Bermodal Nekat 106 Fireman Aceh Utara Bekerja Tanpa PPE

  • Bagikan
Bermodal Nekat 106 Fireman Aceh Utara Bekerja Tanpa PPE

“Kemarin salah seorang crew pemadam kebakaran di Pos Krueng Mane, Kecamatan Muara Batu, pingsan karena terhirup asap pada saat memberikan pertolongan memadamkan api di salah satu rumah warga yang terbakar. Untung tidak terlalu fatal, kalau tidak, nyawa bisa melayang.”

KETERANGAN di atas disampaikan Kepala Pelasana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Utara, Asnawi saat diwawancarai Harian Waspada di ruang kerjanya, Jum’at (24/2) siang. Kata dia, personel fireman (petugas pemadam kebakaran) di Kabupaten Aceh Utara total sebanyak 106 orang dengan rincian 23 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sisanya 83 orang tenaga kontrak.

106 Fireman di Aceh Utara itu tidak dilengkapi alat pelindung diri (APD) dan mereka bekerja secara tradisional seperti menutup hidung dengan handuk atau memakai masker biasa. Padahal, tugas mereka pada saat memadamkan api pada objek yang mengalami kebakaran sangat berisiko dan nyawa menjadi taruhan.

Karena itu menjadi keharusan bagi pemerintah memfasilitasi seluruh tim fireman dengan berbagai macam personal protective equipmen (PPE) untuk melindungi petugas pada saat melaksanakan pekerjaan mulia tersebut. Setiap fireman seharusnya mendapatkan alat pelindung wajah, tubuh, tangan, kepala dan kaki.

Beberapa alat pelindung diri itu adalah helm pemadam, sarung tangan tahan api, masker, pakaian pemadam tahan api, sepatu tahan api, kampak pemadam, breating apparatus, pompa punggung, kacamata pelindung kebakaran dan berbagai macam jenis alat pelindung lainnya. Dengan dilengkapi peralatan tersebut, personel pemadam kebakaran dapat dengan cepat masuk ke titik api tanpa takut terbakar untuk mencegah api menjalar ke lokasi yang lain.

“Beberapa APD atau PPE kita punya tetapi tidak cukup untuk seluruh personel Damkar. Kami tahu bahwa itu kebutuhan yang mutlak harus disediakan untuk mereka, tetapi kondisi keuangan Aceh Utara sedang tidak baik. Kita tidak punya anggaran untuk melakukan pengadaan APD buat personel Damkar,” kata Asnawi.

106 Fireman di Aceh Utara dibagi pada tiga pos yaitu pos induk di Landing, Lhoksukon, Pos Krueng Mane di Kecamatan Muara Batu, dan Pos Alue Bili di Kecamatan Baktya. Sebagian crew yang mendapat APD hanya yang bertugas di pos induk dan itu pun hanya didapatkan oleh beberapa personel saja.

“Seperti yang saya katakan tadi, jumlah APD tidak cukup. Kadang untuk kebersamaan mereka enggan memakai APD itu. Pun demikian kita sudah mencoba mendekati beberapa anggota dewan di Aceh Utara, Insya Allah tahun ini akan dibantu APD dari dana aspirasi Terpiadi, politisi dari Partai Gerindra. Mudah-mudahan dapat diadakan dalam tahun ini,” sebut Asnawi.

Analis Kebakaran di Damkar Aceh Utara, Muhammad Yusuf, SE kepada Waspada memberitahukan, jumlah personel yang dimiliki Damkar Aceh Utara sangat terbatas. 106 crew harus menjangkau 852 desa di 27 kecamatan di dalam wilayah 15 kemukiman dengan luas Aceh Utara 3200 Km2.

Kemudian, umumnya, para personel Damkar Aceh Utara tidak mendapatkan pelatihan khusus tentang pemadam kebakaran. Dari 106 orang hanya 23 orang yang mendapatkan bimbingan khusus di Cilacap, Jawa Tengah dan itu pun sudah cukup lama.

“Saya leting terakhir yang mendapat pelatihan khusus di Cilacap. Sedangkan 83 orang lainnya kami yang latih dengan peralatan seadanya. Semestinya, kami terus menerus mendapatkan berbagai macam pelatihan. Banyak personel kita yang belum tahu cara memagang selang air sehingga terpental karena tekanan air. Pun demikian kami tetap bekerja dengan penuh semangat dan pantang pulang sebelum api padam,” kata M Yusuf.

Rata-rata setiap tahun jumlah kasus musibah kebakaran yang melanda Aceh Utara tidak kurang dari 250 kasus. Tingginya kasus kebakaran di Aceh Utara, kata M Yusuf, mungkin disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang ilmu memadamkan api pada saat kejadian. “Seharusnya kita berkewajiban untuk mensosialisasi warga tentang cara memadamkan api untuk masyarakat yang tinggal di 27 kecamatan,” katanya.

Kemudian kata Yusuf, tugas crew pemadam kebakaran di Aceh Utara bukan hanya memadamkan api tetapi juga melakukan tugas penyelamatan lainnya, seperti menolong masyarakat untuk menangkap ular yang masuk ke rumahnya.

“Inipun kita lakukan. Ular masuk rumah warga cukup banyak di Aceh Utara. Dan untuk melakukan pekerjaan ini kami tidak dilengkapi dengan pelatihan. Intinya, tangkap ular dan memadamkan api kami lakukan dengan modal nekat dan dengan alat seadanya. Nekat padamkan api tanpa APD nekat tangkap ular tanpa ilmu pengetahuan. Yang terpenting masyarakat terselamatkan. Mudah-mudahan ke depan kebutuhan APD dan berbagai pelatihan dapat diberikan oleh Pemda Aceh Utara buat seluruh fureman di Damkar Aceh Utara,” harapnya.

Kepada berbagai pihak yang ingin membantu, sebut Kalaksa BPBD Aceh Utara, Asnawi, pihaknya siap menerima bantuan APD untuk crew fireman, apakah dari proyek vital, perbankan atau dari berbagai sumber lainnya. Mengingat kondisi keuangan Aceh Utara sedang tidak memungkinkan untuk melakukan pengadaan APD.

Maimun Asnawi, SH.I.,M.Kom.I

  • Bagikan