Negeri Marhamah

  • Bagikan

“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) ‎melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari ‎kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau ‎kepada orang miskin yang sangat fakir. Kemudian dia termasuk orang-‎orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling ‎berpesan untuk berkasihsayang” (QS. Al-Balad Ayat 12-17)‎

Negeri Marhamah. Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa “Aqabah” dijelaskan Ibnu Zaid sebagai jalan yang akan membawa kalian kepada keselamatan dan kebaikan? Kemudian dijelaskan oleh ayat selanjutnya, bahwa jalan yang mendaki lagi sukar itu ialah melepaskan budak dari perbudakan.

Selanjutnya “atau memberi makan pada hari kelaparan” dijelaskan Ibnu Abbas yaitu kepada orang yang sedang kelaparan. “Kepada anak yatim yang ada hubungan kekerabatan.” Atau kepada anak yatim pada hari yang seperti itu. Seperti disebutkan dalam hadis:

“Sedekah kepada orang miskin, merupakan sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat (yang membutuhkan) mendapat dua pahala. Pahala sedekah dan mempererat hubungan kekeluargaan.” (HR Ahmad, Tirmidzi dan Nasa’i)

Selanjutnya, Ibnu Abbas mengatakan, “Dza Matrobah maksudnya orang fakir yang terbuang di jalanan, yang tidak memiliki tempat tinggal (tuna wisma) atau tempat berlindung dari debu debu jalanan.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang dimaksud adalah kaum fakir tidak memiliki sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Sementara Said bin Jubair mengatakan, “yakni yang hidup sebatang kara, tidak memiliki siapapun.”

Sedangkan firman-Nya “dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” Yakni menjadi seorang mukmin yang mengamalkan keimanannya dengan keikhlasan hatinya. Serta memberikan nasihat untuk bersabar dalam menghadapi tindakan manusia yang lain dan bersabar pula dalam berbelas kasihan terhadap orang lain.

Seperti disebutkan dalam sebuah hadist “Ar-Raahimuna (orang orang yang belas kasihan) akan dirahmati oleh Yang Maha Rahman. Berbelaskasihanlah kepada yang ada di muka bumi, maka penghuni langit akan berbelas kasihan kepada kalian.”

Dalam ayat selanjutnya disebutlah bahwa mereka adalah golongan kanan. Ibnu Katsir menjelaskan yakni menerima kitab dari tangan kanan.

Di dalam Surah Al-Balad, Allah menyebutkan beberapa amalan-amalan yang menyebabkan orang beriman masuk surga. Sementara di awal-awal surah Al-Balad dijelaskan bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan susah payah.

Allah bersumpah dengan empat perkara pada tiga ayat awal untuk menegaskan bahwa manusia itu tercipta dalam kesulitan dan kepayahan. Dunia ini tidak bisa ditempuh dengan senang-senang tanpa ada kesulitan sama sekali. Allah menjadikan manusia dalam keadan sulit dan payah sepanjang hidupnya, bahkan sejak lahirnya.

Saat lahir pusarnya dipotong, kemudian ia mneyusu ke ibunya. Tatkala tumbuh gigi, ia merasa kesakitan dan demam. Setelah besar dia harus menghadapi kehidupan, saat telah  menikah dia harus menanggung nafkah istri dan anak-anaknya.

Memasuki masa tuanya badannya mulai lemah dan terus menerus mengalami kepayahan hingga akhirnya dia meninggal dunia. Di dalam kubur pun ditanyai para malaikat, kemudian dibangkitkan lagi dalam keadaan payah.

Adalah sunnatullah jika ingin mencapai kesuksesan di dunia yang bersifat sementara manusia harus membayarnya dengan susah payah maka lebih-‎lebih jika kita bercita-cita untuk dapat mencapai kesuksesan di akhirat yang ‎bersifat kekal-abadi.

