PM Kamboja Mundur, PM Terlama Di Dunia

  • Bagikan
PM Kamboja Mundur, PM Terlama Di Dunia
PM Kamboja Hun Sen mengundurkan diri. Antara/lat

JAKARTA (Waspada): Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, mengumumkan bakal mundur dari jabatan setelah memimpin negara itu sejak 1985 silam.

“Saya ingin meminta pengertian kepada orang-orang karena saya mengumumkan bahwa saya tidak akan lanjut sebagai perdana menteri,” kata Hun Sen dalam siaran televisi pemerintah, seperti dikutip AFP, Rabu (26/7).

PM Kamboja Hun Sen Mengundurkan Diri Hun Sen mengatakan putranya, Hun Manet, yang selanjutnya bakal meneruskan jabatan dia untuk memimpin negara itu.

Pengumuman Hun Sen ini disampaikan setelah pemilihan umum Kamboja dikecam karena dinilai tak bebas dan adil.

Pada Minggu (23/7), Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang dipimpin Hun Sen menang pemilu dengan mengantongi 120 dari 125 kursi.

CPP menang karena tak punya pesaing. Partai-partai oposisi Kamboja memang dilarang ikut dalam pemilihan umum.

Terlepas dari itu, berikut ini profil Hun Sen, perdana menteri terlama sepanjang sejarah di dunia.

Profil Hun Sen

Hun Sen merupakan pria kelahiran 1952 di sebuah distrik pedesaan kecil di Sungai Mekong.

Saat remaja, ia bergabung dengan gerakan Rouge sebagai respons atas kudeta pada 1970 yang dilakukan kepala pertahanan Lon Nol. Lon Nol kala itu menggulingkan pemerintah monarki dan pemimpin kemerdekaan Norodom Sihanouk.

Lima tahun berselang, para gerilyawan berhasil merebut Phnom Penh. Mereka mengosongkan ibu kota dari penduduk dan melakukan genosida yang memusnahkan seperempat penduduk Kamboja.

Hun Sen lalu melarikan diri ke Vietnam pada 1977. Dia takut keadaan makin buruk saat itu.

Dua tahun berselang yakni pada 1979, Hun Sen dilantik sebagai menteri luar negeri Kamboja oleh Vietnam. Pelantikan dilakukan usai ia menggulingkan pemerintahan Khmer Rouge.

Hun Sen kemudian menjadi perdana menteri Kamboja pada 1985 saat dirinya berusia 32 tahun.

Pada 1993, partai Hun Sen, CPP, kalah dalam pemilu dari partai royalis FUNCINPEC.

Pada umumnya, kedua partai itu tak ada yang mendapat suara mayoritas di parlemen. Keduanya pun terpaksa menjadi aliansi untuk membentuk pemerintahan.

Hun Sen mendapat jabatan sebagai Perdana Menteri kedua saat itu. Namun pada 1977, ia memimpin kudeta berdarah yang menewaskan puluhan pejabat FUNCINPEC dan berhasil menggulingkan Norodom Ranariddh.

Ia melakukan kudeta karena FUNCINPEC mulai berkolaborasi dengan orang-orang Khmer Rouge yang tersisa untuk mengumpulkan kekuatan.

Setelah insiden itu, Hun Sen pun menjadi perdana menteri tunggal Kamboja pada 1998.

Pada 2013, CPP mengklaim kemenangan tipis atas Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) yang dipimpin Sam Rainsy dalam pemilihan umum 2013. Klaim ini pun memicu protes di Phnom Penh.

Demonstrasi berbulan-bulan dari pihak oposisi itu baru selesai pada tahun berikutnya karena kekerasan oleh polisi.

Di tahun ini, Hun Sen pun melarang partai oposisi ikut dalam Pemilu sehingga partainya, CPP, memenangkan suara terbanyak.

Partai oposisi itu yakni Partai Cahaya Lilin yang disebut-sebut menjadi penerus tak resmi CNRP.(cnni)

  • Bagikan