Bulir Padi Warga Abdya Terancam Rontok

  • Bagikan

BLANGPIDIE (Waspada): Meskipun sudah memasuki masa panen, yang biasanya sangat menggembirakan hati para petani secara keseluruhan. Namun tidak demikian yang dirasakan kaum tani Aceh Barat Daya (Abdya), khususnya para petani di kawasan Kecamatan Tangan-tangan.

Pasalnya, ratusan hektare tanaman padi siap panen di kawasan dimaksud, bulirnya terancam rontok ke bumi, akibat belum dipanen pemiliknya. Padahal, kian hari bulir-bulir padi tersebut kian menguning kemerahan, mendekati rontok akibat umur padi sudah melewati masa panen.

Informasi diterima Waspada Senin (11/4) menyebutkan, ratusan hectare tanaman padi siap panen yang terancam rontok tersebut, dikarenakan para petani setempat kesulitan mendapatkan mesin panen padi (combine harvester), yang biasanya selalu mereka gunakan jasanya (jasa mesin), dalam memanen ratusan hectare areal pertanian penduduk di kawasan itu, bahkan ribuan hectare areal persawahan di Abdya. “Namun, saat ini kami kesulitan mendapatkan mesin potong padi itu. Hal ini sangat mengkwatirkan, karena kian hari padi kita kian kemerahan mendekati rontok, karena usia padi sudah melewati masa panen, ”ungkap M Yakop, salah seorang Keujruen Blang (tua adat sawah) Kecamatan Tangan-Tangan.

Untuk mengantisipasi ancaman bulir padi rontok dimakan usia lanjutnya, sebagian petani terpaksa menggunakan tenaga manusia (manual) untuk memotong padi, dengan menggunakan sabit, sebagaimana lazimnya jaman dahulu kala, sebelum adanya mesin potong padi. “Tapi jujurnya, tenaga manusia sangat terbatas. Dalam sehari saja tidak sampai seperempat hectare yang dapat dipotong, apalagi ini bulan suci Ramadhan. Para pekerjanya berpuasa, tenaga mereka kan terbatas. Terus bagaimana dengan ratusan hectare areal siap panen ini,” kata M Yakop.

Diuraikan, umur padi terhitung paska masa tanam, hingga masa panen rata-rata berkisar antara 100-120 hari. Jika umur padi sudah melebihi dari 120 hari, maka dipastikan bulir-bulir padi akan rontok dengan sendirinya dari tangkai. “Apalagi ini sudah musim hujan. Ini sangat berbahaya untuk tanaman padi kita yang sudah lebih umurnya,” ujar M Yakop.

Hal senada juga diutarakan Jabarudin, salah seorang warga tani di Kecamatan Tangan-Tangan. Pihaknya mengaku, dirinya bersama warga tani lainnya, sudah beberapa kali mencari mesin pemotong, untuk memanen padi yang sudah memasuki masa panen sejak beberapa hari lalu itu.

Akan tetapi, upaya yang dilakukan pihaknya dan warga tani lainnya sia-sia. Hal itu dikarenakan, jumlah mesin potong padi yang didatangkan ke kawasan tersebut, tidak sesuai dengan jumlah lahan yang tersedia (minim). “Saat ini, umumnya padi petani sudah memasuki masa panen. Seperti di Desa Mesjid, Padang Kawa, Padang Bak Jok dan desa-desa lainnya. Tapi keberadaan mesin pemotong padi sangat minim. Jika begini terus, dipastikan bulir-bulir padi kami kian terancam. Bagaimana nasib kami sekeluarga nantinya,” sesalnya.

Diakui Hasmizar, warga tani lainnya, memang dalam beberapa hari ini ada sekitar dua unit combine yang beroperasi dalam kawasan Tangan-Tangan. Sayangnya, mesin potong padi itu persis barang rongsokan, yang dipaksakan beroperasi. Dimana katanya, mesin dimaksud dalam satu hari hanya dapat beroperasi 3 jam. Setelah itu mesin rusak dan dibutuhkan waktu 2 hingga 3 hari untuk memperbaikinya. “Untuk itu, kami berharap Pemkab Abdya melalui instansi terkait, segera mengambil langkah cepat, agar bulir padi petani tidak rontok di batang, akibat terlalu lama dipanen. Apalagi kondisi cuaca sekarang terkadang panas dan malamnya hujan. Otomatis akan membuat bulir padi semakin cepat menguning,” harapnya.

Kekhawatiran petani kian bertambah, karena masa panen kali ini bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Jika panen tidak segera dilakukan, kaum tani sangat resah dengan nasib keluarganya, apalgi sebentar lagi menyambut lebaran Idul Fitriu 1443 Hijriyah.

“Semoga saja, ada solusinya. Kalau seadainya tidak ada juga, ya terpaksa kami harus potong sendiri menggunakan jasa tukang potong. Itupun juga akan menyisakan masalah baru lagi. Katrena, mesin perontok padi sudah jarang ada di Abdya,” keluh Syamsuddin, petani lainnya.(b21)

  • Bagikan