Pemanfaatan Media Pembelajaran

  • Bagikan

“Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” (QS. Al Maidah: 16)

Pemanfaatan media pembelajaran. Berdasarkan Tafsir Al Mishbah, menerangkan, dengan Nur dan kitab suci Allah menunjuki orang-orang yang diketahui-Nya bersungguh-sungguh ingin berusaha mengikuti jalan menuju keridhoan-Nya. Allah menunjuki mereka kesalahsatu atau bermacam-macam jalan keselamatan. Dari kekeruhan jiwa dan bencana, baik di Dunia maupun di Akhirat.

Dan Allah mengeluarkan mereka yakni orang-orang yang memiliki kesungguhan itu dari aneka kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya. Ulama memahami kitab yaitu Al-Qur’an sedangkan Nur yakni Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an dapat dimengerti dengan baik dan menghantarkan pada jalan kebahagiaan bila dikaitkan dengan penjelasan Rasul. (Shihab, 2019). 

Telaah Anak merupakan periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga lima atau enam tahun, dimana periode ini disebut dengan periode pra sekolah atau anak usia dini.

Berdasarkan kajian rumpun ilmu PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa Negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun (Hasan, 2010, p. 17). Artinya masa usia dini juga mengacu pada periode antara kelahiran dan 8 tahun kehidupan (Austin, 2002, p. 4).

Di mana pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan koordinasi motorik halus dan kasar, intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.

Perhatian pemerintah untuk perkembangan aspek potensi anak tersebut, terlihat dengan hadirnya lembaga pendidikan anak usia dini dalam bentuk formal yang disebut dengan Taman Kanak-kanak.

Seperti tertulis dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan belajar dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Kemendikbud, 2014).

Berbicara tentang dunia pendidikan anak usia dini, maka di dalam proses pembelajarannya tidak terlepas dengan media pembelajaran. Association for education and communication technology (AECT) dalam (Tafonao, 2018) mendefenisikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.

Sedangkan media pembelajaran diartikan dengan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.

Sehingga membangun interaksi yang interaktif. Pada rentang usia 4-6 ahun anak berada pada tahap operasional kognkrit yaitu dimana pengetahuan dibangun melalui benda-benda yang ada di sekitar anak.

Anak hanya akan memahami suatu konsep apabila diiringin dengan benda konkit, sebab tahap berfikir anak tidak mampu untuk memahami cara berpikir secara abstrak.

Ahli neurologi menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 1000 sampai 200 milyar neuron atau sel syaraf yang siap melakukan sambungan antar sel.

Sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun, 80% telah terjadi ketika usia 8 tahun, dan telah mencapai titik kulminasi 100% ketika berusia 8 sampai 18 tahun (Kemendikbud, 2014, p. 10).

Pendidikan anak usia dini harus berorientasi pada: 1) tujuan pembelajaran artinya proses pembelajaran harus bertujuan karena keberhasilan anak dapat dilihat pada tercapainya tujuan pada indikator pembelajaran yang telah ditetapkan.

2) aktivitas artinya pembelajaran bukan hanya menghafal fakta atau sekedar informasi, tetapi pembelajaran adalah membuat untuk memperoleh pengalaman baru.

3) keunikan anak artinya pada usia golden age sangat menentukan anak selanjutnya, pada masa ini anak memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda, mereka memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula, kondisi ini yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran.

4) integrasi artinya pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif tetapi semua aspek perkembangan anak yang terintegrasi secara holistik.

Dan terakhir 5) inspiratif artinya mengandung makna agar setiap anak mampu mengembangkan inspirasinya.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien, maka guru sebagai pendidik mempunyai peran untuk memfasilitasi belajar siswa, dengan cara menyediakan fasilitas berupa media pembelajaran yang mendukung materi.

Dimana media tersebut sebagai perantara atau medium dalam menyampaikan tema-sub tema-sub pada anak. Berdasarkan Association for education and communication technology (AECT) bahwasanya media merupakan segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi (Tafonao, 2018).

