Rambu-rambu Kehidupan

  • Bagikan

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga)” (QS. Ali-Imran: 14)

rambu-rambu kehidupan. Sesungguhnya semua yang telah diciptakan Allah SWT tidak ada yang sia-sia, begitu juga semua peristiwa yang terjadi pasti ada hikmah, pesan, manfaat dan pembelajaran  bagi orang-orang yang memiliki kecerdasan akal dan hati nuraniya.

Sejatinya dengan iman, ilmu dan amal kebaikan kita mampu membaca isyarat dan memahami berbagai rambu-rambu kehidupan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan senantiasa melakukan evaluasi diri secara totalitas, sehingga tidak melanggar rambu-rambu kehidupan yang bisa menjadi malapetaka dan membawa kehancuran, jangan saling menyebarkan fitnah dan kebohongan, melakukan kezaliman dan lainnya.

Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. Al-Ahzab : 58). Setidaknya ada lima rambu-rambu kehidupan yang perlu difahami dan disadari dan bukan untuk dilanggar apalagi diabaikan sebagaimana pesan Nabi SAW dalam Kitab Sunan Ibnu Majah, Hadis yang bersanadkan dari Abi Hurairah ra, Nabi SAW bersabda:

“Zaman saling berdekatan, ilmu (keislaman) dihilangkan atau berkurang (keberkahannya), berbagai fitnah bermunculan, berleluasanya sifat bakhil, dan banyak berlaku kriminalitas, yaitu pembunuhan” (HR. Ibnu Majah). 

Memahami rambu-rambu kehidupan itu merupakan sebuah keniscayaan pada saat ini, tidak cukup hanya dengan penglihatan dua mata, tetapi dengan mata hati yang lebih dalam (bashiroh), memfungsikan pancaindera secara tepat dan benar, sehingga  pesan-pesan Allah SWT itu menjadi pembelajaran dan pelita hidup yang menerangi di usia yang masih tersisa ini.

Rambu-rambu itu; Pertama, zaman saling berdekatan (yataqaarabuzzaman), waktu yang berlalu terasa begitu singkat, apalagi tidak diisi dengan kebaikan, hidup menjadi semakin jauh dari keberkahan, banyak waktu yang terbuang sia-sia tanpa aktivitas ibadah yang bermanfaat, padahal perjalanan waktu semakin dekat menuju pintu-pintu gerbang kematian:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”(QS. Al-Ashr: 1-3).

Pada saat ini perjalanan waktu terasa singkat, dari waktu ke waktu hampir tiada terasa, ini kah tanda akhir zaman? Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma” (HR. Turmizi).

Kedua, ilmu (keislaman) dihilangkan atau berkurang keberkahannya (wa yanqushul ilmu). Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (syar’i) dengan sekali cabut dari hati manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama. Kalau Allah tidak lagi menyisakan seorang ulama pun, maka manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin yang bodoh. Kemudian para pemimpin bodoh tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan”(HR. Al-Bukhari).

Ilmu adalah cahaya dalam kehidupan, apalagi ilmu-ilmu Agama yang menuntun manusia hidup dalam kebaikan, kebenaran dan kebahagiaan dunia akhirat. Alquran adalah sumber inspirasi ilmu pengetahuan, bahkan sains modern yang berkembang hari ini pun sudah tertulis dalam Alquran, ketika hari ini orang melihat jasad Fir’aun dalam bentuk mummi di kota Mesir yang pernah tenggelam di laut merah saat mengejar nabi Musa AS, peristiwa itu telah diceritakan dalam Alquran dan terbukti sepanjang zaman, sehingga para peneliti dunia terkagum.

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami” (QS. Yunus: 92).

Demikian juga manusia terkagum melihat dua laut yang yang bertemu tapi tidak bercampur, bahkan bisa berbeda warna dan rasa, seperti Selat Gibraltar yang memisahkan benua Afrika dan Eropa, antara Moroko dan Spanyol, dunia mengaguminya, Al-Qur’an telah menjelaskannya:

Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi (QS. Al-Furqan : 53).

Ilmu akan menjadi cahaya, jika tidak diiringi dengan kemaksiatan, banyak orang berilmu tetapi masih suka berbuat dosa, dia kehilangan cahaya ilmu, sehingga seperti hidup dalam kegelapan senantiasa melakukan yang salah, Allah SWT berfirman: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 14).

