jarak waktu. Bergantung situasi keadaan rumah tangga.

Orang yang mengonsumsi jamu biasanya terbiasa turun temurun dari orang tua diturunkan kepada anak. Begitu seterusnya sehingga jamu selalu diminum masyarakat. Apalagi membuat jamu tidak sulit sehingga siapa saja bisa membuatnya atau meraciknya dengan tambahan tanaman obat lainnya guna menambah khasiat jamu.

Jamu tidak saja mudah dibuat di rumah, juga dipasarkan penjaja jamu. Pada masanya jamu dijual oleh perempuan dengan menggendong bakul (keranjang) berisi botol-botol jenis tanaman obat yang diolah menjadi jamu. Ada temu lawak, kunyit, brotowali dan tambahan gula merah dicampur asam.

Penjaja perempuan jamu biasanya memakai jarik atau kebaya sambil menjajakan jamu melintas dari rumah ke rumah. Tempat air kecil ditenteng di tangan sebagai pencuci gelas. Masyarakat menyebutnya jamu gendong.

Jamu gendong sangat popular di perdesaan masyarakat Jawa. Saban pagi masyarakat meminum jamu. Kebiasaan minum jamu inilah yang menjadi tradisi keluarga di perdesaan. Ketika merantau ke luar dari daerahnya kebiasaan minum jamu diteruskan.

Jamu gendong sebagai media enkulturasi jamu di masyarakat makin hari makin terdesak dengan keinginan memperpanjang radius jarak tempuh memasarkan jamu. Untuk memerpanjang jarak dan menggandakan pembeli, jamu gendong berganti dengan sepeda dengan tempat berbentuk persegi empat berisi botol jamu.

Radius jarak berjualan jamu semakin jauh. Begitu juga sewaktu sepeda bertukar dengan sepeda motor penjaja jamu jarak keliling penjaja jamu semakin jauh. Konsumsi jamu juga semakin merambah luas ke mana-mana.

Jamu semakin menasional dan mendunia sewaktu pemodal besar mendirikan industri jamu dengan macam racikan tanaman obat dalam bentuk kemasan. Perusahaan jamu memproduksi jamu kemasan dalam skala besar sehingga mampu menembus ke seluruh kota besar sampai wilayah pedalaman dan perkampungan.

Tambahan lagi bermunculan industri-industri rumah tangga jamu yang dipasarkan ke kota besar sampai perkampungan masyarakat semakin mengenal aneka macam jamu.

Global
Saat ini jamu mudah dijumpai di kota besar dan konsumennya kian meluas. Ada gerai aneka macam jamu kemasan yang siap disedu dengan telur bebek dan ayam kampung. Ada kereta dorong jamu yang setiap malamnya berjualan jamu di tepi jalan dekat pasar tradisional kota. Pelanggan jamu mengonsumsi jamu guna menjaga kesehatan tubuh.

Jamu selalu juga disediakan di hotel berbintang. Ada kunyit (asam), temulawak dan beras kencur siap saji di hotel berbintang. Selain menyantap sarapan, tamu hotel selalu meminum jamu untuk kesehatan tubuh. Sekali minum jamu akan mendorong tamu meminumnya jika berada di hotel yang menyediakan jamu.

Demikian merakyat, memasyarakat dan tinggi khasiat jamu yang tak pernah tergerus perkembangan zaman membuat daya tahan jamu sebagai minuman kesehatan dari dulu kala sampai sekarang mendorong pemerintah mengajukan jamu sebagai warisan budaya tak tak benda ke Unesco di tahun 2022.

Berdasarkan Konvensi Unesco 2003, warisan budaya tak benda adalah berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan, instrumen, objek, artefak, dan ruang-ruang budaya yang terkait. Salah satu pengetahuan atau objek dalam ruang budaya masyarakat adalah jamu.

Pengobatan tradisional lokal ini mengingat khasiat dan manfaatnya bagi kesehatan tubuh yang terbukti telah dikonsumsi dari zaman dulu kala sampai sekarang patut disambut gembira jika diusul menjadi warisan budaya tak benda ke Unesco.

Saat ini beberapa warisan budaya tak benda yang disetujui Unesco di antaranya wayang, batik, gamelan, keris, dan angklung. Sedangkan warisan budaya tak benda tempe sedang menunggu putusan Unesco.

Warisan budaya tak benda tidak sendirinya dapat terus bertahan. Ia sangat bergantung kepada komunitas penyangganya. Jika komunitas penyangga secara konsisten dan merasakan kebermanfaatannya warisan budaya tak benda akan berfungsi alam masyarakat. Sebaliknya jika komunitas tidaki lagi merasa apapun darinya warisan budaya tak benda akan tergilas perubahan sampai akhirnya punah.

Jamu yang berisi manfaat pengobatan tradisional haruslah tetap mempertahankan sumber bahan baku (tanaman) obatnya di masyarakat. Namun berbisnis jamu jangan sampai merusak dan mencermarkan khasiat jamu. Sering terdengar ada perusahaan jamu kemasan meracik jamu dengan menambah bahan kimia untuk meningkatkan daya sembuh seketika.

Campuran senyawa kimia dalam pembuatan jamu tidak lain untuk cepat cespleng daya sembuhnya agar orang terus mengonsumsi jamu sebagai pengobatan. Tetapi jika masyarakat mengonsumsi jamu bercampur bahan kimia berbahaya akan cepat merusak organ tubuh.

Alih-alih bertambah sehat, justru mengonsumsi jamu mendatangkan petaka kesehatan tubuh. Cara berbisnis seperti ini akan merusak khasiat jamu sebagai pengobatan tradisional. Masyarakat menjadi korban bisnis jamu.

Sering terdengar orang mengonsumsi jamu untuk menambah gairah dan keperkasaan lelaki. Namun sesudah meminum beberapa waktu, bukannya keperkasaan yang didapat, melainkan pemakainya tewas saat bercinta dengan pasangannya. Ia tewas lantaran meminum jamu bercampur bahan kimia berbahaya. Di pasaran masih banyak jenis jamu kemasan lainnya yang bercampur bahan kimia. Ini sangat merugikan citra jamu.

Untuk menjaga khasiat jamu sebagai pengobatan tradisional pemasaran jamu kemasan yang dikelola industri rumah tangga perlu diawasi ketat. Ini perlu dilakukan untuk menjaga kemurnian dan citra jamu yang telah dikenal dan dikonsumsi sejak dulu sampai sekarang. Dengan demikian sewaktu jamu diusul menjadi warisan budaya tak benda ke Uneco kita dapat berbangga karena jamu semakin mendunia.

Dunia sedang berhadapan dengan pandemi global. Kita juga sedang berupaya mengatasi pandemi global dengan berbagai kebijakan kesehatan guna menekan agar masyarakat tak tertular korona. Sebagai upaya memperkuat sistem pertahanan tubuh di masa pandemi global selain vitamin masyarakat mengonsumsi jamu.

Jika jamu tak ternoda dengan racikan bahan kimia berbahaya agar khasiatnya tetap terjaga bangsa ini harus mendukung penuh jamu diusul menjadi warisan budaya tak benda dunia. Jika ini dapat ditembus menjadi warisan budaya tak benda jamu akan semakin mengglobal di planet bumi ini.

Penulis adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

  • Bagikan