Sedangkan pembelajaran sebagai ”as anything that is done purposely to facilitate learning”. Yang bermakna bahwa pembelajar merupakan segala sesuatu yang dimaksud untuk memfasilitasi belajar anak, sehingga memeroleh tujuan yang dipelajari. (Yaumi, 2018).

Selain itu, ternyata dapat membantu anak dalam memenuhi setiap gaya belajarnya. Gaya belajar memiliki peran penting mengembangkan potensi anak sejak dini.

Sebagaimana hasil penelitian Chania, dkk (Chania et. al., 2016, p. 78) yang menunjukkan bahwa anak akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya.

Terdapat tiga gaya belajar berdasarkan modalitas indera, yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Tentunya hal ini hanya dapat diatasi dengan media pembelajaran. 

Minimal ada 3 syarat yang harus dimiliki suatu media sehingga alat ataupun benda yang dimaksud dapat benar-benar digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Adapun aspek itu antara lain:

a)Media harus memberikan pemahaman kepada anak mengenai materi tersebut sehingga mewakili setiap pikiran guru,

b) Media yang digunakan oleh guru harus dapat memudahkan anak dalam memahami sesuatu, c) Media harus dapat mengantar anak pada tujuan belajar dan tujuan pendidikan dalam arti luas.

Penutup

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.

Karena itu, guru dituntut untuk memiliki keahlian di dalam membuat dan mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar.

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Qutaibah bin Sa’id dari ‘Abd Aziz berkata Yahya bahwa telah menceritakan kepada kami Abd ‘Aziz bin Abi Hazim dari ayahnya bahwa sekelompok orang datang menemui Sahl bin Sa’ad.

Mereka berselisih perihal mimbar Rasulullah SAW terbuat dari kayu apakah mimbar itu?

Lantas dia berkata: “Ketahuilah! Demi Allah, aku benar-benar mengetahui dari kayu apa dan Siapa yang membuatnya. Bahkan, aku melihat Rasulullah SAW.

Pada hari pertama Beliau duduk di atasnya.” Aku pun berkata,” wahai Abu ‘Abbas kalau begitu, ceritakanlah kepada kami!”

Lalu dia bercerita, “Rasulullah SAW pernah mengirim seorang utusan kepada seorang perempuan (Abu Hazim) berkata, (ketika itu,) dia menyebutkan namanya, (tapi aku lupa).’ dan berkata:

”Lihatlah hamba sahayamu yang pandai kayu itu! (Perintahkanlah dia) agar mengolah kayu (menjadi mimbar) yang kelak akan kupakai untuk berdakwah kepada umat manusia”.

Hamba sahaya itu pun membuat mimbar yang terdiri dari tiga tingkat. Atas perintah Rasulullah SAW, mimbar itu pun ditempatkan di sini. Ia terbuat dari kayu rimba (hutan). Aku juga melihat Rasulullah SAW. Berdiri di atasnya lalu bertakbir (takbiratul ihram).

Orang-orang pun bertakbir (sebagai makmum) di belakangnya, sedangkan (posisi) Beliau di atas mimbar. Kemudian beliau bangkit (dari ruku’) dan turun (melangkah) mundur hingga Beliau sujud di pangkal mimbar.

Kemudian, Beliau kembali (mengulangi perbuatan itu) sampai usai shalatnya. Setelah itu Beliau menghadap ke arah orang-orang dan bersabda ‘ Hai orang orang! Tadi, aku melakukan hal itu adalah semata-mata agar kalian mengikutiku (gerakan shalatku) dan agar kalian mempelajari (cara) shalatku” (HR. Imam Muslim).

Penulis adalah Dosen FAI Univa Medan. Prodi PIAUD, & Dosen FAI UNIVA Medan. Prodi PAI.

  • Bagikan