Menikmati Sujud

  • Bagikan

Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhan-mu, dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan” (QS. Al-Hajj: 77)

Menikmati sudud. Sujud asal kata dari sajada yang bermakna meletakan wajah ke tanah dengan rasa tunduk dan khusyu’ dalam rangka ibadah kepada Allah.

Bahwa tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan di dunia kecuali sujud, tidak ada waktu terdekat dengan Allah, kecuali manusia dalam keadaan sujud. Taka ada kenangan terindah di dunia adalah seberapa sering kita bersujud dan seberapa sedap kita bisa menikmati sujud.

Islam mewajibkan Muslim untuk beribadah. Ibadah yang paling utama adalah shalat, dan kunci shalat adalah sujud. Nanti di Akhirat, satu sujud itu lebih nikmat dari dunia seisinya. Posisi terdekat hamba Allah dengan Allah adalah ketika sujud.

Ada beberapa hakikat sujud yakni; Pertama, melatih merendahkan diri.  Selain sebagai ibadah shalat, sujud juga memiliki pungsi untuk melatih rasa bahwa diri ini sangat rendah di mata Allah.

Karena, ketika sujud posisi seorang hamba benar-benar mununjukkan kerendahannya di hadapan Allah. Sebab kepala yang menjadi bagian paling istimewa dalam tubuh manusia harus menyentuh lantai, alas atau tanah.

Karena sujud adalah meletakkan dua lutut, telapak tangan dan kening yang tidak terhalang yang menempel ke tempat sujud.  Diikuti dengan hati yang rendah diri, melakukan penghambaan yang total kepada Allah.

Diiringi hati penuh kesadaran betapa rendah dan hina-dinanya diri ini, betapa lemah kita ini. Tiada tahta, harta dan harga yang kubanggakan. Kuserahkan hidup dan matiku hanya kepada Allah (La hawla wala quat ‘iilaa Allah).

Kedua, pembeda. Sujud adalah  sebagai ciri pembeda antara hamba yang melaksanakan perintah-Nya dengan yang tidak. Karena sujud kepada Allah merupakan salah satu pembeda antara orang yang beriman dan tidak beriman.

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (QS. Al-Baqarah: 34 ). 

Ketiga, menghapuskan dosa dan keburukan. Keutamaan lain dari sujud adalah mendidik manusia bersikap rendah hati. Makin banyak orang bersujud, maka makin bersih jiwanya dan makin tinggi kesadaran rohaninya. Rasulullah SAW bersabda: 

Hendaklah kamu banyak bersujud, karena sesungguhnya tiada engkau bersujud sekali kepada Allah, kecuali Allah menaikkan derajatmu dan menghapuskan dosa dan keburukanmu” (HR. Muslim).

Keempat, ciri umat Rasul. Sesungguhnya setiap manusia nanti akan dapat dikenali karena bekas sujud mereka. Sujud dan wudhu adalah amalan di dunia yang akan dijadikan media Nabi Muhammad SAW, mengenali umatnya.

Bahkan Rasulullah SAW dapat mengenali mereka lewat bekas tanda dalam sujudnya. “Seluruh badan anak Adam akan dibakar oleh Neraka, kecuali bekas sujud” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika sahabat bertanya, bagaimana cara Rasul mengenal umatnya dihari kiamat. Kemudian Rasul berkata bahwa tidak ada seorang pun dari umatnya yang  tidak dikenal Rasul. Caranya, Rasul mebuat perbandingan bagaikan kuda hitam yang banyak dengan kuda putih ber-gurat putih yang langka. Kemudian Rasul SAW menjawab: “Sungguh, umatku pada hari itu mempunyai wajah yang putih karena sujud, serta anggota wudhu yang putih karena wudhu” (HR. Ahmad).

Kelima, media komunikasi. Selain melakukan pujian kepada Allah, sujud juga dapat dijadikan media komunikasi kepada Allah. Bercerita kepada Allah tentang apa saja baik itu ucapan terimakasih atau segala permintaan. Karena Allah berkata; “Mintalah kepadaku, niscaya akan kuberi” (QS. Al Mukmin: 40). “Wahai manusia! Kalianlah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya lagi Mahaterpuji” (QS. Fathir: 15).

Sujud adalah kisah cinta yang tak seorang pun akan mengerti kecuali mereka yang bermunajad. Bahwa Anda sedang berbisik di bumi, dan terdengar sampai ke langit. “Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu. Biar susah sungguh, Mengingat Kau penuh seluruh. Cahya-Mu panas suci, tinggal kerlip lilin di kelam sunyi. Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling.” (Khairil Anwar).

(Guru SMAN 16 Medan, Alumni Doktor PEDI UIN SU)

  • Bagikan