El Nino Untungkan Petani Garam Aceh Utara

  • Bagikan
Garam Aceh Utara. Waspada/Maimun Asnawi
Garam Aceh Utara. Waspada/Maimun Asnawi

El Nino adalah fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudera Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi lebih hangat dari biasanya. Fenomena ini menyebabkan perubahan pola cuaca global yang berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah di dunia, termasuk di Indonesia.

Fenomena alami ini berdampak buruk bagi petani dari sektor pertanian karena kemarau panjang hingga menyebabkan terjadinya kekeringan disebabkan rendahnya curah hujan. Kemudian, petani sektor pertanian mengalami gangguan musim tanam, terjadi pengurangan luas area tanam dan bahkan mengalami gagal panen.

Kemarau ekstrim juga berpengaruh pada pesebaran penyakit dan hama tanaman. Tanaman buah dan sayuran tumbuh dalam kondisi tidak normal dengan ukuran kecil hingga pada rasa yang kurang enak.

Kondisi El Nino juga berpengaruh pada ketidakstabilan pasar akibat gagal panen atau jumlah produksi yang berkurang. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kenaikan harga.

Meskipun demikian, fenomena El Nino tidak berakibat buruk bagi petani garam. Kemarau panjang malah menguntungkan mereka, karena proses pengkristalan garam terjadi lebih cepat dari biasanya yang memakan waktu mencapai dua minggu. Kondisi ini menyebabkan produktivitas petani garam meningkat.

El Nino Untungkan Petani Garam Aceh Utara
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Utara Syarifuddin bersama dengan Camat Lapang, Zulfikar dan Plt Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Mukhlis mengunjungi petani garam di Gampong Matang Tunong Kecamatan Lapang Kabupaten Aceh Utara. Waspada/Maimun Asnawi

Hal ini dibenarkan oleh Sulaiman, salah seorang petani garam dari Gampong Matang Tunong, Kecamatan Lapang, Aceh Utara. Kata dia, febomena El Nino telah membawa berkah bagi petani di sepanjang pesisir Samudera Pasai.

“Tidak sampai dua minggu kita sudah bisa panen dengan hasil panen maksimal mencapai 350 hingga 400 Kg per satu tunnel dengan ukuran meja 10×4 meter,” kata Sulaiman saat diwawancarai langsung oleh Waspada dua hari lalu.

Kata Sulaiman kepada Waspada, proses pengkristalan garam tahun ini mulai dilaksanakan sejak Januari hingga saat ini dengan hasil panen yang melimpah. Kondisi ini membuat petani garam bersemangat untuk memproduksi garam untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal Aceh.

Hal sama juga disampaikan salah seorang petani garam lainnya dari Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, T Miftahuddin.

“El Nino telah membawa berkah bagi kami petani garam. Pada tahun-tahun sebelumnya dalam sepekan kita hanya mampu memproduksi 3 ton, sekarang bisa mencapai 4 hingga 6 ton,” kata Miftahuddin.

Kisah ini juga disampaikan oleh sejumlah petani garam di Kecamatan Dewantara. Petani garam di sana menceritakan bahwa proses pengkristalan garam sebelum fenomen El Nino terjadi membutuhkan waktu yang relatif lama mencapai 20 hari, tapi saat ini setiap 12 hari panen dengan hasil maksimal mencapai 6 ton lebih.

Ketua Koperasi Cot Meunarek Kec. Lapang Irwansyah saat diwawancarai Waspada mengakui bahwa hasil panen garam pada musim kemarau panjang ini melimpah. Karena itu, Irwansyah menghimbau kepada seluruh petani garam di Kabupaten Aceh Utara yang tidak memiliki gudang penyimpanan dapat memanfaatkan Gudang Garam Nasional (GGN) yang ada di Kecamatan Lapang.

“Bagi petani garam yang belum memiliki gudang penyimpanan dapat memanfaatkan Gudang Garam Nasional (GGN) di Lapang,” pinta Irwansyah selaku Pengelola dan Penanggungjawab GGN tersebut.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Utara Syarifuddin bersama dengan Camat Lapang, Zulfikar dan Plt Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Mukhlis
mengunjungi petani garam di Gampong Matang Tunong Kecamatan Lapang Kabupaten Aceh Utara dalam rangka monitoring serta memastikan rumah tunnel garam yang telah dibangun oleh DKP Aceh Utara dan DKP Propinsi Aceh dapat bermanfaat bagi para petani Garam.

Dalam kunjungan tersebut, Syarifuddin dan Camat Lapang menyiapkan waktu khusus untuk mendengar keluhan petani garam
terkait dengan kelebihan dan kekurangan rumah tunnel garam tersebut sehingga bisa dibenahi.

“Dengan adanya tunnel ini, diharapkan kualitas garam akan lebih baik, lebih cepat panen dan kalau hujan pun proses produksi garam tetap bisa berlangsung” ucap Syarifuddin.

Para petambak garam merasa terbantu dengan adanya tunnel garam ini, namun mereka berharap kolam air matang sebagai bahan baku sebelum masuk ke tunnel kalau bisa ditempatkan secara tertutup sehingga tak bercampur dikala hujan turun.

Masa bagi para petani garam untuk produksi garam bisa setiap tahun dengan sistem tunnel. Dalam satu bulan bisa panen 2 kali dengan harga yang memang masih perlu lebih baik lagi.

Keluhan lain juga di sampaikan pemenuhan kebutuhan garam untuk industri pengolahan, seperti prabrik es, aneka pangan, dan farmasi masih mengandalkan yang didatangkan dari luar daerah. Hal ini lantaran standar kualitas produksi garam dalam lokal yang belum memenuhi syarat kebutuhan industri tersebut. 

“Sulit bagi petani garam untuk menggaet pelanggan dari pabrikan industri lantaran tidak ada barang atau jumlah produksi yang masih rendah,” katanya.

Syarifuddin juga mengatakan, jika petani berhasil menjalin hubungan baik dengan pelanggan, petani tidak mampu memenuhi permintaan sejumlah barang yang dibutuhkan oleh pelanggan. Pasalnya, kebutuhan industri cukup besar dan dari hasil survei hang dilakukan puhaknya selama ini, produksi garam di Aceh Utara hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat lokal.

“Untuk mencapai terget tersebut, kita harapkan untuk pembangunan tunnel garam di Aceh Utara perlu mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi Aceh atau pemangku kepentingan lainnya,” harap Syarifuddin.

Terakhir Syarifuddin menginformasikan, harga garam krosok/bibit saat ini dijual Rp2000 sampai dengan Rp2.200/kg bahkan pada bulan-bulan tertentu harga bisa mencapai mencapai Rp3.300/kg.

Sedangkan garam yang sudah diolah (garam konsumsi) harga beli di tingkat petani saat ini mencapai Rp6000/kg.

“Garam krosok dibeli oleh petani untuk diolah kembali. Sedangkan yang sudah diolah dijual kepada pedagang untuk diperjualbelikan di daerah dan luar daerah Aceh,” twrangnya.

Kata Syarifuddin, jumlah tunnel yang telah dibantu oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh untuk petani garam di Aceh Utara sebanyak 10 tunnel bersumber dari APBA Tahun 2023. WASPADA.id/Maimun Asnawi

  • Bagikan