Ustadz Cabul MR Diduga Rencanakan Rudapaksa

  • Bagikan
Kapolres Langsa, AKBP Muhammadun, SH diwakili Kabag Ops AKP Dahlan, SE didampingi Kasat Reskrim, Ipda Rahmad, S.Sos dan Kasi Humas, Iptu Tri Mulyono dalam konferensi pers ustadz cabul MR di Mapolres Langsa, Senin (20/11). Waspada/dede
Kapolres Langsa, AKBP Muhammadun, SH diwakili Kabag Ops AKP Dahlan, SE didampingi Kasat Reskrim, Ipda Rahmad, S.Sos dan Kasi Humas, Iptu Tri Mulyono dalam konferensi pers ustadz cabul MR di Mapolres Langsa, Senin (20/11). Waspada/dede

LANGSA (Waspada): Oknum ustadz cabul berinisial MR yang menjabat sebagai Mudir di salah satu dayah terkenal di Kota Langsa diduga sengaja merencanakan melakukan rudapaksa secara berulang-ulang kepada dua santrinya yang masih di bawah umur di lingkungan dayah tersebut.

Kapolres Langsa, AKBP Muhammadun, SH diwakili Kabag Ops AKP Dahlan, SE didampingi Kasat Reskrim, Ipda Rahmad, S.Sos dan Kasi Humas, Iptu Tri Mulyono dalam konferensi pers, Senin (20/11) mengatakan, kronologis kejadian berawal tahun 2021 korban FA baru saja masuk ke dalam dayah, dimana saat itu tersangka MR sering memperhatikan korban FA.

Kemudian, tersangka MR mencari kesempatan untuk berbicara dengan korban dan pada saat selesai mengaji tersangka MR menyuruh korban untuk tetap di tempat.

Setelah itu, tersangka MR bertanya kepada korban terkait ketidakgadisannya yang dinilai tersangka sudah tidak gadis lagi. Namun korban tidak menjawab pertanyaan tersebut sehingga tersangka MR memberikan selembar kertas yang berisikan kalimat tidak pantas.

Namun tersangka MR masih sering berusaha mendekati korban, namun pada saat korban sedang sakit tersangka memanfaatkan keadaan tersebut untuk masuk ke dalam bilik/kamar korban disebabkan seluruh santri sedang melakukan gotong royong.

Pada saat itu, tersangka MR masuk ke dalam kamar korban dan mengunci pintu kamar korban, lalu memberi alasan ingin memperbaiki kipas angin yang ada di kamar korban.

Tidak lama kemudian tersangka MR langsung melakukan rudapaksa. Setelah itu berselang dua hari tersangka MR memberi pesan melalui selembar kertas kepada korban yang bertuliskan, ‘Nanti jumpai saya di kantin, pas semua orang tidur”, sehingga korban menuruti perkataan tengku yang merupakan orang tua di dayah tersebut.

Pada pukul 02:00, setelah semua santri tertidur korban datang ke kantin dan tersangka MR sudah berada di kantin tersebut. Setelah itu, tersangka MR langsung menarik tangan korban dan melakukan rudapaksa terhadap korban.

Setelah kejadian pertama, sebutnya, tersangka MR sering mengancam korban jika tidak mau melakukannya lagi maka tersangka MR akan membeberkan aibnya bahwa korban sudah tidak gadis lagi.

Selanjutnya rudapaksa tersebut sudah terjadi berulang kali yaitu di di kantin, di kamar mandi, rumah kosong, kamar mandi yang terletak di dalam kamar ulama, mushala dan di rumah tersangka MR.

Kemudian, Maret tahun 2023 sekira pukul 19:30 di dalam rumah tersangka MR yang terletak di perkarangan dayah tersebut melakukan rudapaksa yang terjadi terakhir kalinya, dikarenakan korban keluar dari dayah tersebut.

Selanjutnya orang tua korban membuat Laporan Polisi dengan nomor :
LP/B/186/X/2023/SPKT/POLRES LANGSA/POLDA ACEH, tanggal 10 Oktober 2023.

Dalam laporan, kejadian rudapaksa terjadi sebanyak empat kali, pertama Sabtu 9 September 2023 sekira pukul 00:00 di Balee Atas (Balee Induk) pengajian. Kedua, 12 September 2023 sekira pukul 23:40 di Balee Bawah pengajian.

Ketiga, 23 September 2023 sekira pukul 23.00 di bilik santri tempat korban menginap dan terjadi 06 Oktober 2023 sekira pukul 06:00 di kamar tersangka MR yang terletak di kantor dayah.

Kemudian, kejadian rudapaksa dilakukan tersangka MR terhadap korban WH, dimana awalnya tersangka MR selalu meminta korban untuk memberi makanan atau membuatkan makanan untuk tersangka.

Selanjutnya korban WH membuat Laporan Polisi dengan nomor:
187/ X /2023/SPKT/POLRES LANGSA/POLDA ACEH, tanggal 10 Oktober 2023.

Tersangka MR, ungkapnya, dalam LP/186/X/2023/SPKT/POLRES LANGSA, tanggal 10 Oktober 2023
dikenakan Pasal 50 Jo Pasal 47 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat dan Pasal 50: pemerkosaan terhadap anak di bawah umur dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 200 bulan (16,5 tahun) serta Pasal 47: pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur di hukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 90 bulan (7,5 tahun).

Selanjutnya, ada LP/187/X/2023/SPKT/POLRES LANGSA, tanggal 10 Oktober 2023
Pasal 48 Jo Pasal 46 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
Pasal 48: Pemerkosaan terhadap perempuan dewasa dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 175 bulan (14,5 tahun) dan Pasal 46 : Pelecehan terhadap perempuan dewasa dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 45 bulan (3,7 tahun).

“Bahwa tersangka MR telah dengan sengaja melakukan pemerkosaan dan atau pelecehan seksual terhadap dua orang korban sejak tahun 2021 sampai tahun 2023 yang dilakukan di dalam lingkungan dayah di Desa Seulalah Baru Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa,” tandasnya.(b13)

  • Bagikan