Di dalam surah ini jalan kesuksesan Akhirat itu memang mendaki dan sukar. Itulah yang tersebut dalam surah Al-Balad ayat 13-17.

Surah Al-Balad ini sebenarnya tidak hanya ditujukan ke pribadi-pribadi tetapi justru merupakan jalan membentuk masyarakat marhamah dalam suatu negeri.

Dijelaskan Buya Hamka, dari Surah Al-Balad dahulu Pimpinan Masyumi Darwis Thaib telah menemukan konsep sosialisme Islam yang dinamai Marhamisme.

Marhamisme, sempat popular di kalangan muslimin ketimbang marhaenisme dan murbaisme.  Murbaisme sendiri merupakan doktrin politik Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) yang digali Tan Malaka sebagai salah seorang pendiri partai tersebut.  

Sementara, Marhaenisme digagas Sukarno dari pertemuannya dengan petani kecil bernama Marhaen di tengah sawah di Jawa Barat.

Menurut Darwis, ayat-ayat dari Surat Al-Balad ini adalah dasar yang teguh dari ajaran “Keadilan Sosial” yang bersumber dari wahyu. Orang dididik memperdalam iman dan sanggup menempuh jalan mendaki yang sukar (‘Aqabah).

Mereka mengeluarkan hartabenda dan tenaga buat (1) Memberantas segala macam perbudakan, pemerasan manusia atas sesama manusia,

(2) Memberi makan pada saat orang sangat memerlukan makanan, baik terhadap anak-anak yatim karena ayah-ayahnya yang tewas sebagai korban perjuangan, atau orang-orang miskin dan melarat yang tidak mempunyai apa-apa.

(3) Semuanya itu terlebih dahulu mesti timbul dari Iman dan keyakinan hidup sebagai Muslim, yang masyarakatnya dibentuk oleh jamaahnya sendiri.

Masyarakat yang hidup dalam gotong-royong, hidup pesan-memesan tentang kesabaran menderita dan pesan-memesan supaya selalu hidup dalam berkasih-sayang, bantu-membantu, tolong-menolong. Itulah yang dinamai masyarakat MARHAMAH.

Menurut teori Darwis Thaib, dari situlah kemenangan politik Islam mesti dimulai. Ia ditanamkan dari bawah. Berdasarkan  ayat 38 dari Surat 42, Asy-Syura:

“Dan orang-orang yang mematuhi seruan Tuhan mereka, dan mendirikan sembahyang, sedang urusan mereka dipermusyawaratkan di antara mereka, dan sebahagian daripada rezeki yag Kami anugerahkan, mereka belanjakan.”

Di ayat ini terdapat 4 hal penting yakni (1) Kesadaran beragama, (2) Membentuk jamaah dari sebab shalat, (3) bermusyawarah  dan (4) berkorban harta.

Darwis Thaib memandang isi Surat Al-Balad itu dengan kacamata perjuangan politik. Sebagaimana makna dari namanya yakni Al-Balad berarti Negeri. Hal itu juga terlihat dari perjuangan Nabi Muhammad Saw dahulu.

Sempat ingin dibunuh di negeri kelahirannya sendiri, sehingga terpaksa hijrah. Namun hijrah bukanlah lari, tetapi pergi menyusun kekuatan lahir dan batin, untuk merebut negeri itu kembali, yaitu Makkah Al-Mukarramah. Karena dari sana, dari Makkah, yang bernama juga “Ummul Qura” artinya ibu dari negeri-negeri akan dipancarkan kelak pimpinan ke seluruh dunia.

Surah al-Balad berisi perjuangan yang harus ditempuh untuk mencapaik kesuksesan dunia akhirat. Tak hanya untuk pribadi muslim, ia juga bisa dimaknai sebagai dasar-dasar yang teguh untuk membentuk negeri yang marhamah. Negeri yang masyarakatnya penuh kasih sayang. Wallahua’lam.

(Sekretaris PD Mathla’ul Anwar Kota Medan)

  • Bagikan