BUMD Aceh Tamiang Alami Kerugian Kelola Sumur Minyak Pertamina

Pengelolaan Dinilai Kurang Profesional

  • Bagikan
Fauzi,Direktur BUMD Aceh Tamiang.(Waspada/Yusri)
Fauzi,Direktur BUMD Aceh Tamiang.(Waspada/Yusri)

ACEH TAMIANG (Waspada): Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Aceh Tamiang, PT Kwala Simpang Petroleumdikabarkan mengalami kerugian dalam mengelola sumur minyak milik PT Pertamina Rantau Field yang berada di wilayah Aceh Tamiang hingga mencapai Rp1,9 miliar.

“Kondisi ini sangat ironis,jangankan memberikan keuntungan terhadap pemasukan daerah, malah BUMD ini mengalami kerugian,”demikian ungkap Fauzi Direktur PT Kwala Simpang Petroleum kepada Waspada Senin (22/4) di Karang Baru.

Fauzi mengatakan,dimana kerugian ini dialami sudah empat bulan, yaitu mulai 1 Desember 2023 sampai 31 Maret 2024, produksi sumur minyak milik PT Pertamina Rantau oleh BUMD Tamiang dimulai sejak 1 Desember 2023 sampai saat ini namun sejak awal hingga 31 Maret 2024, BUMD sudah mengalami kerugian atau terutang 1400 barel minyak mentah terhadap PT Pertamina karena pengelolaannya belum profesional.

Disampaikannya,adapun kesepakatan Kerja Sama Operasi (KSO) antara BUMD PT Kwala Simpang Petroleum dengan pihak PT Pertamina pada 6 April 2023, PT Kwala Simpang Petroleum mengelola 31 sumur di area Kualasimpang Timur dan Bukit Tiram dengan produksi dasar yang ditetapkan PT Pertamina sebesar 29 barel per hari.

Untuk mengelola sumur minyak tersebut, BUMD PT Kuala Simpang Petroleum melakukan joint venture company atau usaha patungan dengan PT Labang Donya yang berkedudukan di Jakarta sehingga lahir perusahaan baru PT Tamiang Raya Energi (TRE) dengan komitmen 51 persen saham BUMD PT Kwala Simpang Petroleum dan 49 persen PT Labang Donya.

“Dalam perjanjian KSO antara PT Kwala Simpang Petroleum dan PT Labang Donya, PT Labang Donya membiayai semua kebutuhan KSO 31 sumur minyak tersebut,” ujar Fauzi seraya mengutarakan, dari 31 sumur yang diberikan PT Pertamina untuk dikelola baru dua sumur aktif dan dua sumur intermiten yang baru dikelola PT Tamiang Raya Energi sehingga produksi tidak tercapai sesuai target dasar yang diberikan Pertamina.

“Di lapangan, operasi sumur minyak ini hanya mencapai 10 barel per hari, malah menurun dari target yang diberikan PT Pertamina 29 barel per hari sehingga BUMD atau daerah dirugikan,” tegas Fauzi lagi.

Saat disinggung kenapa tidak mencapai target produksi,Fauzi menjelaskan, kurangnya produksi sumur minyak ini dikarenakan belum profesional pengelolaan sumur minyak ini, perlengkapan dan kebutuhan yang diperlukan untuk mengambil minyak mentah ini belum semua dilengkapi.

“PT Labang Donya belum maksimal menginvestasikan segala kebutuhan yang diperlukan di lapangan agar produksi minyak mentah meningkat diatas target dasar yang Ditetapkan PT Pertamina,” nilai Fauzi.

Dari tanggal 1 Desember 2023 – 31 Maret 2024, , PT Tamiang Raya Energi sudah rugi 1400 barel dengan harga per barel 85 dolar, jika harga dollar hari ini Rp16.200 per dolar maka kerugian PT Tamiang Raya Energi mencapai Rp1.927.800.000. (b15).

  • Bagikan