Ilmu yang masih diiriringi dengan melakukan perbuatan maksiat akan menutupi cahaya hati, sejatinya semakin tinggi ilmu seseorang itu semakin menambah ketaatannya kepada Allah SWT, tetap tawadhu’ (rendah hati), dan menjaga etika moral, karena adab diatas ilmu, itulah ilmu yang berkah.

Ketiga, berbagai fitnah bermunculan (wa tazharul fitan), ujian kehidupan yang semakin banyak, apapun yang kita miliki saat ini semua itu ujian dari Allah SWT, berhati-hati dengan ranjau-ranjau dunia:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga)” (QS. Ali-Imran: 14).

Ada juga fitnah akhir zaman sebagaimana Nabi SAW bersabda, Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati, dan berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh.” Ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh itu? Beliau bersabda, Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas” (HR. Al-Hakim).

Fitnah lain yang muncul hari ini juga sangat berbahaya adalah wanita, “Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita” (HR. Bukhari). Dan dalam sebuah Hadis juga diingatkan, “Sesungguhnya dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sesungguhnya fitnah pertama kali di kalangan Bani Israil adalah masalah wanita” (HR. Muslim).

Kisah Nabi Yusuf AS dan Zulaikha juga mengingatkan kita akan bahaya fitnah ketika Zulaikha mencoba merayu dan menggoda Nabi Yusuf AS yang tampan rupawan untuk berzina, tetapi Allah SWT menjaga Nabi Yusuf as dan terhindar dari rayuan Zulaikha, Nabi Yusuf as berdoa:

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung” (QS.Yusuf : 23).

Akhirnya Zulaikha kecewa dan menuduh nabi Yusuf AS akan melakukan pelecehan terhadapnya dan fitnah itu membawa nabi Yusuf AS ke penjara karena Zulaikha isteri penguasa saat itu, tetapi Allah SWT memuliakan nabi Yusuf AS dan akhirnya justru menjadi penguasa Mesir. Sesungguhnya kebatilan, kejahatan, kebohongan akan hancur dan musnah juga pada akhirnya, disaat dan waktu yang tepat menurut Allah SWT.

Keempat, berleluasanya sifat bakhil (wa yulqasyuhhu). Fenomena hidup individualistik yang terjebak pada paradigma materialistik menjadikan manusia itu hidup mementingkan diri sendiri, hidup yang tidak lagi ingin memberikan manfaat bagi orang lain, Allah SWT menceritakan dialog yang sangat menyentuh pentingnya berbuat kebaikan kepada orang lain.

Berada di dalam Surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? “mereka menjawab: “Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan Kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin, dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya” (QS.Al-Muddasir : 40-45).

Dalam sejarah Islam ketika kaum Muhajirin dari kota Mekah disambut oleh penduduk kota Madinah, yang disebut kaum Anshor, mereka memuliakan rasa persaudaran itu dengan memberikan apa saja yang dibutuhkan saudaranya, sikap kepedulian dan rasa kemanusiaan yang sangat tinggi, sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an:

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung” (QS.Al-hasyar: 9).

Hidup yang paling indah ketika kita mampu memberikan sesuatu yang juga bisa membahagiakan orang lain, Nabi SAW bersabda, Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. ‘Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya”(HR.Muslim).

Kelima, dan banyak terjadi kriminalitas, yaitu pembunuhan (wa yaktsurul haraj), Pada hari ini sebagian manusia itu bagaikan mesin-mesin pembunuh yang tidak lagi punya rasa kemanusian, tidak sedikit nyawa-nyawa yang tidak berdosa menjadi korban kesadisan mereka yang tidak punya rasa kemanusiaan. Betapa besarnya dosa pembunuhan itu:

“…Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya….” (QS. Al-Maaidah: 32).

Semoga Allah SWT memberikan kita kecerdasan akal dan hati dalam memahami berbagai rambu kehidupan ini untuk senantiasa meraih keberkahan dalam menggapai Ridha Ilahi.

(Guru Besar Fakultas Ushuluddin Dan Studi Islam UIN SU)

  • Bagikan