Habiskan Anggaran Rp15 M, Pasar Rambung Diduga Jadi Tempat Mesum

  • Bagikan
Salah satu kios Pasar Rambung dengan rak bambu yang seperti dijadikan alas dan diduga untuk tindakan tak senonoh seperti yang disampaikan pedagang. (Waspada/Ria Hamdani)
Salah satu kios Pasar Rambung dengan rak bambu yang seperti dijadikan alas dan diduga untuk tindakan tak senonoh seperti yang disampaikan pedagang. (Waspada/Ria Hamdani)

BINJAI (Waspada): Pasar Rambung yang terletak di Jalan Jambi, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan, hingga saat ini terkesan mubazir. Bahkan, bangunan yang menelan biaya sekitar Rp15 miliar itu saat ini diduga menjadi tempat mesum.

Dugaan Pasar Rambung menjadi tempat mesum diperkuat dengan pengakuan sejumlah pedagang setempat. Beberapa kali kalangan pelajar disebutkan melakukan perbuatan tak senonoh, tepatnya di lantai dua pasar tersebut.

Perbuatan mesum yang disampaikan pedagang itu setidaknya telah mencoreng visi misi Wali Kota Binjai Amir Hamzah, untuk mewujudkan Binjai yang lebih maju, berbudaya dan religius.

Habiskan Anggaran Rp15 M, Pasar Rambung Diduga Jadi Tempat Mesum
Suasana lantai dua Pasar Rambung, lokasi ini sebelumnya dijadikan tempat food court dan semua terlihat tutup tanpa aktivitas. (Waspada/Ria Hamdani)

“Semua kios di bagian atas dan belakang itu kosong. Sering kami dapati anak-anak (pelajar) berbuat mesum di lantai dua. Saya pun kadang capek mengejar mereka,” kata seorang pria pedagang di Pasar Rambung, Selasa (3/10).

“Bukan pasangan laki dan perempuan aja ada di sini. Pasangan lesbian pun pernah kami temukan. Tengok sendiri lokasinya di atas, kosong gak ada orang. Mereka masuk dari belakang,” cetusnya.

Pria bertopi itu juga mengatakan, di Pasar Rambung ada beberapa orang penjaga yang disiapkan oleh pemerintah. Namun, penjaga itu disebutkan tidak stand by di lokasi. “Kadang mereka cuma foto saja. Karena gak ada penjaga, kami yang jualan pun ya harus jaga barang masing-masing,” ungkapnya.

Dia berharap, agar pemeritnah lebih serius menangani Pasar Rambung. Sebab, pembangunan dan operasionnal pasar tersebut menurutnya menelan biaya yang cukup besar. “Kalau memang tidak bisa dipertahankan, ya tutup saja sekalian. Kalau seperti ini kan percuma, habis juga uang membiayai lisrik,” pungkasnya.

“Kami sudah berulang kali sampaikan aspirasi ke DPRD. Tapi sampai sekarang aspirasi kami tak ada yang berjalan. Jadi kami udah gak percaya lagi apa pun yang dibilang pemerintah. Kalau katanya ada mau buat event-event di sini, kami gak percaya. Karena pernah dibilang begitu, katanya mau ada pasar murah. Kami sebarlah informasi itu, tahu-tahu gak jadi dan kami dibilang sama pengunjung menyebar berita hoaks,” tambahnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Binjai, Irwansyah Nasution, ketika ditemui di GOR tepat dibelakang Pasar Rambung, tidak begitu merespon soal dugaan mesum yang terjadi di Pasar Rambung. Bahkan, ketika disoal untuk menempatkan petugas Satpol PP, dia juga tidak begitu menanggapi.

Irwansyah hanya mengimbau, agar para pedagang yang sudah ada atau terdata sebelumnya, untuk mengisi kios dan mejanya masing-masing. “Kalau pasar itu berisi dan banyak aktivitas, tentunya perbuatan mesum itu tidak ada. Makanya kami imbau, para pedagang segera mengisi lapaknya masing-masing,” tegasnya.

Disoal daya beli di Pasar Rambung sangat minim, Irwansyah mengatakan, bahwa setiap usaha tentunya memiliki untung dan rugi. Hal itu, sebutnya, kembali kepada cara para pedagang untuk menarik pembelinya. “Tempat dan fasilitasnya sudah disiapkan. Tinggal pedagang lah yang mengelola,” pungkasnya.

Habiskan Anggaran Rp15 M, Pasar Rambung Diduga Jadi Tempat Mesum
Lampu listrik terus menyala di siang hari meski tak satu pun pedagang Pasar Rambung yang berjualan. (Waspada/Ria Hamdani)

Terkait lampu listrik terus menyala dan dapat membebani APBD, Irwansyah kembali menegaskan, agar para pedagang segera masuk untuk berdagang. “Kalau pedagangnya ada, kan mereka bisa matikan lampunya,” imbuhnya.

Pantauan di lokasi, lampu Pasar Rambung terlihat menyala. Sementara, tak ada pedagang yang berjualan di sana, khusunya di bagian belakang lantai satu dan seluruh kios di lantai dua.

Dengan menyalanya listrik tanpa ada manfaat, setidaknya Pemko Binjai merugkan energi dan merugikan keuangan daerah. Sebab, listrik yang terus menyala harus tetap dibayar. Menurut informasi dari pedagang, arus listrik Pasar Rambung sempat diputus karena tunggakan. (a34)

  • Bagikan